BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar
adalah proses perubahan prilaku (aktual maupun potensial). Perubahan itu pada
dasarnya diperolehnya kecakapan baru perubahan terjadi karena usaha dengan
sengaja. Secara umum, belajar memiliki tujuan diantaranya: untuk mendapatkan
pengetahuan baru, untuk menanamkan konsep dan keterampilan dan pembentukan
sikap. Ada beberapa bentuk-bentuk belajar menurut Gage (1984) diantaranya
adalah belajar responden dan belajar operant. Belajar responden merupakan suatu
respons dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Peneliti belajar
ini adalah Ivan Pavlov. Ada juga belajar operant. Belajar ini sebagai akibat
reinforsemen merupakan bentuk belajar lain yang banyak diterapkan dalam
teknologi modifikasi perilaku.
Selain bentuk-bentuk belajar, ada
beberapa teori belajar. Pada mulanya teori-teori belajar dikembangkan oleh para
ahli psikologi dan dicobakan tidak langsung kepada manusia di sekolah,
melainkan menggunakan percobaan dengan binatang. Mereka beranggapan bahwa hasil
percobaannya akan dapat diterapkan pada proses belajar mengajar untuk manusia.
Pada tingkat perkembangan berikutnya, baru para ahli mencurahkan perhatiannya
pada proses belajar-mengajar untuk manusia di sekolah. Penelitian-penelitiannya
tertuang pada berbagai teori diantaranya Programmed
text, Teaching Machiness, Association Theory, dll. Teori-teori ini kemudian
berkembang pada suatu stadium yang berdasar atas prinsip Conditioning yakni pembentukan hubungan antara stimulus dan
respons. Sehubungan dengan hal ini, kegiatan belajar cendrung diketahui sebagai
suatu proses psikologis, terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena itu, sulit
diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena prosesnya begitu kompleks,
maka timbullah beberapa teori-teori belajar. Dari sekian banyak teori belajar
yang ada, dalam pembuatan makalah ini yang dibahas adalah khusus mengenai Teori
B.F.Skinner.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam pembuatan makalah ini diantaranya :
1.2.1 Bagaimana penjelasan dari teori belajar
Skinner?
1.2.2 Bagaimana penggunaan teori belajar Skinner?
1.2.3 Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori
Skinner serta apa saja manfaatnya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini diantaranya :
1.3.1 Untuk mengetahui penjelasan dari teori belajar
Skinner.
1.3.2 Untuk mengetahui penggunaan teori belajar
Skinner.
1.3.3 Untuk mengetahui kelebihan, kekurangan serta
manfaat teori Skinner.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan Teori Belajar Skinner (Operant Conditioning)
Teori Skinner sering juga disebut
dengan operant conditioning.
Dinamakan teori Skinner karena penelitian pada teori ini dilakukan oleh seorang
ilmuan bernama lengkap Burhuss Frederic Skinner. Dia lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah
kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang pengacara
dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia merefleksikan
tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil,
dimana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Sebelum membahas
lebih mendalam mengenai Teori Skinner ini, terlebih dahulu akan dibahas
mengenai Teori Conditioning.
Mula-mula teori Conditioning ini dipelopori oleh Ivan Pavlov (1927), kemudian
dikembangkan oleh Watson (1970). Percobaan yang dilakukan Pavlov terhadap
anjingnya menggambarkan bahwa belajar dilakukan dengan mengasosiasikan suatu
ganjaran (reward) dengan rangsangan (stimulus) yang mendahului ganjaran itu.
Perangsang bersyarat dan perangsang tidak bersyarat merupakan pengkondisian (conditioning) di dalam proses
pembentukan perilaku. Watson mengembangkan teori ini melalui percobaan tentang
gejala takut pada anak, dengan menggunakan tikus putih. Menurut teori ini,
belajar adalah suatu proses yang disebabkan oleh adanya syarat tertentu yaitu
berupa rangsangan. Pengkodisian (conditioning)
dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi terhadap perangsang tertentu
menimbulkan proses belajar.
Seperti Pavlov dan Watson, Skinner
juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons,
tetapi berbeda dengan kedua ilmuan yaitu Pavlov dan Watson. Skinner kurang
setuju dengan teori dari Pavlov. Skinner menyatakan bahwa teori Pavlov hanya
berlaku bagi interaksi antara stimulus dan respons yang sederhana saja. Padahal
manusia dalam menjalankan fungsinya memerlukan prilaku yang kompleks yang
mempersyaratkan terjadinya interaksi stimulus dan respons yang kompleks pula.
Dengan demikian, interaksi stimulus-respons dalam diri seorang individu
tidaklah sesederhana itu.
Menurut Skinner, kunci untuk memahami
perilaku individu terletak pada pemahaman terhadap hubungan antara stimulus
satu dengan stimulus lainnya, respons yang dimunculkan, dan juga berbagai
konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner setuju dengan
pendapat Watson yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan
perilaku. Ada enam asumsi dasar dari teori Operant
Conditioning ini, yaitu :
2.1.1 Hasil belajar merupakan perilaku yang dapat
diamati;
2.1.2 Perubahan perilaku sebagai hasil belajar
secara fungsional berhubungan dengan perubahan situasi dalam lingkungan atau
suatu kondisi;
2.1.3 Hubungan antara perilaku dan lingkungan dapat
ditentukan hanya jika elemen-elemen perilaku dan kondisi percobaan diukur
secara fisik dan diamati perubahannya dalam situasi yang terkontrol ketat;
2.1.4 Data yang dihasilkan oleh percobaan-percobaan
trhadap perilaku merupakan satu-satunya data yang dapat dipergunakan untuk
mengkaji alasan munculnya suatu perilaku.
2.1.5 Sumber data yang paling tepat adalah perilaku
dari masing-masing individu.
2.1.6 Dinamika interaksi antara individu dengan
lingkungannya bersifat relatif sama untuk semua jenis makhluk hidup.
Skinner mengembangkan teori operant conditioning ini melalui
percobaan terhadap burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit. Apabila
pengungkit itu kena tekanan maka ia dapat mengeluarkan makanan. Skinner
membedakan adanya dua macam respons, yaitu :
1. Respondent
response (reflexive response),
Yaitu respons yang ditimbulkan oleh
prangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu, yang
disebut eliciting stimuli,
menimbulkan respons-respons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang
menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang
demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.
2. Operant
Response (instrumental response),
Yaitu respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang
demikian itu disebut reinforcing stimuli
atau reinforceri, karena
perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya
memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang
anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan
menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Dalam kenyataannya, respons jenis
pertama itu (respondent response atau
respondent behavior) sangat terbatas
adanya pada manusia dan karena adanya hubungan yang pasti antara stimulus dan
respons kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah kecil. Sebaliknya, operant response atau instrumental behavior merupakan bagian
terbesar daripada tingkah laku manusia, dan kemungkinannya untuk memodifikasi
\boleh dikatakan tak terbatas. Fokus teori Skinner adalah adalah pada respons
atau jenis tingkah laku yang kedua ini; soalnya ialah bagaimana menimbulkan,
mengembangkan dan memodifikasikan tingkah laku tersebut. Jika disederhanakan
prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant
conditioning itu adalah sebagai berikut :
1) Dilakukan identifikasi mengenai hal apa
yang merupakan reinforcer (hadiah)
bagi tingkah laku yang akan dibentuk itu.
2) Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi
komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud.
Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada
terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
3) Dengan mempergunakan secara urut
komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing -masing
komponen itu.
4) Melakukan pembentukan tingkah laku dengan
menggunakan urutan komponen-komponen yang telah tersusun itu. Kalau komponen
pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan; hal ini akan mengakibatkan
komponen itu makin cenderung untuk sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk,
dilakukannya komponen kedua yang diberi hadiah (komponen pertama tidak lagi
memerlukan hadiah); demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk.
Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya,
sampai seluruh tingkah laku yang diharapkan terbentuk.
Dalam kenyataan,
prosedur penyederhanaan operant
conditioning banyak variasi dan lebih kompleks.
Komponen proses belajar menurut Skinner
terdiri dari stimulus yang diskriminatif (discriminative
stimulus) dan penguatan (positif, negatif, dan hukuman) untuk menghasilkan
respons (perubahan tingkah laku). Stimulus yang diskriminatif menurut Skinner
merupakan stimulus yang selalu hadir untuk pemunculan suatu respons. Kunci
berwarna merah merupakan stimulus yang diskriminatif dalam percobaan Skinner
terhadap burung merpati. Jika merpati mematuk kunci merah maka merpati akan
memperoleh makanan. Setelah beberapa kali pengulangan, jika kunci diganti warna
maka merpati tidak akan mematuk. Makanan dalam hal ini berfungsi sebagai faktor
penguatan. Kemungkinan pemunculan respons dapat dimaksimalkan dengan kehadiran
stimulus yang diskriminatif. Jika ada stimulus lain yang memiliki persamaaan
dengan stimulus diskriminatif maka respons dapat dimunculkan kembali.
Skinner juga membuat eksperimen
dalam laboratoriumnya dengan memasukkan tikus kedalam kotak yang disebut Skinner Box. Kotak ini sudah
dilengkapi dengan berbagi perlengkapan yaitu tombol, alat pemberi makan,
penampung makanan, lampu yang diatur nyalanya dan lantai yang dialiri oleh
listrik. Karena dorongan lapar sang tikus (hunger drive), si tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus itu bergerak kesana-kemari untuk keluar dari
box, tidak sengaja tikus itu menekan tombol sehingga makanan keluar. Secara
terjadwal, diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
di tunjukkan oleh tikus tersebut, sehingga proses ini disebut shapping. Tujuan
dari eksperimen ini sendiri adalah bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.
Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan. Selain itu menghasilkan hukum-hukum dari
teori belajar yaitu:
(1) Law of operant conditioning,
yaitu jika
timbulnya perilaku yang diiringi dengan stimulus penguat, maka perilaku itu
menguat.
(2) Law of operant of extinction,
yaitu jika
timbulnya operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak
diiringi stimulus penguat , maka perilaku itu akan menurun.
(John W. satrock, 2007).
Jika
dalam teori Thorndike dikenal konsep reward,
maka dalam teori Skinner menganggap reinforcement
merupakan faktor penting dalam belajar. Reinforcement (penguatan) adalah konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Dan Punishment
(hukuman) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu
perilaku. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Secara
umum reinforcement (penguatan) dibedakan
menjadi tiga kelompok, yaitu:
A. Dari
Segi Jenisnya
Dari
segi jenisnya reinforcement dibagi menjadi
dua kategori, yaitu:
a) Reinforcemen primer yaitu
reinforcemen yang berupa kebutuhan dasar manusia seperti; makanan, air, keamanan,
dan kehangatan.
b) Reinforcemen sekunder yaitu
reinforcemen yang diasosiasikan dengan reinforcemen primer, seperti; uang
mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu
dapat digunakan untuk membeli kue kesukaannya.
B. Dari
Segi Bentuknya
Dilihat
dari segi bentuknya reinforcement
dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Penguatan
Positif adalah
penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti
dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan
positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll) dan berupa perilaku
(senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan
jempol, atau penghargaan).
b) Penguatan Negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip
bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus
yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara
lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa,
dll).
C. Waktu pemberian reinforcemen,
Keefektifan
reinforcemen dalam prilaku tergantung pada berbagai factor diantaranya
frekuensi atau jadwal pemberian reinforcemen. Ada empat macam pemberian jadwal
reinforcemen, yaitu:
a) Fixed Rtio (FR) adalah salah
satu skedul pemberian reinforcemen ketika reinforcemen diberikan setelah
sejumlah tingkah laku. Misalnya, seorang guru mengatakan “kalau kalian dapat
menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan cepat dan benar, maka kalian boleh
pulang dahulu”.
b) Variabel-Ratio (VR) adalah
sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbgai macam reinforcemen, dari
reinforcemen satu ke reinforcemen yang lain.
c) Fixed Interval (FI), yang
diberikan ketika seorang menunjukkan prilaku yang diinginkan pada waktu
tertentu.
d) Variabel Interval (VI) yaitu
reinforcemen yang diberikan tergantung pada waktu dan sebuah respons. Tetapi
antara waktu dan reinforcemen bermacam-macam.
Satu
cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan
negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau
diperoleh. Dan rangsangannya makin memperkuat atau mendorong suatu tindak
balas. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan serta
menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. Adalah mudah
mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu,
ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Skiner menekankan
bahwa hukuman dapat menghasilkan tiga dampak yang tidak diharapkan, yaitu
hukuman hanya bersifat sementara dalam menghilangkan respons yang tak
diinginkan, hukuman dapat mengakibatkan timbulnya perasaanyang tidak
mengenakkan, sepert malu, rasa bersalah, dll, dan hukuman dapat meningkatkan
pemunculan perilaku yang dianggap mengurangi hadirnya stimulus yang tidak
menyenangkan. Secara umum, hukuman tidak menghasilkan perilaku yang positif.
Oleh karena itu, Skinner lebih menganjurkan penggunaan penguatan daripada
hukuman jika ingin memperoleh respons yang benar.
Berikut ini
disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman. Contoh
dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman
Penguatan positif
|
||
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang
bagus
|
Konsekuensi
Guru menguji murid
|
Prilaku
kedepan
Murid mengajukan lebih banyak
pertanyaan
|
Penguatan
negatif
|
||
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru
berhenti menegur murid
|
Prilaku
kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR
tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid menyela guru
|
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
|
Prilaku
kedepan
Murid berhenti menyela guru
|
Penguatan bisa berbentuk postif
dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam
hukuman, perilakunya berkurang.
|
( John W.
Satrock, 2007).
Teori Skinner tidak hanya mencakup
penjelasan terhadap proses belajar sederhana, namun juga proses belajar yang
kompleks, yang dikenal dengan nama shaping
(pembentukan). Proses shaping yang
dilakukan secara bertahap akan menghasilkan penguasaan terhadap perilaku yang
kompleks melalui perancangan (manipulasi) stimulus yang diskriminatif dan
penguatan. Menurut Skinner, proses shaping
dapat menghasilkan perilaku yang kompleks yang tidak memiliki kemungkinan untuk
diperoleh secara alamiah atau dengan sendirinya. Shaping yang berkelanjutan yang dilakukan untuk memperoleh perilaku
kompleks, disebut dengan program oleh
Skinner. Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat
disimpulkan bahwa :
a) Setiap langkah dalam proses belajar perlu
dibuat pendek-pendek, berdasarkan tingkah laku yang pernah dipelajari
sebelumnya.
b) Untuk setiap langkah yang pendek tersebut
disediakan penguatan yang dikontrol dengan hati-hati.
c) Penguatan harus diberikan sesegera
mungkin setelah respons yang benar dimunculkan.
d) Stimulus diskriminatif perlu dirancang
sedemikian rupa agar dapat diperoleh perampatan stimulus dan peningkatan
keberhasilan belajar.
Dasar teori Skinner dan perkembangan
teorinya selanjutnya menjadikan Skinner seorang penganut aliran perilaku yang
mempunyai nama dan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan teori
belajar dalam aliran perilaku. Teori Operant
Conditioning dari Skinner percaya bahwa setiap individu harus
diidentifikasi karakteristik maupun perilaku awalnya untuk suatu proses shaping. Skinner menyatakan, bahwa
perilaku dapat dibentuk (dan juga dihilangkan) sehingga (hampir) semua orang
yang memperoleh latihan yang layak akan dapat memiliki perilaku tertentu yang
diinginkan. Juga pengkondisian suatu respons sangat tergantung kepada penguatan
yang dilakukan berulang-ulang secara berkesinambungan. Skinner juga
mengemukakan bahwa manusia dapat diajar untuk berpikir atau menjadi kreatif
melalui metode pemecahan masalah yang melibatkan proses identifikasi masalah
secara tepat (labeling), dan proses
mengaktifkan strategi (rule and or
sequence) untuk memanipulasi variabel dalam masalah tersebut sehingga
diperoleh pemecahan masalahnya.
2.2 Penggunaan Teori Skinner (Operan Conditioning)
Eksperimen yang dilakukan oleh Skinner
dipusatkan pada penempatan subjek-subjek dalam situasi-situasi yang terkontrol,
dan mengamati perubahan-perubahan dalam perilaku subjek-subjek itu yang
dihasilkan dengan mengubah secara sistematis konsekuensi-konsekuensi dari
perilaku subjek-subjek tersebut. Kontribusi Skinner, seperti halnya dengan
Pavlov, bukan terdiri hanya atas apa yang telah ditemukannya, melainkan juga
atas metode-metode yang digunakan-nya. Skiner terkenal dengan pengembangan dan
penggunaan aparatus yang biasa disebut dengan kotak Skinner (Skinner Box). Penggunaan teori Skinner
ini diaplikasikan dalam proses pembelajaran dikelas diantaranya sebagai berikut
:
2.2.1 Bahan
yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2.2.2 Hasil
berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan
jika benar diperkuat.
2.2.3 Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
2.2.4 Materi
pelajaran digunakan sistem modul.
2.2.5 Tes
lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
2.2.6 Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
2.2.7 Dalam
proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
2.2.8 Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
2.2.9 Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
2.2.10 Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu)
2.2.11 Tingkah
laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai
tujuan.
2.2.12 Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
2.2.13 Mementingkan
kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
2.2.14 Dalam
belajar mengajar menggunakan teaching machine.
2.2.15 Melaksanakan
mastery learning yaitu mempelajari
bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak
berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang
berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
2.3 Kelebihan, Kekurangan dan Manfaat Teori
Skinner
2.3.1 Kelebihan
Teori Skinner
Kelebihan
dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik diarahkan untuk
menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya
sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik
sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2.3.2 Kekurangan
/ Kelemahan Teori Skinner
Adapun
beberapa kekurangan/kelemahan dari teori Skinner ini berdasarkan analisa
teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
1. Teknologi
untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang berhasil
bergantung pada keterampilan teknologis,
2. Keseringan
respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang
kejadian.
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat
anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat
akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan
menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah
penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut
Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari
perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan
akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti:
kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi
pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak
menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai
dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak
penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya
penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau
olahraga.
2.3.3 Manfaat
Teori Skinner
Manfaat
yang dapat diambil dari Teori Skinner ini adalah dengan memberikan penguatan
terhadap peserta didik, maka peserta didik itu akan bersemangat/termotivasi
untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga mempengaruhi keberhasilan dari
perserta didik tersebut. Melalui proses shaping
yang dilakukan secara bertahap akan menghasilkan penguasaan terhadap perilaku
yang kompleks melalui perancangan (manipulasi) stimulus yang diskriminatif dan
penguatan.
Teori
Skinner dewasa ini sangat besar pengaruhnya, terutama di amerika Serikat dan
negara-negara pengaruhnya. Konsep-konsep behavior
control dan behavior modification
yang sangat populer di kalangan-kalangan tertentu, bersumber pada teori Skinner
ini. Di dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan
teknologi pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Program-program inovatif dalam
bidang pengajaran sebagian besar disusun berdasar atas teori Skinner.
Program-program yang demikian itu misalnya :
1. Programmed Instruction, dan sarananya programmed book.
2. Computer Assisted Instruction (CAI).
3. Program
yang menggunakan teaching machine.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari materi diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa Teori Skinner disebut juga Operant Conditioning. Dinamakan teori Skinner karena penelitian
pada teori ini dilakukan oleh seorang ilmuan bernama lengkap Burhuss Frederic Skinner. Menurut Skinner, kunci untuk
memahami perilaku individu terletak pada pemahaman terhadap hubungan antara
stimulus satu dengan stimulus lainnya, respons yang dimunculkan, dan juga
berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut. Komponen proses
belajar menurut Skinner terdiri dari stimulus yang diskriminatif (discriminative stimulus) dan penguatan
(positif, negatif, dan hukuman) untuk menghasilkan respons (perubahan tingkah
laku). Dalam teori Skinner menganggap reinforcement
merupakan faktor penting dalam belajar.
Reinforcement (penguatan) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa
suatu perilaku akan terjadi. Dan Punishment (hukuman) adalah
konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Menurut
Skinner, proses shaping dapat
menghasilkan perilaku yang kompleks yang tidak memiliki kemungkinan untuk
diperoleh secara alamiah atau dengan sendirinya. Shaping yang berkelanjutan yang dilakukan untuk memperoleh perilaku
kompleks, disebut dengan program.
Adapun kebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik
diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Kelemahannya adalah Teknologi
untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang berhasil bergantung
pada keterampilan teknologis, keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah
laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian.
Teori
Skinner ini dimanfaatkan untuk pembuatan program-program yang digunakan dalam
metodologi dan teknologi pengajaran. Salah satu penerapan Teori Skinner ini
adalah dilaksanakannya mastery learning
yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena
tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu
yang berbeda-beda.Tugas guru berat, administrasi kompleks.
3.2 Saran
Dalam
penyusunan makalah ini, saya menemukan banyak masalah dan kendala, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diperlukan demi
kesempurnaan penyusunan makalah ini, dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Bell-Cedler,
M.E. 1986. Learning and Istruction :
Theory into Practice. New York: Macmillan Publishing.
Bower,
G.H. & Hilgard, E.r. 1981. Theories
of Learning. Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall.
Irawan,
P. & Suciati. 1998. Teori Belajar dan
Motivasi. Buku Ia Program
Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional untuk Dosen Muda.
Jakarta: Dirjen Dikti.
Sudjana.
2005. Strategi Pembelajaran. Bandung:
Falah Production.
Soekamto,
T. 1998. Teori Belajar. Buku Ib Program
Pengembangan Keterampilan Dasar teknik Instruksional untuk dosen Muda.
Jakarta: Dirjen Dikti.
Suprijono,
Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori
& Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.
Suryabrata,
Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Wilis
Dahar, Ratna. 1989. Teori-Teori Belajar.
Jakarta: Erlangga.
Winataputra,
Udin, S, dkk. 2007. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yg baik,,adalah dia yg memberikan kritik dan saran yg sifatnx membangun guna kesempurnaan bloger,,,Thanks...