BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh
banyak faktor, diantaranya siswa, pengelola sekolah, lingkungan,kualitas
pengajaran, kurikulum dan sebagainya (Suhartoyo, 2005). Usaha peningkatan
pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem
evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan sistem pembelajaran yang baik
akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya sistem penilaian
yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan
memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik (Mardapi, 2003).
Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan
guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi
dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu
lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar,
namun perlu penilaian terhadap input, output dan kualitas proses pembelajaran
itu sendiri. Dalam hal ini, saya menyajikan beberapa hal tentang teknik
evaluasi yang dapat digunakan dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu
tentang kemampuan belajar, sikap, keterampilan, sifat, bakat, minat dan
kepribadian. Adapun teknik yang akan dijelaskan adalah teknik nontes. Salah satu teknik yang
sangat membantu dalam penilaian terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan siswa.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Pengertian Teknik Notes
1.2.2
Pengertian Teknik Tes
1.2.3
Pengembangan Penilaian yang Inovatif
1.2.4
Syarat Alat Penilaian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teknik Notes
Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi. Tehnik
evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes.
Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh
meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan
lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik
secara individu maupun secara kelompok. Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau
inheren dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di
antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik dengan cara langsung, tak
langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas), angket
(tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student
journal, pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat
diukur dengan alat tes. Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang
sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek
efektif psikomotor.
·
Penggolongan
Tehnik Nontes
1) Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan
langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum
observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dapat
dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman
sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan
lain-lain.
a) Cara dan Tujuan Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi
dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1) Observasi partisipatif dan
nonpartisipatif
Observasi
partisipatif adalah observasi dimana orang yang
mengobservasi
(observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang
dilakukan
oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi
nonpartisipatif, observasi tidak
mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator
berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka.
Contoh observasi partisipatif :
Misalnya guru mengamati setiap anak.
Contoh observasi nonpartisipatif : guru
hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2) Observasi sistematis dan observasi
nonsitematis
Observasi
sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observasi sudah mengatur
sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati Sedangkan
observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur
ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis :
misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru
melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati,
misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan
kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid
dalam menanam bunga.
Contoh observasi nonsistematis :
maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak
yang sedang menanam bunga.
3) Observasi Eksperimental
Observasi
eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi
sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala
sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
a) Menilai
minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam
diri siswa.
b) Melihat
proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa
maupun kelompok.
c) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan
seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan
pendapatnya secara lisan, dalam bekerja
kelompok dan
juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan
data.
b)
b. Sifat Observasi
Observasi
yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu
yaitu:
1. Hanya dilakukan
sesuai dengan tujuan pengajaran
2. Direncanakan
secara sistematis
3. Hasilnya dicatat
dan diolah sesuai dengan tujuan
4. Dapat diperika
validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.
c. Kelebihan dan Kelemahan
Observasi
Observasi sebagai
alat penilain nontes, mempunyai beberapa
kelebihan,
antara lain:
1. Observasi dapat
memperoleh data sebagai aspek tingkah laku
anak.
2. Dalam observasi
memungkinkan pencatatan yang serempak
dengan
terjadinya suat, gejala atau kejadian yang penting
3. Observasi dapat
dilakukan untuk melengkapi dan mencek
data yang
diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket.
4. Observasi tidak perlu mengunakan bahasa untuk
berkomunikasi
dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak
langsung memegang peran.
Observasi juga
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
1. Observasi tidak
dapat mengungkapkan kehidupan pribadi
seseorang
yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan
kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati
anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya
gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi
dirahasiakan.
2.
Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau
sedang
diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya
dibuat-buat,
agar observer merasa senang.
3.
Observasi banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak
dapat
dapat dikontrol sebelumya.
Langkah-langkah
menyusun observasi :
1. Merumuskan
tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan observasi
6. Menyusun alat penilaian
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan observasi
6. Menyusun alat penilaian
2) Wawancara (Interview)
Wawancara,
suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan
yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2
kategori, yaitu :
1)
Wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan
untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia
diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara.
2)
Wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun
pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk
menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
Wawancara
adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan
jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace
relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain
misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya.
Keberhasilan
wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi
oleh
beberapa hal :
a. Hubungan baik pewawancara dengan anak yang
diwawancarai.
Dalam hal
ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai.
b.
Keterampilan pewawancara.
Keterampilan
pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap
hasil wawancara yang dilakukan,
karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
c. Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara
juga sangat dipengaruhi oleh pedoman
yang dibuat oleh guru
sebelum guru melaksanakan wawancara
harus membuat
pedoman-pedoman secara terperinci, tentang
pertanyaan yang akan
diajukan.
Langkah langkah penyusunan wawancara :
1. Perumusan tujuan.
2. Perumusan kegiatan atau
aspek-aspek yang dinilai.
3. Penyusunan kisi-kisi.
4. Penyusunan pedoman wawancara.
5. Lembaran penilaian.
4. Penyusunan pedoman wawancara.
5. Lembaran penilaian.
Kelebihan
dan kelemahan wawancara :
Kelebihan wawancara yaitu :
1. Wawancara
dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini
tergantung pada hubungan baik
antara pewawancara dengan objek
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah
dalam pelaksaannya.
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.
Data tentang keadaan individu lebih
banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.
4. Wawancara dapat
menimbulkan hubungan yang baik antara si
pewawancara dengan
objek.
Kelemahan wawancara yaitu :
1. Keberhasilan wawancara
dapat dipengaruhi oleh kesediaan,
kemampuan individu yang
diwawancarai .
2. Kelancaran wawancara dapat
dipengaruhi oleh keadaan sekitar
pelaksaan wawancara .
3.
Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna
dari
pewawancara.
4. Adanya pengaruh subjektif
dari pewawancara dapat mempengaruhi
hasil wawancara.
Ada dua jenis wawancara yang dapat
pergunakan sebagai alat
evaluasi, yaitu:
a. Wawancara
terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal
dengan istilah wawancara
berstruktur (Structured Interview) atau
wawancara sistematis
(Systematic Interview).
b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided
Interview) yang sering
dikenal
dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview)
atau
wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau
wawancara
bebas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai
pewawancara yaitu:
a. Guru yang akan
mengadakan wawancara harus mempunyai back
ground tentang apa yang akan ditanyakan.
b. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud
b. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud
wawancara tersebut.
c. Harus menjaga hubungan yang baik.
c. Harus menjaga hubungan yang baik.
d. Guru harus mempunyai sifat yang dapat
dipercaya.
e. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan
e. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan
kalimatnya jelas.
f. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
g. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang
f. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
g. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang
menjadi sumber data.
h. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
i. Guru harus mengobrol dalam wawancara.
h. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
i. Guru harus mengobrol dalam wawancara.
j. Batasi waktu wawancara.
k. Hindari penonjolan aku
dari guru.
3) Angket
(Questionaire) .
Pada
dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai
latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis
tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat
dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara
langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai
keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket itu
diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain.
Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang
terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, angket
dibagi menjadi angket langsung angket tidak langsung. Angket langsung adalah
angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan
angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat
dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban
adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau
anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka angket
terbagi menjadi angket tertutup dan angket terbuka. Angket tertututp adalah
daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya
memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap sesuai.
Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab
diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai
dengan apa yang ia ketahui.
Ditinjau dari
strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam,
Yaitu
:
1) Angket
berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan
model
pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban
tegas
dan terbatas pula.
2) Angket tidak berstruktur adalah angket yang
membutuhkan
jawaban
uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak
dituntut
untuk memberi penjelasan- penjelasan, alasan-alasan
terbuka.
Angket sebagai alat penilaian terhadap
sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan
dan kelemahan.
Kelebihan
angket antara lain:
1. Dengan angket kita dapat
memperoleh data dari sejumlah anak
yang
banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat
dihindarkan.
Kelemahan angket, antara
lain:
1. Pertanyaan yang diberikan
melalui angket adalah terbatas, sehinggapabila ada hal-hal yang kurang
jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak
dijawab oleh
semua anak, atau mungkin dijawab
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas
menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3.
Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan
semua, sebab banyak anak yang merasa
kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali
angketnya.
Langkah-langkah menyusun
angket :
1.Merumus kantujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan angket
6. Menyusun alat penilaian
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan angket
6. Menyusun alat penilaian
4).
Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)
Evaluasi
mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan
belajar
peserta didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat
dilengkapi
atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen;
misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography).
Riwayat
hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama
dalam
masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka
subjek
evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau
sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik
mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada
saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik
dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.
5)
Sosiometri
Sosiometri adalah suatu
penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu
kelompok. Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan
sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang
meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan
sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana
keadaan hubungan social dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas.
Langkah yang ditempuh
guru dalam sosiometri ada 3 yaitu:
a) Langkah pemilihan teman
Disini guru menyuruh
semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara berurutan
sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan mengapa
harus memilih teman itu.
b) Langkah pembuatan tabel
Guru membuat tabel dalam
materi tes sosiomentri dari data yang telah diperoleh dalam langkah pemilihan
teman.
c) Langkah Pembuatan Gambar
(Sosiogram)
Dari data yang telah
kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau
sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih
diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak
dipilih.
Dengan melihat hasil sosiometri
kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi sosial dari masing-masing
anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat dibuat
pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.
Sosiometri sebagai alat
penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara lain:
1. Untuk pembentukan kelompok
dalam menentukan kelompok kerja
(pembagian tugas)
2. Untuk pengarahan dinamika
kelompok
3. Untuk memperbaiki hubungan
individu dalam kelompok dan
memberi bimbingan kepada
setiap anak.
Dari
uraian tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi
hasil belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan
mengunakan alat berupa tes- tes hasil belajar. Teknik-teknik nontes juga
menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar,
lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik,
seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau
sikapnya, dan sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan
mengunakan tes sebagai alat pengukurnya.
6) Rating
scale atau skala bertingkat
Rating scale atau skala
bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka- angak diberikan
secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-
angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan
terhadap angka yang lain.
7) Daftar
cocok
Daftar cocok adalah sebuah
daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si
penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban
yang ia anggap sesuai.
8)
Riwayat hidup
Evaluasi
ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi
sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
·
Alat
Penilaian Non Test
Ada beberapa alat penilaian yang
sering digunakan dalam penilaian. Alat tersebut adalah skala penilaian, daftar
cek, catatan anekdot, dan catatan kumulatif. Untuk lebih jelasnya diuraikan di
bawah ini.
a. Skala Penilaian
Skala penilaian adalah alat
penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cirri-ciri tertentu dan
menentukan tingkat atau jumlah yang telah dicapai yang bersangkutan dengan
jumlah atau ciri-ciri tertentu tersebut. Skala penilaian bisa digunakan dalam
teknil wawancara, observasi, angket. Menurut bentuknya skala penilaian
dibedakan menjadi:
1.
Bentuk kuantitatif
Skala penilaian bentuk kuantitatif
adalah skala penilaian yang perbedaan tingkatnya dibedakan dengan angka.
2. Bentuk desktiftif
Skala
penilaian bentuk deskriptif adalah skala penilaian yang perbedaan
tingkatnya
dibedakan dengan pernyataan. Contoh berilah tanda cek (√)
di depan pernyataan yang merupakan
sifat yang dimiliki peserta diskusi kelompok.
3. Bentuk grafis
Skala penilaian dalam bentuk grafis
adalah skala penilaian yang tingkatannya dimasukkan ke dalam kotak-kotak,
dimana yang menilai member tanda cheek list pada kotak tersebut.
b. Daftar cek
Daftar cek adalah alat penilaian non
test yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cirri-ciri tertentu, tetapi
tidak ada perbedaan tingkatan secara kuantitatif. Daftar cek ini bisa digunakan
dalam teknik penilaian wawancara, observasi, angket.
Daftar cek dikerjakan dengan
memberikan tanda cek (√) di samping ciri yang diamati dalam rangkaian tingkah
laku atau hasil kerja yang sedang dinilai. Apabila cirri tersebut tidak
ditemukan, maka dikosongkan.
c. Catatan anekdot
Catatan anekdot adalah
alat penilaian dengan cara mengumpulkan catatan-catatan kejadian khusus yang
dibuat sebagai hasil pengamatan guru terhadap tingkah laku siswa yang dinilai.
Catatan anekdot berguna untuk menelaah perkembangan individu siswa. Catatan
anekdot harus memiliki syarat objektif, deskriptif, hendaknya mengemukakan
situasi satu persatu dan selektif.
Catatan Anekdot yaitu catatan khusus
mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku anak yang dianggap penting
(istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam yaitu anekdot insidental,
digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi sewaktu-waktu, tidak terus-
menerus. Sedangkan catatan anekdot periodik digunakan untuk mencatat peristiwa
tertentu yang terjadi secara insedental dalam suatu periode tertentu. Catatan
anekdot mempunyai kegunaan dalam melaksanakan observasi trerhadap tingkah laku
anak. Kegunaanya untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang murid
sebagai individu yang kompleks, memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari
suatu problema yang dihadapinya, dan dapat dijadikan dasar utuk pemecahan
masalah anak dalam belajar.
d. Catatan
kumulatif
Catatan kumulatif adalah alat
penilaian yang bersumber dari kumpulan data tentang diri seorang siswa. Catatan
ini sering disebut data pribadi atau kartu pribadi, misalnya :
1.
Identitas siswa
2. Keadaan
siswa dan status social siswa, prestasi belajar,
3. Data riwayat kesehatan,
4. Hobby
5. Minat
4. Hobby
5. Minat
6. Bakat
umum dan khusus
7. Hasil
bimbingan yang telah dilakukan
Suatu alat penilaian haruslah memenuhi
unsur-unsur validitas.
Dalam
hal ini alat penilaian harus valid, yang meliputi validitas: isi / kurikuler,
ramalan, kesamaan. Di samping itu, alat penilaian juga harus reliabel.
Reliabililitas alat penilaian bisa dilakukan dengan jalan : tes ulang, pecahan
setara, belah dua. Alat penilaian juga harus praktis, artinya mudah
dilaksanakan dan dipahami oleh siswa. Di samping itu suatu alat penilaian juga
jangan terlalu sukar, tetapi sebaliknya juga jangan terlalu mudah. Atau dengan
kata lain alat penilaian sebaiknya mempunyai taraf kesukaran yang sedang.
Syarat lain yang harus dipenuhi adalah alat penilaian harus bisa membedakan
antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai. Ini berarti alat
penilaian juga harus mempunyai daya pembeda yang tinggi.
2.2 Pengertian Teknik Tes
Tes adalah suatu cara untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu
nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan
dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang
ditetapkan.
·
Ragam
Alat Evaluasi :
1) Bentuk Obyektif
a) Tes benar dan salah.
Tes ini merupakan alat evaluasi yang paling bersahaja, baik dalam hal susun item-itemnya maupun dalam hal cara menjawabnya. Soal-soal dalam tes ini berbentuk pertanyaan pilihan hanya dua macam yakni benar dan salah.
Tes ini merupakan alat evaluasi yang paling bersahaja, baik dalam hal susun item-itemnya maupun dalam hal cara menjawabnya. Soal-soal dalam tes ini berbentuk pertanyaan pilihan hanya dua macam yakni benar dan salah.
b) Tes Pilihan Berganda.
Iten-item dalam tes pilihan berganda biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat di jawab dengan memilih salah satu dari empat atau lima alternatif jawaban yang mengiringi setiap soal
Iten-item dalam tes pilihan berganda biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat di jawab dengan memilih salah satu dari empat atau lima alternatif jawaban yang mengiringi setiap soal
c) Tes pencocokan (menjodohkan).
Tes pencocokan (matching test) di susun dalam dua daftar yang masing-masing memuat kata, istilah atau kalimat yang diletakkan bersebelahan tugas siswa Dalam menjawab item-item soal ialah mencari pasangan yang selaras antara kalimat atau istilah yang ada pada daftar.
Tes pencocokan (matching test) di susun dalam dua daftar yang masing-masing memuat kata, istilah atau kalimat yang diletakkan bersebelahan tugas siswa Dalam menjawab item-item soal ialah mencari pasangan yang selaras antara kalimat atau istilah yang ada pada daftar.
d) Tes Isian.
Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek yang ada pada bagian-bagian yang memuat istilah atau nama tertentu yang dikosongkan. Tugas siswa dalam hal ini berpikir untuk menemukan kata-kata yang relevan dengan karangan tersebut.
Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek yang ada pada bagian-bagian yang memuat istilah atau nama tertentu yang dikosongkan. Tugas siswa dalam hal ini berpikir untuk menemukan kata-kata yang relevan dengan karangan tersebut.
e) Tes Perlengkapan.
Cara
menyelesaikan tes melengkapi pada dasarnya sama dengan cara menyelesaikan tes
isian. Perbedaan terletak pada kalimat. Kalimat-kalimat yang digunakan sebagai
isntrumen
2) Bentuk subyektif.
Alat evaluasi yang berbentuk tes subyektif adalah alat pengukur prestasi belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan skor atau angka pasti, hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa. Instrument evaluasi mengambil bentuk essay examination. (Muhibbin Syah, 1999: 180-181).
Alat evaluasi yang berbentuk tes subyektif adalah alat pengukur prestasi belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan skor atau angka pasti, hal ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh para siswa. Instrument evaluasi mengambil bentuk essay examination. (Muhibbin Syah, 1999: 180-181).
2.3 Pengembangan Penilaian yang
Inovatif
Metode penilaian saat ini berkembang karena berubahnya
hal-hal yang dianggap penting dalam proses belajar, seperti komunikasi dan
penggunaan teknologi. Tidak semua hasil proses belajar dapat diukur dengan
metode penilaian formal (tradisional) seperti ujian tertulis yang selama ini
dipergunakan. Untuk itu diperlukan metode-metode penilaian yang baru, metode
penilaian yang lebih inovatif untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Metode
inovatif lebih menekankan pada:
• proses dari pada isi
• teknologi
• kerja sama
• komunikasi
• teknologi
• kerja sama
• komunikasi
• partisipasi aktif siswa
• aplikasi di lapangan.
Oleh karena itu, penilaian yang bersifat inovatif ini, yang
juga dikenal dengan penilaian informal biasanya muncul bersamaan dengan
berlangsungnya proses belajar mengajar. Metode penilaian inovatif menilai di
antaranya melalui portfolio, jurnal siswa, concepts maps (peta konsep),
annotated classlist, pertanyaan-pertanyaan, student constructed test,Cognitive
Process Checklist, kualitas afeksi siswa, dan penilaian siswa terhadap diri
sendiri. Jurnal berisi tentang catatan pelajaran siswa, data, ringkasan,
pertanyaan, evaluasi, revisi, kritik dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
proses belajar.
Ø Keterangan :
1. Annotated Classlist (Daftar Informasi Siswa di dalam
Kelas)
Annotated
Classlist adalah suatu daftar yang memberikan cara sistematis untuk mengamati
siswa di dalam kelas. Komponen yang diamati adalah : tingkah laku, ketrampilan,
sikap, dan perhatian.
2. Student-constructed Test (Test yang Dikonstruksi oleh
Siswa)
Student-constructed
Test adalah siswa diminta guru untuk membuat daftar pertanyaan (termasuk
jawabannya) pada suatu mata pelajaran yang akan diuji. Guru memilih pertanyaan
dari daftar pertanyaan tersebut dan dikeluarkan dalam test.
3. Cognitive Process Checklist (Daftar Proses Ketrampilan
Kognitif)
Cognitive
Process Checklist melakukan penilaian dengan matriks yang terdiri dari nama-
nama siswa dan kata-kata yang berhubungan dengan keterampilan kognitif seperti
: mengklasifikasikan, membuat hipotesis, membuat kesimpulan, menguraikan,
mensintesis, mengevaluasi, merencanakan, menyelesaikan masalah.
4. Concept Maps
Concept
maps (peta konsep) adalah proses identifikasi konsep-konsep yang terdapat pada
suatu ilmu dan pengorganisasian konsep-konsep tersebut ke dalam bentuk dua
dimensi yang disusun secara berurutan dari yang umum ke yang lebih spesifik.
Hubungan antara konsep- konsep tersebut dinyatakan dengankata atauprasa. Kerja
concept maps biasanya muncul di dalambrainstorming terhadap materi yang sedang
diajarkan. Para siswa dapat mengurutkan atau mengatur konsep-konsep secara
hirarkis dalam papan tulis atau buku / lembar kerja. Kemudian konsep-konsep itu
dihubungkan dengan satu atau lebih konsep yang lain dengan kata atau prasa yang
menjelaskan hubungan antara konsep tersebut.
Concept maps dapat digunakan untuk :
• revisi topik atau materi
• memotivasi siswa
• menguatkan ide tentang suatu topik atau materi
• membangun diskusi tentang suatu topik
• membuat urutan ide dalam suatu topik atau materi
• klarifikasi konsep-konsep
• memotivasi siswa
• menguatkan ide tentang suatu topik atau materi
• membangun diskusi tentang suatu topik
• membuat urutan ide dalam suatu topik atau materi
• klarifikasi konsep-konsep
Langkah-langkah untuk membuat
concept maps dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama-tama guru memilih materi
yang relevan. Map (peta) direncanakan memang relevan untuk menjelaskan konsep
dari materi yang akan diajarkan. Langkah yang kedua para siswa melakukan
brainstorming terhadap materi, dan membuat daftar dari konsep-konsep yang ada
pada materi tersebut. Kemudian urutkan konsep-konsep yang ada ke dalam yang
sifatnya umum (sangat penting) ke konsep-konsep yang sifatnya khusus (kurang
penting). Berikutnya, letakkan konsep yang sangat umum (sangat penting) pada
bagian paling atas, berturut-turut kemudian untuk konsep yang lebih spesifik
(kurang penting) di bawahnya. Akhirnya, hubungkan antara konsep yang ada dengan
kata atau prasa yang mengidentifikasikan hubungan antara konsep tersebut. Bila
mungkin, bisa juga dicari hubungan antara konsep yang sifatnya cross.
5.Portfolio
Portfolio adalah kumpulan hasil
pekerjaan siswa dalam suatu topik tertentu. Isi portofolio dapat berupa data,
analisis data, gambar, diagram, contoh-contoh, problem solving, kuis dan lain
lain. Dalam pengerjaan portfolio memungkinkan siswa untuk menunjukkan
kemampuannya.
Contoh portfolio yang paling
sederhana adalah map dengan kumpulan- kumpulan bukti yang dapat berupa :
a. artefact, yaitu dokumen yang
dihasilkan selama proses belajar
seperti laporan praktikum, pekerjaan rumah, proyek
penelitian.
b. reproduksi,
yaitu foto, film, artikel, buku, copy
c. attestation, dokumen siswa yang disiapkan oleh
orang lain seperti orang tua, teman, guru
d. produksi, yaitu dokumen yang khusus dibuat
untuk pengerjaan
portofolio.
Struktur
portfolio ini meliputi :
1. Tema/Judu
2. Tujuan
3. Daftar isi
4. Bukti-bukti dan keterangannya
5. Kesimpulan
6. Refleksi
3. Daftar isi
4. Bukti-bukti dan keterangannya
5. Kesimpulan
6. Refleksi
Dengan struktur seperti itu, bisa
dikatakan bahwa portfolio adalah semacam paper atau lembar kerja, bisa juga
semacam kliping yang berisi tentang pembuktian terhadap topik yang ditugaskan
oleh guru. Hanya saja dalam proses pengerjaannya siswa selalu dapat
berkonsultasi dengan guru tentang bukti-bukti yang mendukung dari topik yang dipilih.
Bukti-bukti itu bisa berupa artefact, reproduksi, attestation, dan produksi.
Dengan demikian dari waktu ke waktu guru bisa menilai kemajuan dan kemampuan
siswa dalam mencari bukti pendukung terhadap suatu topik yang ditugaskan. Yang
terpenting dari kerja portfolio adalah kemampuan siswa memberikan atau
menjelaskan bukti-bukti yang diperoleh (struktur ke 4 dari portfolio). Dari
penjelasan siswa ini guru akan mengetahui betul kemampuan siswa di dalam
menjawab suatu masalah dengan bukti pendukungya. Di samping itu, refleksi dari
siswa (struktur ke 6 dari portfolio) juga sangat membantu guru untuk mengetahui
akan kemampuan mengekspresikan tema yang ada di dalam aplikasi atau
pengembangan keilmuan berikutnya. Penjelasan dan bukti-bukti yang disusun siswa
bisa juga disajikan dalam bentuk concept maps.
Portfolio dievaluasi dengan cara :
Pertemuan teratur siswa dan guru
untuk menilai kemajuan pengerjaan portfolio Menentukan standar atau kriteria
tertentu, dan menilai apakah bukti yang dikumpulkan sesuai dengan kriteria
pengorganisasian bukti Substansi materi portfolio secara keseluruhan.
6.
Pertanyaan-Pertanyaan
Selama berlangsungnya proses belajar
mengajar, guru dapat memberikan pertanyaan- pertanyaan kepada para siswanya.
Pertanyaan lisan dan tertulis dapat memberikan informasi yang kaya sebagai
bahan penilaian.
Menurut Sullivan (1987) pertanyaan yang “baik” bersifat :
♦
Mendalam (lebih dalam dari mengingat dan reproduksi)
♦ Mendidik
♦ Terbuka atau dapat menerima beberapa jawaban
♦ Mendidik
♦ Terbuka atau dapat menerima beberapa jawaban
Melalui
pertanyaan yang baik akan terbentuk dialog antara guru dan siswa sehingga guru
dapat mengetahui apa yang sudah diketahui dan yang belum diketahui siswa.
Senada dengan Sullivan, Paul Swan (1995) juga telah menyarankan bahwa untuk
merangsang berpikir siswa hendaknya para guru di dalam proses belajar
mengajarnya meninggalkan pertanyaan- pertanyaan yang bersifat tertutup. Untuk
itu hendaknya para guru harus lebih banyak mengajukan pertanyaan yang bersifat
terbuka, bahkan bila mungkin pertanyaan itu mengarah ke investigasi. Hampir
senada dengan Paul Swan, Piet Speyers (1991) juga mengatakan bahwa pertanyaan
yang baik adalah yang mengarah pada kegiatan problem solving dalam setiap
pembelajarannya. Beberapa contoh pertanyaan yang bersifat terbuka dan mengarah
ke investigasi (dalam matematika) bisa disebutkan misalnya :
1. Sebuah persegi panjang mempunyai
luas 48 meter persegi,
berapa kemungkinan keliling persegi panjang
tersebut ?
2. Sebuah persegi panjang mempunyai
keliling 40 meter, berapa
kemungkinan
luas persegi panjang tersebut ?
Sementara itu, berkaitan dengan
materi pembelajarannya, David Clarke (1997) menyarankan tigal jenis pertanyaan
yang bisa dikembangkan seorang guru. Pertama, pertanyaan hendaknya merangsang
dayaabstraksi siswa. Kedua, pertanyaan harus memperhatikan konstektualitas
materi yang sedang dipelajari, dan akhirnya pertanyaan hendaknya memperhatikan
segike terhubungan antar konsep yang telah dan sedang dipelajari dengan problem
keseharian. Dengan mengajukan pertanyaan semacam itu, Clarke mengatakan bahwa
guru telah menjadikan materi pembelajarannya menjadi semakin sempurna. Misalnya
dalam proses perpelajaranan guru bisa meminta siswa mendiskusikan dan mencari
solusinya dari informasi Bank Dunia sebagai berikut :
“Penduduk
kota Besar B bertambah dengan 1 juta orang setiap minggunya, dan akan menjadi
lebih dari separo penduduk dunia dalam jangka waktu sepuluhtahun”.Kemudian guru
bisa meminta para siswa dengan pertanyaan misalnya : Gambarkan suatu grafik
yang menggambarkan informasi dari Bank Dunia tersebut ?
Dari
informasi tersebut, representasikan dalam suatu tabel, dan bila mungkin buatlah
suatu persamaan yang menggambarkan informasi tersebut. Diskusikan cara mana
yang lebih tepat untuk merepresentasikan informasi Bank Dunia tersebut ?.
7. Penilaian kualitas afeksi siswa
Penilaian kualitas afeksi siswa
dilakukan dengan matriks yang terdiri dari nama-nama siswa dan kata-kata yang
berhubungan dengan afeksi siswa seperti : kemauan, kesabaran, keingintahuan,
kontrol diri, pertimbangan, kebebasan, harga diri, toleransi, kesedian menerima
pendapat, kemampuan untuk berpartisipasi dalam kelompok. Pengukuran Domain Afektif :
Mengacu klasifikasi domain tujuan
pendidikan menjadi domain kognitif, afektif, dan psikomotor, maka untuk
mencapai tujuan ketiga domain tersebut diperlukan instrumen yang valid untuk
mengukur pencapaian ketiga domain tersebut. Pengukuran domain afektif tidak
semudah mengukur domain kognitif. Pengukuran domain afektif tidak dapat
dilakukan setiap saat (dalam arti pengukuran formal) karena perubahan tingkah
laku peserta didik dapat berubah sewaktu-waktu. Pembentukan sikap seseorang
memerlukan waktu yang relatif lama.
Dalam
skala nasional (dengan mengacu kepada tujuan pendidikan nasional) domain atau
ranah afektif memiliki cakupan lebih banyak dibandingkan dengan domain atau
ranah kognitif dan psikomotor. Penjabaran tujuan pendidikan nasional ke dalam
tujuan jenjang dan satuan pendidikan, kelompok mata pelajaran hingga tujuan
mata pelajaran, tidak terlepas dengan tujuan pendidikan nasional, hanya
proporsi dari masing-masing domain tersebut tidak sama untuk masing-masing mata
pelajaran. Kelompok mata pelajaran pendidikan agama dan akhlak mulia memiliki
porsi lebih banyak domain afektifnya dibanding kelompok mata pelajaran yang
lainnya.
Domain afektif dijabarkan menjadi 5
level, yaitu penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, organisasi, dan
pembentukan pola hidup. Untuk memudahkan dalam memilah kata kerja yang cocok
untuk masing-masing level tersebut. Menurut Suharsimi, terdapat beberapa skala
sikap yang dapat dipergunakan untuk mengukur domain afektif, di antaranya
sebagai berikut :
a. Skala Likert; skala ini disusun
dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh lima respon yang menunjukkan tingkatan. Misalnya: SS (sangat setuju),
S (setuju), TB (tidak berpendapat/abstain), TS (tidak setuju), STS (sangat
tidak setuju).
b. Skala Pilihan Ganda; skala ini
dikembangkan oleh Inkels, seorang ahli penilaian di Stanford University. Skala
ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda, yaitu terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang diikuti oleh sejumlah alternatif jawaban.
c. Skala Thurstone; skala ini mirip
dengan skala Likert karena merupakan suatu instrumen yang pilihan jawabannya
menunjukkan tingkatan. Perbedaan skala Thurstone dengan skala Likert, pada skala
Thurstone rentang skala yang disediakan lebih dari lima pilihan, dan disarankan
sekitar sepuluh pilihan jawaban (misalnya dengan rentang angka 1 s/d 11 atau a
s/d k). Jawaban di tengah adalah netral, semakin ke kiri semakin tidak setuju,
sebaliknya semakin ke kanan semakin setuju.
d. Skala Guttman; skala ini sama
dengan yang disusun oleh Bogardus, yaitu berupa tiga atau empat buah pertanyaan
yang masing-masing harus dijawab “ya” atau “tidak”. Pernyataan-pernyataan
tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan sehingga bila responden setuju
pernyataan nomor 2, diasumsikan setuju nomor 1, selanjutnya jika responden
setuju dengan pernyataan nomor 3, berarti setuju penyataan nomor 1 dan 2.
Contoh:
1). Saya mengizinkan anak saya
bermain ke tetangga.
2). Saya mengizinkan anak saya pergi
ke mana saja ia mau
3). Saya mengizinkan anak saya pergi
kapan saja dan ke mana saja.
4). Anak saya bebas pergi ke mana
saja tanpa minta izin terlebih dahulu.
e. Semantic Differensial; instrumen ini disusun oleh Osgood
dan kawan-kawan dipergunakan untuk mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi.
Dimensi-dimensi yang ada diukur dalam kategori; baik-tidak baik, kuat-lemah,
dan cepat-lambat atau aktif-pasif, atau
dapat juga berguna-tidak berguna.
Dengan mengacu pada pembagian skala
data menjadi empat, yaitu skala data nominal, ordinal, interval, dan rasio,
Augusty Ferdinan mengemukan teknik pengukuran untuk masing-masing skala data
tersebut,yaitu :
1.
Pengukuran Data Nominal
Untuk
mengukur data nominal dapat menggunakan pertanyaan dengan sejumlah pilihan
tertentu, atau pertanyaan dengan diakhiri titik-titik kosong, responden diminta
untuk menulis jawaban yang sesuai dengan keadaannya. Pemberian angka pada
kategori jawaban respon sematamata sebagai identitas atau tanda tertentu.
2. Pengukuran Data Ordinal
a. Forced
Ranking; dalam teknik ini seseorang (responden) diminta untuk memberikan
ranking pada sejumlah pilihan tertentu yang disediakan.
b. Semantic Scale; teknik ini
dipergunakan untuk menghasilkan respon terhadap sebuah stimuli, yang disajikan
dalam kategori semantik dan menyatakan sebuah tingkatan sifat atau keterangan
tertentu.
c. Summated (Likert) Scale; skala
Likert adalah sebuah ekstensi dari skala semantik, perbedaan utamanya
adalahpertama, skala ini menggunakan lebih dari satu item pertanyaan, di mana
beberapa pertanyaan digunakan untuk menjelaskan sebuah konstruksi, lalu
jawabannya dijumlahkan oleh karenanya disebut summated scala. Kedua, skala ini
dikalibrasi dengan cara jawaban yang netral diberi kode “0”.
3. Pengukuran Data
Interval
a. Bipolar Adjective; skala ini
merupakan penyempurnaan dari semantic scale,dengan harapan agar respons yang
dihasilkan dapat merupakan intervally scaled data. Caranya adalah dengan
memberikan hanya dua kategori ekstrim.
b. Agree-Disagree Scale; skala ini
merupakan salah satu bentuk lain dari bipolar adjective, dengan mengembangkan
pertanyaan yang menghasilkan jawaban setuju–tidak setuju dalam berbagai rentang
nilai.
c. Continous Scale; skala ini
merupakan salah satu teknik pengukur data untuk menghasilkan data interval, di
mana responden diminta untuk memberikan jawaban pada garis yang ditentukan, dan
setelah itu peneliti pengukur posisi yang dipilih oleh responden untuk
menghasil skor tertentu.
d. Equal With Interval; teknik ini
dipergunakan dengan menanyakan responden termasuk ke dalam kategori mana
pandangan mereka dapat diletakkan. Bila rentang yang digunakan tidakequal, maka
data yang dihasilkan cenderung merupakan data ordinal.
4. Pengukuran Data Rasio
a. Direct Quantification
(Kuantifikasi Langsung); teknik ini dilakukan dengan menanyakan secara langsung
nilai dari sebuah konstruksi.
b. Constant Sum Scale (Skala
Berjumlah Konstan); skala ini dapat dipergunakan untuk mengetahui preferensi
konsumen atas beberapa jenis sesuai dengan konstruk tertentu.
c. Reference Alternative (Alternatif
Rujukan), yaitu dengan menentukan sebuah acuan rujukan, dan penilaian diberikan
dengan membandingkan pada acuan yang dirujuk tersebut. Teknik ini disebut juga
dengan magnitude scaling.
BAB III
KESIMPULAN
Tekhnik nontes terdiri atas ; Observasi (pengamatan),
Wawancara (interview), Angket (Questionave), Pemeriksaan Dokumen (Dukomentary
Analisis), dan Sosiometri. Tiap-tiap metode penilaian memiliki kelebihan dan
kekurangan, tetapi pada dasarnya dapat diterapkan (disesuaikan) pada semua mata
pelajaran pada sistem belajar mengajar kita. Akhirnya, aktivitas penilaian yang
baik adalah identik dengan aktivitas pengajaran yang baik.
Mengacu klasifikasi domain tujuan pendidikan menjadi domain
kognitif, afektif, dan psikomotor, maka untuk mencapai tujuan ketiga domain
tersebut diperlukan instrumen yang valid untuk mengukur pencapaian ketiga
domain tersebut. Pengukuran domain afektif tidak semudah mengukur domain kognitif.
Pengukuran domain afektif tidak dapat dilakukan setiap saat karena perubahan
tingkah laku peserta didik dapat berubah sewaktu-waktu. Pembentukan sikap
seseorang memerlukan waktu yang relatif lama.
Untuk mengukur domain afektif dan sebagian psikomotor diperlukan
pengembangan instrumen evaluasi nontes (alternative test). Pengembangan
instrumen ini relatif lebih sulit dibandingkan dengan pengembangan instrumen
evaluasi tes. Untuk itu, diperlukan kajian yang seksama dalam menurunkan serta
menjabarkan domain afektif ke dalam aspek-aspek yang spesifik untuk dapat
mengembangkan instrumen yang valid dan reliabel.
Ada beberapa alat penilaian yang sering digunakan dalam penilaian.
Alat tersebut adalah skala penilaian, daftar cek, catatan anekdot, dan catatan
kumulatif.
Sedangkan Teknik tes yaitu suatu cara untuk mengadakan penilaian yang
berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak
atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku
atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai
oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.Teknik tes
menggunakan beberapa ragam alat evaluasi yaitu bentuk obyektif dan bentuk
subyektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yg baik,,adalah dia yg memberikan kritik dan saran yg sifatnx membangun guna kesempurnaan bloger,,,Thanks...