BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Suatu hal
yang sering terlihat di dalam suatu ruang kelas ketika sesi kegiatan
belajar-mengajar (KBM) berlangsung adalah telihat beberapa atau sebagian besar
siswa belum belajar sewaktu guru mengajar. Sebagian besar siswa belum mampu
mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran
lanjutan. Juga, beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman.
Siswa baru mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum,
teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat
menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah
sehari-hari yang kontekstual. Salah satu penyebabnya adalah guru belum optimal
memberdayakan ‘tambang emas’ potensi masing-masing siswa yang sering kali
tersembunyi.
Begitu pula
terhadap bahan pelajaran yang perlu dikuasai oleh guru bukan hanya bahan pokok
yang sesuai dengan keahlian, melainkan juga bahan penunjang di luar keahlian.
Dalam menyampaikan bahan pelajaran pokok sebaiknya dimanfaatkan pula bahan
penunjangnya sebagai upaya mendapatkan umpan balik dari anak didik. Kebanyakan
kegagalan seorang guru tidak selamanya terpulang pada masalah penguasaan bahan
penunjang. Di sinilah pentingnya teknik-teknik untuk mendapatkan umpan balik
dari siswa dengan memanfaatkan bahan penunjang yang ada.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan atas latar belakang
tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan ialah:
a.
Apakah yang dimaksud dengan umpan
balik?
b.
Komponen apakah yan terdapat di
dalam umpan balik?
c.
Teknik-teknik apa yang dapat
digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik?
1.3 Tujuan
a.
Untuk mengetahui pengertian dari
umpan balik
b.
Untuk mengetahui komponen yang
terdapat dalam umpan balik
c.
Untuk mengetahui teknik-teknik yang
dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendahuluan
Suatu realita sehari-hari, di dalam
suatu ruang kelas ketika sesi kegiatan belajar-mengajar (KBM) berlangsung,
terlihat beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru
mengajar. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang
diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Juga, beberapa siswa belum
belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari (baca:
menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya
pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara
efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual. Salah satu
penyebabnya adalah guru belum optimal memberdayakan ‘tambang emas’ potensi
masing-masing siswa yang sering kali tersembunyi.
Keluar dari permasalahan tersebut,
telah diketahui bahwa pola umun terjadinya interaksi belajar mengajar adalah
terjadinya ineraksi antara tiga unsure, yaitu guru, bahan dan anak didik.
Bahan, sebagai isi dari proses belajar mengajar disampaikan guru untuk diterima
oleh anak didik. Bahan disini sebagai perantara untuk terjadinya interaksi
belajar mengajar antara guru dengan anak didik. Itu berarti tanpa adanya bahan
tidak akan terjadi interaksi belajar mengajar.
Bahan pelajaran yang perlu dikuasi
guru bukan hanya bahan pokok yang sesuai dengan keahlian, melainkan juga bahan
penunjang di luar keahlian. Guru yang hanya menguasai bahan pokok akan
melahirkan kegiatan belajar mengajar yang kaku. Situasi pengajaran kurang
menggairahkan bagi bagi anak didik sebab bahan pelajaran yang disampaikan oleh
guru kurang menyentuh apersepsi anak didik. Kondisi pengajaran yang demikian
akan kurang mendapatkan tanggapan dari anak didik sehingga akan sulit untuk
mendapatkan umpan balik yang diharapkan.
A. Pengertian
Umpan Balik
Umpan
balik merupakan sebuah proses di kelas yang telah menjadi daya tarik tersendiri
bagi para peneliti praktik pembelajaran sejak tahun 1970-an. Secara konsisten,
para peneliti telah menemukan bukti-bukti bahwa ketika guru mampu menggunakan
prosedur umpan balik yang efektif ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar
siswanya. Bahkan, hasil studi yang dilakukan Bellon, Bellon, dan Blank
menunjukkan bahwa dibandingkan dengan berbagai perilaku mengajar lainnya,
pemberian umpan balik akademik ternyata lebih berkorelasi dengan prestasi
belajar siswa. Dengan tanpa memandang kelas, status sosial ekonomi, ras, atau
keadaan sekolah, korelasi ini cenderung konsisten. Ketika umpan balik dan
prosedur korektif digunakan secara tepat ternyata sebagian besar siswa dapat meningkatkan
prestasi belajarnya hingga di atas 20% .
Umpan
balik yang efektif merupakan merupakan bagian integral dari sebuah dialog
instruksional antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan
dirinya sendiri, dan bukanlah sebuah praktik yang terpisahkan. Sebagai upaya
untuk mendapatkan umpan balik dari anak didik, dapat dilakukan dengan
memanfaatkan bahan penunjang di dalam menyampaikan bahan pokok pelajaran.
Kebanyakan kegagalan seorang guru tidak selamanya terpulang pada masalah penguasaan
bahan pokok, tetapi juga disebabkan oleh masalah penguasaan bahan penunjang.
Guru yang hanya menguasai bahan pelajaran pokok belum tentu berhasil megajar
tanpa ditunjang oleh bahan penunjangnya. Karena pengetahuan yang telah dikuasai
oleh anak didik bermacam-macam, maka bahan penunjang sangat membantu guru dalam
menyampaikan bahan pelajaran pokok guna mendapatkan umpan balik secara optimal
dari anak didik di kelas.
B. Komponen
Yang Terdapat Dalam Umpan Balik
Terkait
dengan umpan balik yang efektif ini, Black dan Wiliam mencatat tiga komponen
penting yaitu:
(1)
Recognition of the desired goal.
Umpan balik
diberikan sebagai respons atas kinerja siswa. Kinerja siswa adalah kesanggupan
siswa untuk dapat menunjukkan penguasaannya atas berbagai tujuan pembelajarannya.
Guru harus dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai secara
jelas dan dapat mengkomunikasikannya pada awal pembelajaran, baik tentang
wilayah materi, indikator kurikuler maupun penguasaan tujuan.
Salah satu
metode yang cukup efektif untuk memastikan bahwa siswa memahami tujuan
pembelajarannya yaitu dengan cara melibatkan mereka dalam menetapkan “kriteria
keberhasilan” yang bisa dilihat atau didengar. Misalnya, guru dapat
memperlihatkan beberapa contoh produk sebagai tujuan pembelajaran yang patut
ditiru oleh para siswa, menunjukkan kalimat-kalimat yang benar dengan ditulis
menggunakan huruf kapital, kesimpulan yang diambil dari data, penyajian tabel
atau grafik dan sejenisnya.
Apabila para
siswa telah dapat memahami tentang kriteria keberhasilan pembelajarannya,
mereka akan terbantu untuk mengarahkan belajarnya dan mereka akan lebih mampu
untuk melaksanakan proses pembelajarannnya
Selain
memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan pembelajaran, guru juga perlu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami indikator dari tingkat
penguasaan tujuan pembelajarannya, baik secara lisan, tertulis maupun dalam
bentuk lainnya.
(2)
Evidence about present position
Istilah
”bukti” di sini menunjuk kepada informasi atau fakta tentang kinerja yang
berkaitan dengan tujuan pembelajaran, khusunya tentang sejauhmana tujuan
pembelajaran telah tercapai dan sejauhmana tujuan pembelajaran itu belum
tercapai.
Grant Wiggin
mengemukakan bahwa umpan balik bukanlah tentang pemberian pujian atau celaan,
persetujuan atau ketidaksetujuan, tetapi sebagai usaha untuk memberikan nilai
atau makna. Umpan balik pada dasarnya bersifat netral yang menggambarkan apa
yang telah dilakukan dan tidak dilakukan siswa. Selain itu, bahwa umpan balik
juga harus bersifat obyektif, deskriptif dan disampaikan pada waktu yang tepat
yakni pada saat tujuan pembelajaran masih segar dalam benak siswa.
Salah satu
cara pemberian umpan balik yang cukup bermakna yaitu dengan membandingkan
produk siswa dengan kriteria keberhasilan telah telah dikomunikasikan
sebelumnya. Contoh sederhana pemberian umpan balik yaitu dengan membuat sebuah
format tentang “Daftar Kriteria Keberhasilan”. Dalam daftar tersebut, guru
dapat memberikan tanda + (plus) untuk menunjukkan tentang kriteria yang telah
berhasil dipenuhi siswa dan memberikan catatan tertentu untuk yang belum
dipenuhinya.
(3)
Some understanding of a way to close the gap between the two.
Umpan balik
yang efektif harus dapat memberikan bimbingan kepada setiap siswa tentang
bagaimana melakukan perbaikan. Black dan Wiliam menegaskan bahwa setiap siswa
harus diberi bantuan dan kesempatan untuk melakukan perbaikan. Guru tidak hanya
memberikan umpan balik yang mencerminkan tentang kinerja yang berkaitan dengan
tujuan pembelajaran siswanya, tetapi juga harus dapat memberikan strategi dan
tips tentang cara yang lebih efektif untuk mencapai tujuan, serta kesempatan
untuk menerapkan umpan balik yang diterimanya.
Wiggins
meyakini bahwa melalui siklus umpan balik ini dapat menghasilkan keunggulan
kinerja siswa. Oleh karena itu, siswa harus senantiasa memiliki akses rutin
terhadap kriteria dan standar-standar tugas yang harus dituntaskannya; mereka
juga harus memperoleh umpan balik dalam upaya menyelesaikan tugas-tugasnya,
mereka harus memiliki kesempatan untuk memanfaatkan umpan balik untuk
memperbaiki kerjanya serta mengevaluasi kembali terhadap standar
C. Teknik-Teknik
mendapatkan Umpan Balik
Untuk
mendapatkan umpan balik dari anak didik diperlukan beberapa teknik yang sesuai
dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai makhluk individual,
teknik-teknik tersebut antara lain:
1.
Memancing Apersepsi Anak Didik
2.
Memanfaatkan
Teknik Alat Bantu yang Akseptabel
3.
Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat
4.
Menggunakan Metode yang Bervariasi
1.
Memancing
Apersepsi Anak Didik
Disekolah
guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan
pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh
kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai
guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang
layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya). Tuntutan masyarakat khususunya
siswa dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada
yang dituntut dari orang dewasa lainnya. (Tohirin, 2005: 152).
Pengajar
perlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh
murid, karena dari sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran
atau kuliahnya dengan bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti
bagian-bagian tertentu, pengajar haurs mengulangi lagi penjelasannya. Pada
umumnya murid juga tidak tahu sejauh mana bahan yang diterangkan dapat mereka
pahami. Hal ini kiranya dapat dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu
untuk memikirkan pengetahuan yang baru saja mereka peroleh dari bahan yang
diterangkan. Bagaimana hal tersebut dapat dilakukan? Ada berbagai cara untuk
itu. Cara paling sederhana adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama atau
pada akhir jam pelajaran. Dengan cara itu pengajar akan menemukan apa saja yang
belum tersampaikan secara jelas.
Segala hal
yang ternyata belum dimengerti secara jelas oleh pihak murid. Hendaknya dicatat
dan diulangi lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan
akan memberi keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Serupa
dengan yang disebut kuis, di akhir jam pelajaran. Dengan ujian singkat itu
murid dipaksa menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah diterangkan dapat mereka
mengerti. Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana, karena memerlukan
waktu cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat sangat bermanfaat,
karena itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.
Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik
hanya dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan
yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga diberi kesempatan
untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan tersebut. Sehingga
mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap.
Itulah tadi
bentuk-bentuk umpan balik yang dimaksudkan untuk melihat. Sejauh mana suatu
penjelasan dapat tersampaikan secara baik. Dan dari sini kiranya telah
mengetahui bahwa ada berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja
paling tergantung pada pengajar yang bersangkutan sendiri. Hal yang paling
penting adalah sejauh mana uraian yang diberikan dapat diterima secara jelas
oleh murid. Pada umumnya pengajar kurang memikirkan perlunya mengadakan umpan
balik seperti itu. Setelah seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran
selesai diberikan. Terlihat pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara
baik bahan yang diajarkan. Dan itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya,
bilamana pengajar menyadari pentingnya umpan balik, maka pengajaran yang ia
berikan akan menjadi lebih efektif.
Jam
pelajaran selanjutnya tidak mungkin diberikan kalau pengajar tidak tahu secara
pasti hasil pelajaran sebelumnya. Pengajar dapat mengetahui hasil pelajaran
sebelumnya dengan cara:
- Lewat kesan yang diperoleh selama jam pelajaran itu sendiri
- Lewat informasi sederhana dari pihak murid melalui pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengajar selama atau setelah jam pelajaran
- Lewat informasi tertulis dari pihak murid yang diperoleh melalui ujian singkat
- Mempelajari hasil tentamen atau ujian yang diadakan pada akhir kursus (di sini murid dinilai).
Tiga hal
yang pertama berhubungan dengan umpan balik yang dilakukan terhadap tiap jam
pelajaran atau jam kuliah. Kita sebut hal itu sebagai umpan balik pelajaran atau
kuliah. Sedangakan hal yang keempat berhubungan dengan evaluasi pada akhir
kursus. Maka kita sebut penilaian kursus. Setiap umpan balik pengajaran
menentukan isi pelajaran berikutnya, oleh karena itu jelas, bahwa umpan balik
tidak hanya perlu bagi guru, tetapi bagi murid. (Rooijakkers,1993: 10-12)
Peserta didik adalah sang anak yang
merupakan milik Sang Pencipta dan milik dirinya sendiri, keberhasilannya akan
sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dia miliki. Karenanya keaktifan
peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu
kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Peserta didik akan aktif dalam
kegiatan belajarnya bila ada motivasi, baik itu motivasi ekstrinsik maupun
instrinsik. Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif
pada diri peserta didik, antara lain :
a. Penampilan guru yang hangat dan
menumbuhkan partisipasi positif
Sikap guru
tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan
pola pandang bahwa peserta didik adalah manusia-manusia cerdas berpotensi,
merupakan faktor penting yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta
didik. Segala bentuk penampilan guru akan membias mewarnai sikap para peserta
didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka jangan harap akan
tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu hendaknya seorang guru
dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses, serta dapat
meyakinkan bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal
yang sangat penting bagi peserta didik, sehingga akan tumbuh minat yang kuat
pada diri para peserta didik yang bersangkutan.
b. Peserta didik mengetahui maksud dan
tujuan pembelajaran
Bila peserta didik telah mengetahui
tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka mereka akan terdorong
untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada setiap
awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang
apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari serta apa
keuntungan yang akan mereka peroleh. Selain itu hendaknya guru tidak lupa untuk
mengadakan kesepakatan bersama dengan para peserta didiknya mengenai tata
tertib belajar yang berlaku agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.
c. Tersedia fasilitas, sumber belajar,
dan lingkungan yang mendukung
Bila di dalam kegiatan pembelajaran
telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang “menarik” dan “cukup” untuk
mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar maka hal itu juga akan
menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Begitu pula halnya dengan faktor
situasi dan kondisi lingkungan yang juga penting untuk diperhatikan, jangan
sampai faktor itu memperlunak semangat dan keaktifan peserta didik dalam
mengikuti kegiatan belajar.
d. Adanya prinsip pengakuan penuh atas
pribadi setiap peserta didik
Agar
kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri peserta didik
dapat terus tumbuh, maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat
berlangsung dengan berlandaskan prinsip pengakuan atas pribadi setiap individu.
Sehingga kemampuan individu, pendapat atau gagasan, maupun keberadaannya perlu
diperhatikan dan dihargai. Dan yang penting lagi guru hendaknya rajin
memberikan apresiasi atau pujian bagi para peserta didik, antara lain dengan
mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik yang lain memberikan selamat
atau tepuk tangan, memajang hasil karyanya di kelas atau bentuk penghargaan
lainnya.
e. Adanya konsistensi dalam penerapan
aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar.
Perlu
diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh guru di dalam pengelolaan kelas pada waktu
yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif terhadap kegiatan selanjutnya.
Penerapan peraturan yang tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan
yang lain akan menimbulkan kekecewaan dari para peserta didik, dan hal ini akan
berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar peserta didik. Karena itu di
dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan ketentuannya, memberi nilai sesuai
kriteria, dan memberi pujian tidak pilih kasih.
f. Adanya pemberian “penguatan” dalam
proses belajar-mengajar.
Penguatan
adalah pemberian respon dalam interaksi belajar-mengajar baik berupa pujian
maupun sanksi. Pemberian penguatan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
keaktifan belajar dan mencegah berulangnya kesalahan dari peserta didik.
Penguatan yang sifatnya positif dapat dilakukan dengan kata-kata; bagus! baik!,
betul!, hebat! Namun semua itu tidak disajikan dengan cara berpura-pura tetapi
harus tulus dari nurani guru. Dan sebagainya, atau dapat juga dengan gerak;
acungan jempol, tepuk tangan, menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan dan
lain-lain. Ada pula dengan cara memberi hadiah seperti hadiah buku, benda
kenangan atau diberi hadiah khusus berupa; boleh pulang duluan atau pemberian
perlakuan menyenangkan lainnya.
g. Jenis kegiatan Pembelajaran menarik
atau menyenangkan dan menantang
Agar peserta didik dapat tetap aktif
dalam mengikuti kegiatan atau melaksanakan tugas pemebelajaran perlu dipilih
jenis kegiatan atau tugas yang sifatnya menarik atau menyenangkan bagi peserta
didik di samping juga bersifat menantang. Pelaksanaan kegiatan hendaknya
bervariasi, tidak selalu harus di dalam kelas, diberikan tugas yang dikerjakan
di luar kelas seperti di perpustakaan, dan lain-lain. Penerapan model “belajar
sambil bekerja” (learning by doing) sangat dianjurkan, di jenjang sekolah dasar
antara lain dilakukan belajar sambil bernyanyi atau belajar sambil bermain.
Untuk lebih mengaktifkan peserta didik secara merata dapat diterapkan pemberian
tugas pembelajaran secara individu atau kelompok belajar (group learning) yang
didukung adanya fasilitas/sumber belajar yang cukup. Sekiranya tersedia
dianjurkan penggunaan media pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran
dapat lebih efektif.
h. Penilaian hasil belajar dilakukan
serius, obyektif, teliti dan terbuka
Penilaian
hasil belajar yang tidak serius akan sangat mengecewakan peserta didik, dan hal
itu akan memperlemah semangat belajar. Karena itu, agar kegiatan penilaian ini
dapat membangun semangat belajar para peserta didik maka hendaknya dilakukan
serius, sesuai dengan ketentuannya, jangan sampai terjadi manipulasi, sehingga
hasilnya dapat obyektif. Hasil penilaiannya diumumkan secara terbuka atau yang
lebih baik dibuatkan daftar kemajuan hasil belajar yang ditempel di kelas. Dari
daftar kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik dapat melihat prestasi
mereka masing-masing tahap per tahap.
Jika siswa belum biasa bekerja
efektif dalam kelompok, maka guru boleh menetapkan tugas masing-masing anggota
kelompok dengan mempertim-bangkan beberapa hal seperti :
kelompok itu kecil (dua sampai tiga
siswa) dan guru menetapkan anggota kelompok
tugas itu dapat dilaksanakan dalam
waktu yang singkat saja
tugas itu sederhana
perintah-perintah jelas dan
diberikan selangkah-demi-selangkah
guru perlu menyediakan sumber
belajar
guru menerangkan dengan jelas peran
setiap siswa di dalam kelompok
penilaian bersifat informal dan guru
perlu membahas dan mendiskusikan tugas itu dengan siswa
Hal penting dari tugas ini adalah
belajar bekerjasama. Untuk siswa-siswa yang sudah lebih berpengalaman bekerja
dengan cara ini, guru dapat menetapkan tugas dan karakteristik kelompok yang
lebih tinggi/ komplek seperti :
kelompok dapat lebih besar dan
kadang-kadang siswa boleh memilih siapa anggota kelompoknya
tugas dapat ditambahkan lebih
banyak, tetapi dengan batas waktu yang jelas dan ditetapkan oleh guru
tugas dapat dibagi dalam
bagian-bagian atau merupakan suatu pilihan dari sejumlah pilihan yang
ditetapkan guru
beberapa perintah/instruksi
pengerjaan tugas membolehkan siswa untuk memberikan saran, misalnya dalam
pendekatan, memilih metode eksperimen, atau memutuskan bentuk produk pekerjaan
yang akan mereka hasilkan
beberapa sumber belajar dapat
dipilih oleh siswa
peran siswa dalam kelompok dapat
beragam dan beberapa keputusan tentang peran ini dapat dibuat oleh siswa-siswa
penilaian dapat dibicarakan dengan
siswa melalui diskusi informal dengan kriteria terstruktur formal, serta
penilaian individual atau kelompok dapat dilakukan kondisi ini, keterampilan
bekerjasama turut dikembangkan. Kalau kemandirian siswa/ kelompok mulai tampak,
tugas dapat ditingkatkan menjadi tugas-tugas yang lebih luwes, yang mulai
melimpahkan sebagian tugas dan penyelesaiannya kepada siswa/ kelompok. Dengan
cara seperti ini, siswa akan terdorong untuk melakukan kegiatan lebih mandiri
yang dicirikan dengan beberapa hal antara lain;
mereka memutuskan jumlah dan anggota
kelompok
tugas dapat tersebar untuk masa yang
panjang atau lama melalui siswa-siswa berunding dengan guru membahas jumlah
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas
tugas mungkin rumit, para siswa
perlu memilah-milah perincian setepatnya dari beberapa bagian pekerjaan
sumber belajar dapat meliputi
beragam media dan bahan
peran setiap siswa dalam kelompok
ditetapkan secara musyawarah untuk mufakat (konsensus) ( Harlen, W. 1987: 9-12)
Ada bebarapa
perilaku guru yang disarankan untuk diimplementasikan agar pengajaran yang
efektif bisa terwujud, dan bisa memancing apersepsi anak didik, perilaku
tersebut adalah:
Menggunakan suatu system aturan
tertentu dalam menghadapi hal-hal atau prosedur tertentu.
Mencegah agar perilaku siswa yang
salah tidak berketerusan.
Mengarahkan tindakan dengan disiplin
secara tepat.
Bergerak ke seluruh ruang kelas
untuk mengamati siswa.
Situasi-situasi yang menggangu
diatasi dengan cara-carayang bijaksana (dengan cara-cara non verbal, isyarat,
pesan-pesan, kedekatan, kontak mata, dan lain-lain).
Memberikan tugas-tugas yang menarik
minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas.
Menggunakan cara yang memungkinkan
siswa melaksanakan tugas-tugas belajar dengan arahan seminimal mungkin.
Memanfaatkan waktu pembelajaran
sebaik mungkin dan siswa harus terlibat aktif dan produktif dalam melaksanakan
tugas-tugas pembelajaran.
Menggunakan cara-cara tertentu untuk
mendapatkan perhatian siswa.
Tidak memulai berbicara kepada
kepada kelas sebelum semua siswa memeberikan perhatian.
Menggunakan suatu system pemeriksaan
tugas-tugas.
Menghubungkan bahan yang diajarkan
dengan aktifitas yang harus dilakukan siswa.
Menggunakan teknik-teknik yang
memberikan kemudahan perpindahan secara beragsur dari aktifitas yang konkret ke
yang lebih abstrak.
Menggunakan campuran pertanyaan dari
peringkat yang rendah dan tinggi.
Menyadari apa yang sedang
berlangsung di dalam kelas.
Dapat memotivasi siswa dalam
pembelajaran.
Menunjukkan sikap memelihara,
menerima, dan menghargai anak.
Memberikan respon yang memdai terhadap
makna, perasaan, dan penggalaman peserta didik.
Mengarahkan pertanyaan kepada banyak
siswa yang berbeda-beda, dan bukan hanya kepada siswa tertentu.
Menggunakan berbagai teknik untuk
membantu siswa dalam memperbaiki respons yang keliru atau salah.
Memberikan penghargaan dan ganjaran
untuk memotivasi siswa.
Menggunakan kritik yang halus dalam
mengomunikasikan harapan kepada siswa yang lebih pandai.
Menerima insiatif siswa yang
disampaikan melalui pertanyaan, bahasan, atau saran-saran. (Surya: 1997: 144-115)
2. Memanfaatkan Teknik Alat Bantu yang
Akseptabel
Ada beberapa
macam alat Bantu yang dapat diterima oleh siswa, agar mereka mudah memahami
pelajaran diantaranya adalah:
1.
Audio-Visual
Cara ini
menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian
tayangan hidup (film). Tentu saja, cara ini lebih mudah menjadi pengalaman
belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan
pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian kompetensi tentang sikap/attitude
seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama, akan sangat
membantu kalau dikemas dalam suatu cerita tayangan hidup yang menyentuh dimensi
emosi dan perasaan. Alat audio visual dapat membantu anak-anak belajar dengan
menyajikan dalam bentuk yang kongkrit. Film, film strip, model-model, dan lain
memepermudah pengertian tentang konsep dan proses tertentu. Pengalaman belajar
berupa eksperimen dalam laboratorium bermanfaat sekali untuk memahami ide atau
pengartian yang sulit. (Brooks, J.G. & Brooks, M.G.
1993: 9)
Tak semua murid
sanggup belajar dengan cara verbal yang abstrak. Alat audio-visual diperlukan
untuk membantu mereka. Akan tetapi tak semua bahan harus disampaikan secara
kongkrit. Kebanyakan pelajar dapat dan harus disampaikan secara verbal akan
tetapi untuk bagian-bagian tertentu alat audio-visual atau alat intruksional
pada umumnya sangat berguna untuk mempermudah dan memepercepat pemahaman bagi
murid-murid tertentu.apa yang dikemukakan diatas merupakan usaha uantuk
mempertinggi mutu mengajar agar murid-murid dapat memahami apa yang diajarkan
tanpa komunikasi yang baik antara guru dan murid proses mengajar-belajar tidak
akan berjalan dengan efektif. Sekalipun terdapat komunikasi yang baik masih
dapat diharapkan bahwa selalu terdapat kekurang pahaman. Itu sebabnya perlu
adanya evaluasi untuk membantu menemukan kekurangan atau kesalahan murid yang
dinginkan sebagai “Feedbeck” atau umpan balik agar dapat membantu tiap anak
secara individual untuk mengatasi kesulitan belajar dan memahami dengan mencari
jalan-jalan lain yang lebih sesuai bagi mereka, tersedia berbagai lat
intruksional membuka jalan bagi guru untuk mencari metode-metode lain untuk
membantu murid-muridnya.
Dengan demikian
guru maupun murid tak perlu lekas putus asa atau jengkel bila dengan metode
tertentu tidak tercapai keberhasilan yang harapkan dan jika tidak berhasil
menurut cara tertentu masih banyak bagian-bagian lain yang tersedia, bahkan
dapat di cari cara-cara baru. Membantu murid bearti memberikan kesanggupan
menolong diri sendirir mengatsasi kesuliatannya sendiri serta kemampuan untuk
belajar sendiri. Karena itu guru senantiasa membantu murid untuk mengenal
proses belajar, cara belajar atau belajar-belajar yang membawanya kepada
penguasaan bahan sampai taraf yang setinggi-tingginya. Dengan demikian
perkembangan akan menjadi “self propelling growt” yaitu berkembang atas
dorongan dan kemauan sendiri yang kita harapkan akan berlangsung sepanjang
hidup. (Nazulia, 1982: 43)
2.
Visualisasi Verbal
Cara ini
banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia,
lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya
tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam
ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah
dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.
3.
Audio Verbal
Guru terbiasa
menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa
senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau
kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan
informasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan
ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung. Untuk
mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu
berceramah cukup antara 20 – 25 menit saja dan diselingi dengan kegiatan yang
mendorong Lihat – Raba – Bau – Rasa. Materi yang diceramahkan pun perlu
kontekstual dengan pengalaman sebagian besar siswa. ( Harlen, W.
1987: 12)
a.
Buku pelajaran,
tak semua sama baiknya, hendaknya ada beberapa buku yang harus dimiliki dalam
satu pelajaran karena dalam buku yang satu mungkin lebih jelas dan mudah
dipahami dalam buku yang lain.
b.
Buku kerja, di samping buku pelajaran ada buku
kerja untuk membantu murid mengenang dan mengelolah buah pikiran pokok dari
buku pelajaran.
c.
Media cetak,
seperti buku, modul dan lain-lain. (Nazulia, 1982: 45)
Dalam mengelola
kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang
menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang
memungkinkan semua siswa mampu ‘unjuk kemampuan/ mendemonstrasikan kinerja
(performance)’ sebagai hasil belajar. Inti dari penyediaan tugas menantang
ini adalah penyediaan seperangkat pertanyaan yang mendorong siswa bernalar atau
melakukan kegiatan ilmiah. Para ahli menyebutkan jenis pertanyaan ini sebagai
‘pertanyaan produktif’. Karena itu, dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran ini
guru perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif dan mampu
menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua siswa terlibat baik secara
mental maupun secara fisik.
Dengan demikian, sedikitnya ada tiga
hal strategis yang perlu dikuasai guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran
yaitu, penyediaan pertanyaan yang mendorong berpikir dan berproduksi,
penyediaan umpan balik yang bermakna, dan penyediaan penilaian yang memberi
peluang semua siswa mampu melakukan unjuk-perbuatan.
1.
Penyediaan Pertanyaan yang Mendorong
Siswa Berpikir dan Berproduksi
Alat
mengajar yang paling murah tetapi ampuh adalah bertanya. Pertanyaan dapat
membuat siswa berpikir. Apa tujuan Saudara sebagai guru bertanya kepada siswa?
Tujuan bertanya
|
Mengharap jawaban benar?
|
Seberapa besar kemungkinan siswa
menjawab jika mereka tidak yakin jawabannya benar?
|
Merangsang siswa berpikir dan berbuat?
|
Akibatnya siswa sering tak berani
menjawab pertanyaan guru sekalipun jawabannya mudah
|
jika salah satu tujuan mengajar
adalah mengembangkan potensi siswa untuk berpikir, maka tujuan bertanya
hendaknya lebih pada ‘merangsang siswa berpikir’. Merangsang
berpikir dalam arti ‘merangsang siswa menggunakan gagasan sendiri dalam
menjawabnya’ bukan mengulangi gagasan yang sudah dikemukakan guru. Kategori
pertanyaan yang termasuk jenis pertanyaan ini antara lain pertanyaan produktif,
terbuka, dan imajinatif. Pertanyaan ini dapat digunakan untuk tujuan merangsang
siswa berpikir.
Pertanyaan
hendaknya dirumuskan sedemikian rupa sehingga siswa melakukan kegiatan meramal
(prediksi), mengamati (observasi), menilai diri/ karya sendiri (introspeksi),
atau menemukan pola/hubungan. Ada yang menyatakan ‘Jika Anda mengajukan
pertanyaan yang baik, sungguh Anda telah mengajar secara baik’. Tujuan guru
bertanya hendaknya tidak sekedar, bahkan mungkin harus dihindari, mengharapkan
jawaban benar, tetapi lebih untuk merangsang siswa berpikir dan berbuat.
Mengharapkan jawaban benar hanya akan membuat siswa tidak berani menjawab jika
mereka tidak merasa yakin bahwa jawabannya benar. Berikut kategori pertanyaan
beserta contohnya yang diperkirakan dapat merangsang siswa berpikir.
Arti
|
Contoh
|
||
Terbuka |
Pertanyaan yang memiliki lebih
dari satu jawaban benar
|
|
|
Produktif |
Pertanyaan yang hanya dapat
dijawab melalui pengamatan, percobaan, atau penyelidikan.
|
|
|
Imajinatif / Interpretatif
|
Pertanyaan yang jawaban nya diluar
benda / gambar / kejadian yang diamati
|
(Diperlihatkan gambar gadis
termenung di pinggir laut)
|
|
(Brooks, J.G. & Brooks, M.G.
1993: 12
3. Memilih Bentuk Motivasi yang Akurat
Proses belajar mengajar adalah suatu
proses yang dengan sengaja diciptakan untuk kepentingan anak didik. Agar anak
didik senang dan bergairah belajar, guru berusaha menyediakan lingkungan
belajar yang kondusif dengan memanfaatkan semua potensi kelas yang ada.
Motivasi merupakan faktor yang
mempunyai arti penting bagi seoranga anak didik. Apalah artinya anak didik
pergi ke sekolah tanpa motivasi untuk belajar. Dalam usaha untuk membangkitkan
gairah belajar anak didik, ada enam hal yang dapat dikerjakan oleh guru, yaitu:
1. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
2. Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa
yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran
3. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai
anak didik sehingga dapat merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik
dikemudian hari
4. Membentuk kebiasaan belajar ang baik
5. Membantu kesulitan belajar anak didik secara
individual maupun kelompok
6. Menggunakan metode yang bervariasi
Kemudian ada
beberapa bentuk motivasi yang dapat guru gunakan guna mempertahankan minat anak
didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan, yaitu :
a. Memberi Angka; Angka dimaksud sebagai simbol atau
nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik.
b. Hadiah; Sesuatu yang diberikan kepada orang lain
sebagai penghargaan/ cinderamata
c. Pujian; alat motivasi yang positif
d. Gerakan tubuh; bentuk mimik yang cerah, dengan
senyum, mengangguk,acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikkan bahu,
menggelengkan kepala, menaikkan tangan dan lain-lain
e. Memberi Tugas; suatu pekerjaan yang menuntut
pelaksanaan untuk diselesaikan
f. Memberi Ulangan; Salah satu strategi yang penting
dalam pengajaran
g. Mengetahui Hasil
h. Hukuman
Peserta
didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi, baik itu motivasi
ekstrinsik maupun instrinsik. Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya
motivasi belajar aktif pada diri peserta didik, antara lain :
A. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan
partisipasi positif
Sikap guru
tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan
pola pandang bahwa peserta didik adalah manusia-manusia cerdas berpotensi,
merupakan faktor penting yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta
didik. Segala bentuk penampilan guru akan membias mewarnai sikap para peserta
didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka jangan harap akan
tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu hendaknya seorang guru
dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses, serta dapat
meyakinkan bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal
yang sangat penting bagi peserta didik, sehingga akan tumbuh minat yang kuat
pada diri para peserta didik yang bersangkutan.
B. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan
pembelajaran
Bila peserta
didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka
mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh
karena itu pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan
kepada peserta didik tentang apa dan untuk apa materi pelajaran itu harus
mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka peroleh. Selain itu
hendaknya guru tidak lupa untuk mengadakan kesepakatan bersama dengan para
peserta didiknya mengenai tata tertib belajar yang berlaku agar kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.
C. Tersedia
fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung
Bila di
dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang
“menarik” dan “cukup” untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar maka
hal itu juga akan menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Begitu pula
halnya dengan faktor situasi dan kondisi lingkungan yang juga penting untuk
diperhatikan, jangan sampai faktor itu memperlunak semangat dan keaktifan
peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar.
D. Adanya
prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik
Agar
kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri peserta didik
dapat terus tumbuh, maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat
berlangsung dengan berlandaskan prinsip pengakuan atas pribadi setiap individu.
Sehingga kemampuan individu, pendapat atau gagasan, maupun keberadaannya perlu
diperhatikan dan dihargai. Dan yang penting lagi guru hendaknya rajin
memberikan apresiasi atau pujian bagi para peserta didik, antara lain dengan
mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik yang lain memberikan selamat
atau tepuk tangan, memajang hasil karyanya di kelas atau bentuk penghargaan
lainnya.
E. Adanya konsistensi dalam penerapan
aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar mengajar.
Perlu
diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh guru di dalam
pengelolaan kelas pada waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif
terhadap kegiatan selanjutnya. Penerapan peraturan yang tidak konsisten, tidak
adil, atau kesalahan perlakuan yang lain akan menimbulkan kekecewaan dari para
peserta didik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar
peserta didik. Karena itu di dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan ketentuannya,
memberi nilai sesuai kriteria, dan memberi pujian tidak pilih kasih.
Macam-macam
bentuk motivasi di atas dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendapatkan umpan
balik dari anak didik dalam proses belajar mengajar.
4. Menggunakan Metode yang Bervariasi
Dengan cara mengajar yang biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas
oleh murid. Usaha guru itu harus di Bantu dengan mengunakan bantuan seperti
“feedback” atau umpan balik yang terperinci kepada guru maupun murid, sumber
dan metode-metode pengajaran tamabahan di mana saja diperlukan usaha tambahan
itu dimaksud untuk memperbaiki mutu pengajaran dan meningkatkan kemampuan anak
memahami apa yang diajarkan dan dengan demikian mengurangi jumlah waktu untuk
menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.
Feedback
atau umpan balik diberikan melalui test-test formatif. Mula-mula bahan
pelajaran di bagi dalam satuan-satuan pelajaran. Suatu satuan pelajaran
misalnya meliputi bahan pelajaran satu baba atau buku yang dapat dikuasai dalam
waktu satu atau dua minggu. Test formatif itu bersifat diagnostik dan serentak
menunjukan kemajuan atau keberhasilan anak.
Test formatif ini bermacam-macam
fungsinya:
- test formatif mempercepat anak belajar dan memberikan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-dungguh dalam waktu secukupnya. Test formatif itu menjamin bahwa tugas pelajaran tertentu di kuasai sepenuhnya sebelum beralih kepada tugas berikutnya.
- test formatif di berikan untuk menjamin bahwa semua anak menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau bahan apersepsi yang diperlukan untuk memahami bahan pelajaran yang baru. Pada tarap permulaan pelajaran baru test formatif lebih sering diberikan untuk menjamin penguasaan bahan yang diperlukan untuk memahami pelajaran itu selanjutnya. Pada akhir tiap satu pelajaran, test formatif merupakan alat Bantu untuk menjamin penguasaan atas bahan itu secara tertentu.
- test formatif juga berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan apresepsi yang diperlukan untuk memberi rasa kepastian atas penguasaannya, dengan demikian ia mempunyai rasa percaya akan diri sendiri yang lebih terutama untuk menghadapi pelajaran selanjutnya.
- bagaimana murid yang masih kurang menguasai bahan pelajaran test formatif merupakan alat untuk meningkatkan di mana sebetulnya letak kesulitannya. Jadi test formatif adalah alat untuk mendiagnosisi kelemahan, kesulitan dan kekurangan murid, sehingga ia dapat memperbaikinya, disamping menunjukan kekurangan murid perlu pula diberikan petunjuk bagaimana caranya ia dapat memperbaikinya.
- test formatif sebaiknya jangan disertai oleh angka. Tujuan yang harus di capai adalah penguasaan penuh. Test formatif dimaksudkan sebagai alat “assessment” yaitu memperoleh keterangan dengan maksud perbaikan, karena itu test formatif merupakan bagian yang integral dari proses belajar. Penguasaan tuntas tidak mungkin tanpa test formatif.
6. test
formatif juga memberikan umpan balik pada guru, ia mengetahui dimana terdapat
kelemahan-kelemahan dalam metodenya mengajar sehingga ia dapat memperbaikinya
atau mencari metode lain (Nazulia, 1982:
47-49)
Banyak sekali metode-metode yang
dapat digunakan dalam menimbulkan feedback antara lain:
- Belajar kelompok, belajar atau saling membantu dalam pelajaran. Merid sering lebih paham akan apa yang disampaikan oleh temannya, dari pada guru, biasa cara belajar yang digunakan oleh murid lebih mudah ditangkap oleh murid lain. Maka memanfaatkan batuan murid dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran.
- Bantuan tutor, yaitu orang yang dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu jangan gurunya sendiri sehingga ia dapt memberi bantuan dengan cara yang lain dari pada guru itu. Hendaknya di usahakan agar murid selekas mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan tutor. Jadi tutor harus mendidik anak agar dapat belajar sendiri.
- Pelajaran beprogram, ini juga merupakan bantuan agar murid menguasai bahan pelajaran melalui langkah-langkah pendek, tanpa bantuan guru pelajar akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. (Syaipul Bahri Djamarah, 2002: 25)
Secara
singkat dan umum, metode sering dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh
seseorang dalam melakuan suatu kegiatan. Berkaitan dengan psikologi belajar,
termasuk psikologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode-metode tertentu
untuk memgumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis
dan berkaitan dengan kegiatan proses pembelajaran. Di dalam proses
pembelajaran, termasuk proses pembelajaran pendidikan agama Islam, sangat
banyak data psikologis. Data itu bisa dikumpulkn dengan berbagai cara
Riset-riset berkenaan dengan
pembelajaran, dapat memanfaatkan berbagai metode tertentu seperti:
v Metode
Eksperimen
Pada
prinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan
eksperimenter di dalam laboratorium atau ruang tertentu lainnya. Teknik
pelaksanaan metode eksperimen dengan menyesuaikan data yang akan diangkat,
seperti data pendengaran siswa, penglihatan siswa dan gerak mata siswa ketika
sedang membaca. Selain itu eksperimen dapat pula digunakan untuk mengukur
kecepatan bereaksi seorang peserta didik terhadap stimulus tertentu dalam
proses belajar.
Alat utama
yang sering digunakan dalam eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau
fakultas psikologi di berbagai universitas terkemuka adalah computer dengan
berbagai programnya, seperti program cognitive psychology test. Metode
eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikologi pendidikan, dianggap sebagai
metode pilihan, artinya lebih utama untuk digunakan dalam berbagai riset.
v Metode
Kuesioner
Penggunaan
metode kuesioner dalam riset-riset pendidikan termasuk pendidikan islam dan
psikologi pembelajran Pendidikan Agama Islam, relative lebih menonjol apabila
dibandingkan penggunaan metode-metode lainnya.
v Metode Studi
Kasus
Riset
Psikologi Pembelajaran Pendidkan Agama Islam selain menggunakan metode studi
kasus. Studi kasus (Icase study) dalam kakian psikologi merupakan sebuah metode
penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang terperinci mengenai
aspek-aspek psikologi seoarang siswa atau sekelompok siswa tertentu.
v Metode
Klinis
Metode
klinis (clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis
atau psikiater. Dalam metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan
penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan (psychological
treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.
Dalam
pelaksanaan penggunaan metodeklinis, peneliti menyediakan benda-benda dan
memberi tugas-tugas serta pertanyaan-petanyaan tertentu yang boleh diselesaikan
oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya.selanjutnya, setelah
data dari hasil penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus,
peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data
yang dihimpun sebelumnya.
Yang perlu
dicatat adalah metode klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk menyelidiki
anak atau individu yang mengalami penyimpangan perilaku psikologi termasuk
perilaku maladaptive behavior atau misbehavior.
Oleh karena
itu, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode eksperimen yang
dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan
ketelitian yang sungguh-sungguh. Sasaran yang akan dicapai oleh peneliti dengan
menggunakan meode klinis, terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya
ketidaknormalan perilaku seseorang siswa atau kelompok kecil siswa. Seterusnya,
berdasarkan kepastian faktor penyebab itu, peneliti berupaya memilih dan
menentukan cara mengatasi penyimpangan perilaku tersebut.
v Metode
Observasi Naturalistik
Metode
obsevasi naturalistik merupakan jenis obsevasi yang dilakukan secara alamiah.
Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak
menampakkan diri sebagai orang yang melakukan penelitian. Awalnya, metode
naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmu hewan untuk mempelajari
perilaku hewan tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, metode observasi
naturalistic digunakan oleh para psikolog perkembangan, psikolog kongnitif, an
psikolog pendidikan.
Seorang
peneliti atau guru yang menjai asistennya dapat mengaplikasikan metode ini
lewat kegiatan belajar mengajar atau belajar mengajar dalam kelas-kelas
regular, yakni kelas tata dan biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus.
Selama proses belajar mengajar berlansung, jenis perilaku siswa diteliti,
(misalnya kecepatan membaca), dicatat dalam lembaran format observasi yang
khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun. (Hamalik,
1992:15)
Beberapa contoh
keragaman pengalaman belajar yang mungkin dipilih guru untuk beberapa mata
pelajaran meliputi antara lain;
- Menggubah syair lagu dan bernyanyi
- Melakukan Permainan
- Bermain peran
- Diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah)
- Menggambar dan mengarang
- Menulis prosa, puisi, pantun, gurindam
- Membaca bermakna
- Menyimak untuk menangkap gagasan pokok
- Mengisi teka teki
- Mengajukan pertanyaan penelitian
- Mengajukan pendapat dengan alasan yang logis
- Mengomentari
- Bercerita
- Mendengarkan cerita
- Mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda
- Mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting
- Membuat rangkuman/ sinopsis
- Mendemonstrasikan hasil temuan
- Mencari pemecahan soal-soal Matematika
- Membuat soal cerita
Kerja
praktik selalu menjadi bagian penting dari pembelajaran beberapa mata pelajaran,
khususnya mata pelajaran sains. Namun, kerja praktik tradisional pola-resep
atau dengan selangkah-demi-selangkah bukanlah strategi belajar yang efektif.
Ada beberapa cara yang menjamin
bahwa siswa-siswa secara aktif terlibat dalam kerja praktik mereka dan bahwa
mereka belajar dari pengalaman itu. Cara –cara itu antara lain adalah :
- Satu strategi sederhana adalah memberi para siswa perintah-perintah dalam suatu susunan acak. Mereka diberitahu apa yang mereka coba temukan dan kemudian diminta untuk memisahkan perintah-perintah ke dalam susunan yang dapat dikerjakan sebelum mereka memulai eksperimen.
- Sebelum memulai eksperimen, mereka hendaklah diminta untuk meramalkan hasil-hasilnya. Pada waktu hasil-hasil sudah diperoleh, mereka diminta untuk memutuskan apakah hasil-hasil sesuai atau tidak dengan ramalan-ramalan mereka. Jika hasil-hasil sesuai dengan ramalan, maka mereka hendaklah menjelaskan mengapa mereka mengharapkan hasil-hasil itu. Jika hasil-hasil tidak sesuai dengan harapan, siswa hendaklah diminta untuk memikirkan-ulang metode eksperimen untuk memutuskan apakah ramalan yang salah atau terdapat kesalahan dalam cara pelaksanaan prosedur eksperimen.
- Mereka dapat diberi suatu kumpulan peralatan yang tepat dan suatu pertanyaan untuk diselidiki. Kelas dapat mendiskusikan jenis data yang perlu dikumpulkan. Kemudian, mereka merancang prosedur eksperimennya sendiri, mengumpulkan data dan selanjutnya menyusun suatu kesimpulan.
- Mereka dapat diberi pertanyaan penelitian eksperimen terbuka (tidak terbatas), yakni diberi hanya rincian topik yang sedang dibicarakan dan mungkin beberapa gagasan tentang beberapa aspek topik yang akan mereka selidiki. dalam kegiatan seperti itu, mereka perlu merumuskan hipotesis, merancang metode eksperimen, memilih peralatan yang tepat, mengumpulkan data, mengatur data dan menyusun suatu kesimpulan. (Soemanto Wasty, 2003: 43)
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Teknik-teknik
mendapatkan umpan balik, bagaimana memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan
teknik alat Bantu yang akseptabel, menggunakan metode yang bervariasi, saya
dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa cara dan metode-metode untuk memancing
apersepsi anak didik diantarnaya: menggunakan suatu system aturan tertentu
dalam menghadapi hal-hal atau prosedur tertentu, mencegah agar perilaku siswa
yang salah tidak berketerusan, mengarahkan tindakan dengan disiplin secara
tepat, memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka
bekerja secara bebas, memberikan penghargaan dan ganjaran untuk memotivasi
siswa, menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan kepada siswa
yang lebih pandai, menerima inisiatif siswa yang disampaikan melalui
pertanyaan, bahasan, atau saran-saran.
Memanfaatkan
teknik alat Bantu yang akspektabel diantaranya: menggunakan alat-alat seperti
audio-visual, visualisasi verbal, audio verbal, buku pelajaran, buku kerja,
media cetak, dan lagi alat Bantu yang paling penting dan murah adalah
pertanyaan. Dengan alat Bantu pertanyaan kita akan lebih mudah memahami apakah
anak didik memang benar-benar memahami apa yang kita ajarkan dengan baik.
Menggunakan Metode
yang bervariasi antara lain: dengan menggunakan metode Menggubah syair lagu dan
bernyanyi, melakukan Permainan , bermain peran, diskusi (bertanya, menjawab,
berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah), menggambar dan mengarang,
menulis prosa, puisi, pantun, gurindam, membaca bermakna, menyimak untuk
menangkap gagasan pokok, mengisi teka teki, mengajukan pertanyaan penelitian
,mengajukan pendapat dengan alasan yang logis, mengomentari, bercerita,
mendengarkan cerita, mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri
benda, mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting, membuat
rangkuman/ synopsis, mendemonstrasikan hasil temuan, mencari pemecahan
soal-soal Matematika, membuat soal cerita, mengukur panjang, berat, suhu,
merencanakan dan melakukan percobaan, dan jika ini di hubungkan dengan
pendidikan Islam, maka tentunya semuanya harus dilandasi nilai KeIslaman, yaitu
dengan memberikan teladan yang baik dan menyelesaikan semua masalah dengan
lemah-lembut dan bermusyawarah sesuai dengan tuntunan Agama Islam.
BISA NGGA SIH DAFTAR PUSTAKANYA DIMUAT
BalasHapusgak ada daftar pustaka ya min?aduhhh ...
BalasHapus