BAB
I
PENGERTIAN,
RUANG LINGKUP DAN FAEDAH MEMPELAJARI
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1. PENGERTIAN
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Perkembangan menunjukkan
suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat
diulang kembali. Perkembangan memenunjukkan pada perubahan-perubahan dalam
suatu arah yang bersifat tetap dan maju. Menurut pendapat para ahli psikolog
istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai
gejala-gejala psikologis yang nampak. Bertambahnya fungsi-fungsi otak misanya
memungkinkan anak dapat tersenyum, berjalan, bercakap-cakap, dan lain
sebagainya.
Suatu definisi yang relevan
yang dikemukakan oleh monks adalah: “ perkembangan psikologik merupakan suatu
proses yang dinamik. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan
akhirnya merupakan tingkah laku apa yang akan diaktualisasi dan dimanifestasi.
Perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar terutama mengenai isinya,
yaitu mengenai apa yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah laku belajar.
Psikologi perkembangan
lebih mempersoalkan faktor-faktor yaang
umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi di dalam diri
kepribadian yang khas itu. Titk berat yang diberikan oleh para psikolog
perkembangan ada pada relasi antara kepribadian dan perkembangan. Hal itu
disebabkan oleh pendapat sebagian besar para psikolog bahwa keseluruhan
kepribadian itulah yamg berkembang meskipun beberapa komponen dapat lebih
menonjol perkembangannya pada masa-masa tertentu daripadad komponen yang lain,
misalnya fungsi indera dan fungsi motorik menonjol pada tahun-tahun pertama.
Adapun definisi oleh para ahli yaitu menurut Prof. Dr. FJ. Monks, Prof. Dr.
A.M.P. Knoers dan Prof. Dr. Siti Rahayu Haditoro dalam psikologi perkembangan: “psikologi
perkembangan adalah suatu ilmu yang lebih mempersoalkan faktor-faktor umum yang
mempengaruhi proses perkembangan (perubahan) yang terjadi dalam diri pribadi
sesorang, dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan
perkembangan”. Menurut Dra. Kartini Kartono dalam psikilogi anak: “psikologi
perkembangan (psikologi anak) adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia yang dimulai dengan periode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa
remaja, sampai periode adolesens menjelang
dewasa”. Dalam Encyclopedia Internaational: “ Developmental psychology is a
branch of psychology devoted been placed on the search for those elements of
behavior in the child wich are thought to be prerequisite for complex adult
behavior”, (psikologi permbangan adalah suatu cabang dari psikologi yang
mengetengahkan pembahasan tentang perilaku anak. Secara historis titik berat pembahasannya
pada penganalisaan elemen-elemen perilaku anak yang dimungkinkan akan menjadi
sarat terbentuknya perilaku dewasa yang komplek). Psikologi perkembangan yakni
suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang gejala jiwa seseorang sejak
masa konsepsi hingga dewasa.
Perkembangan pribadi sebagai
perubahan kualitatif daripada setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan
dan belajar. Fungsi-fungsi keporibadian manusia berhubungan dengan aspek
jasmaniah dan aspek kejiwaan. Fungsi-fungsi kepribadian yang jasmaniah
misalnya:
1.
Fungsi motorik pada
bagian-bagian tubuh.
2.
Fungsi sensoris pada
alat-alat indera.
3.
Fungsi neurotik pada sistem
syaraf.
4.
Fungsi seksual pada
bagian-bagian tubuh yang erotis.
5.
Fungsi pernapasan pada
alat pernapasan.
6.
Fungsi peredaran darah
pada jantung dan urat-urat nadi.
7.
Fungsi pencernaan
makanan pada alat pencernaan.
Sedangkan
fungsi-fungsi kepribadian yang bbersifat kejiwaan misalnya:
1.
Fungsi perhatian.
2.
Fungsi pengamatan.
3.
Fungsi tanggapan.
4.
Fungsi ingatan.
5.
Fungsi fantasi.
6.
Fungsi fikiran.
7.
Fungsi perasaan.
8.
Fungsi kemauan.
Pertumbuhan dan perkembangan ada
kesamaannya yaitu setidak-tidaknya kedua istilah tersebut menunjukkan adanya proses tertentu
dan terjadinya perubahan-perubahan menuju kedepan (taraf yang lebih tinggi),
serta tidak dapat begitu saja diulang kembali. Ruang lingkup dari pembahasan
ilmu ini: bahwa psikologi perkembangan merupakan:
a.
Cabang dari psikologi
b.
Obyek pembahannya ialah
prilaku atau gejala jiwa seseorang.
c.
Tahapan dimulai dari
masa konsepsi hingga masa dewasa.
Faedah praktis mempelajari psikologi
perkembangan yang dapat dikemukakan disini antara lain:
a.
Untuk memahami garis
besar, pola umum perkembangan dan pertumbuhan anak pada tiap-tiap fasenya.
b.
Dapat memunculkan sikap
senang bergaul dengan orang lain terutama anak-anak, remaja, dengan penuh
perhatian kepada mereka baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, ataupun
masyarakat.
c.
Dapat mengarahkan sesorang
untuk berbuat dan berprilaku yang selaras dengan tingkat perkembangan orang
lain.
d.
Khususnya bagi pendidik
dapat memehami dan memberikan bimbingan kepada anak, sesuai dengan taraf
perkembangan anak didiknya, sehingga proses pendidikan akan berjalan dengan
sukses dalam mencapai tujuannya.
BAB
II
SEJARAH
DAN METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1.
SEJARAH
SINGKAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Perhatian dan pengamatan
terhadap anak-anak oleh para filosuf sebenarnya sudah sejak abad ke-5 sebelum
masehi. Hal ini dapat dibuktikkanapabila secara teliti mempelajari
pendapat-pendapat antarlain; Plato (427-347 sebelum masehi). Oarng yang pertama
kali yang menyusun teori pendidikan secara teratur, Aristoteles (384-322 SM).
Orang yang menghendaki pendidikan agar menciptakan kehidupan nasional sehingga
dia menitikberatkan perkembangan individu. Socrates (469-399 SM). Ia adalah
sebagai peletak abad-abad itu di Yunani dan Romawi. Walaupun kebanyakan mereka
itu masih menganggap sama antara anank-anank dan oarng dewasa, erbedaan antara
keduanya hanya terletak pada ukuran fisiknya belaka.
Akan tetapi setidak-tidaknya
perhatian dan anggapan mereka terhadap anak-anak itu, menunjukkan bukti adanya
pemikiran tentang perkembangan anak pada zaman itu. Pemikiran dan pendapat para
filosuf terhadap anak pada zaman itu. Pemikiran dan pendapat para filosuf
terhadap anak pada zaman itu masih menyatu dengan filsafat induk dari segala
ilmu, belum merupakan suatu ilmu yang berdiri sendiri.
Baru pada akhir abad ke-18
psikologi perkembangan menyusul sebagai sustu ilmu yang berdiri sendiri.
Lahirnya ilmu ini diawali dengan timbulnya aliran Philanthopilisme, suatu paham
yang mencintai sesama manusia teruatama terhadap anak-anak. Pendiri aliran ini
adalah Johan Bernhard Basedow (1723-1970, Jerman).
Pendapat yang penting adri aliran ini
adalah:
a.
Pengajaran harus
diselaraskan dengan jalan perkembangan anak.
b.
Manusia itu pada
dasarnya baik.
c.
Pengajaran harus
dimulai dengan bendanya (peragaan).
d.
Pengajaran harus
menggembirakan dan menarik.
a.
Di Jerman :
-
Pasangan suami istri
William Stern dan Clara Stern dengan bukunya Psychologieder Pruchen Kindheit
(Psikologi anak pada usia sangat muda) tahun 1914.
-
Juga Charlotte Buhler
dan suaminya Karl Buhler dengan bukunya: “ Kindheit undjugend” (masa anak-anak
muda) tahun 1928.
b.
Di Amerika Serikat :
-
Granville Stainley Hall
dengan bukunya Adolescence” (masa adolesen) tahun 1904 dan lain-lain.
c.
Di Inggris :
-
Herbert Spencer dengan
“the principles of psychology”. (Prinsip-prinsip psikologi) tahun 1970.
-
J. Sully dengan “
Studies in childhood” (studi tenteng
bentuk anak) tahun 1893 dan lain-lain.
d.
Diperancis
:
-
Alfret Binnet, ia
dikenal sebagai orang yang berhasil dalam penelitian kecerdasan anak tahun
1985.
e.
Di
Swiss :
-
Jean Piager, Banyak
sekali karya tulisan-tulisannya, antara lain “Play, dreams and imitation”
(bermain, mimpi, dan meniru) tahun 1951.
f.
Begitu
juga di Indonesia:
-
Ki Hajar Dewantoro
dengan Taman Indrinya, Taman siswanya,
Prof, Abdullah Siget, Prof. Dr. Toedung, Sutan Gunung Mulia dan lain-lain.
METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Tekhnik dan cara penyelidikan yang
dipakai dalam Psikologi perkembangan, pada prinsipnya sama dengan cara
penelitian yang ndigunakan dalam ilmu pengetahuan lainnya, sehingga banyak cara
yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dalam ilmu ini, antara lain:
a.
Metode
Eksperimen dan Tes
Penerapan metode ini yakni dengan
mengadakan percobaan-percobaan kepada seorang anak untuk selanjutnya
disimpulakan hasilnya.
b.
Metode
Klinis
Cara ini diterapkan dalam rangka untuk
memperoleh kesimpulan adanya kelainan jiwa untuk selanjutnya, dapat diberikan
pengobatan.
c.
Metode
Observasi
Yakni mengadakan pengamatan secara
cermat, dan sistematis serta membutuhkan adanya keluwesan tertentu (tidak
kaku).
d.
Metode
“Cross Section Methode”
Dengan meneliti seseorang atau
sekelompok anak yang setaraf dalam waktu tertentu untuk selanjutnya hasilnya
dibandingkan (disilang) dengan anak setaraf lainnya, dan kemudian disimpulkan
sebagai wujud hasil akhir penelitian.
e.
Metode
“Longitudinal- Method”
Oprasionalisasi dari metode ini adalah
dengan cara meneliti seseorang atau beberapa anak tertentu dimulai dari
dalam kandungan, lahir dengan hingga
dewasa, tanpa diadakan cross (silang)
f.
Metode
Interview
Menggunakan metode ini sangat lazim
dan praktis digunakan oleh para orang tua, pendidik untuk menyelidiki kondisi
anak-anak didiknya dengan cara mengadakan tanya jawab atau wawancara.
g.
Metode
Questionnaire atau Angueto
Penggunaannya cukup dengan menyodorkan
daftar pertanyaan yang disistematisir sedemikian rupa dan diselaraskan
dengantujuan penelitian, untuk dapat dijawab secara tepat dan benar.
h.
Metode
collection.
Ini dapat dikerjakan dengan
mengumpulkan segala sesuatu yang merupakan karye atau kegemaran anak-anak,
antara lain: surat-surat catatan harian (diary), karangan, perangko, lukisan
foto, dan lain-lain. Dari bahan-bahan tersebut sangat bermanfaat untuk
dipelajari dan selanjutnya dianalisa serta diambil kesimpulan.
BAB III
MASALAH, TEORI DAN
HUKUM PERKEMBANGAN
1.
MASALAH
PERKEMBANGAN
Bahwa tiap anak secara kodrat
membawa variasi dan irama perkembangannya sendiri, perlu diketahui setiap orang
tua, agar ia tidak bertanya-tanya bahkan bingung atau bereaksi negatif yang
lain dalam menghadapi perkembangan anaknya. Bahkan ia harus bersikap tenang
sambil mengikuti terus menerus pertumbuhan itu, agar pertumbuhan itu sendiri
terhindar dari gangguan apapun, yang tentu saja akan merugikan.
2.
TEORI
PERKEMBANGAN
Adapun
teori-teori yang menyangkut tentang perkembangan anak dari para ahli itu sangat
beragam polanya, akan tetapi secara sederhana dapat disebut di sini antara
lain:
1. Teori
Empirisme.
2. Teori
Nativisme.
3. Teori
Konvergensi.
4. Teori
Rekapitulasi.
5. Teori
Psikodinamika.
6. Teori
Kemungkinan Berkembang.
7. Teori Interaksionisme.
1. Teori Empirisme
Tokoh
utama teori ini adalah Francis Bacon (Inggris 561 - 1626) dan John Locke
(Inggris 1632 – 1704). Teori ini berpandangan bahwa: pada dasarnya anak lahir
di dunia, perkembangannya ditentukan oleh adanya pengaruh dari luar, termasuk
pendidikan dan pengajaran. Dianggapnya anak lahir dalam kondisi kosong, putih
bersih seperti meja lilin (Tabola Rasa”), maka pengalaman (empiris) anaklah
yang bakal menentukan corak dan bentuk perkembangan jiwa anak.
2. Teori Nativisme
Tokoh utamanya adalah
Shopenhauer (Jerman 1788 – 1860). Teori ini mengemukakan bahwa anak lahir telah
dilengkapi, pembawaan bakat alami (kodrat).
3. Teori Konvergensi
Teori
ini penganjur utamanya adalah Williams Stern di bantu istri setianya Clara
Stern. Diungkapkan bahwa perkembangan jiwa anak lebih banyak ditentukan oleh
dua faktor yang saling menopang, yakni faktor bakat dan faktor pengaruh
lingkungan, keduanya tidak dapat dipisahkan (intedependence) seolah-olah
memadu,bertemu dalam satu titik.
4. Teori
Rekapitulasi
Perkembangan
jiwa anak adalah merupakan hasil ulangan dari perkembangan seluruh jenis
manusia.
5. Teori Psikodinamika
Perkembangan
jiwa atau kepribadian seseorang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat
sosioafektif, yakni ketegangan yang ada didalam diri seseorang iti ikut
menentukan dinamikanya ditengah-tengah lingkungannya.
6. Teori kemungkinan berkembang
Teori ini berlandaskan pada
alasan-alasan :
a.
Anak adalah makhluk
manusia yang hidup.
b.
Waktu dilahirkan anak
dalam kondisi tindak berdaya, sehingga ia membutuhkan perlindungan.
c.
Dalam perkembangan anak
melakukan kegiatan yang bersifat pasir (menerima) dan aktif (Explorasi).
Yang menyampaikan teori ini adalah Dr.
M.J. Langeveld salah seorang ilmuwan dari Belanda.
7. Teori Interaksionisme
Perkembangan jiwa atau prilaku anak banyak ditentukan oleh
adanya dialektif dengan lingkungannya. Maksudnya, perkembangan kognitif seorang
anak bukan merupakan perkembangan yang wajar, melainkan ditentukan oleh
interaksi budaya.
3.
HUKUM
PERKEMBANGAN
Suatu konsepsi yang biasanya
bersifat deduktif, dan menunjukkan adanya hubungan yang ajeg (contunue) serta
dapat diramalkan sebelumnya antara variabel-variabel yang empirik, hal itu
lazimnya disebut sebagai hukum perkembangan.
Hukum-hukum perkembangan tersebut
antara lain:
1.
Hukum
Tempo Perkembangan
Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak
itu berbeda-beda, menurut temponya masing-masing perkembangan anak yang ada.
Ada yang cepat (tempo singkat) adapula yang lambat. Suatu saat ditemukan
seorang anak yang cepat sekali menguasai keterampilan berjalan, berbicara
tetapi pada saat yang lain ditemui seorang anak yang berjalannya dan bicaranya
labat dikuasai. Mereka memiliki tempo sendiri-sendiri.
2.
Hukum
Irama Perkembangan
Perkembangan anak itu mengalami gelombang “pasang surut”, mulai
lahir hingga dewasa, kadangkala anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam
suatu bidang tertentu.
3.
Hukum
Konvergensi Perkembangan
William Stern menggabungkan kedua
pendapat diatas kedalam hukum konvergensi yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami anak adalah pengaruh dari unsur lingkungan dan
pembawaan.
4.
Hukum
Kesatuan Organ
Tiap-tiap anak itu terdiri dari
organ-organ (anggota) tubuh, yang merupakan suatu kesatuan, diantara
organ-organ tersebut antara fungsi dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan
5.
Hukum
Hierarchi Perkembangan
Bahwa perkembangan tidak mungkin akan
mencapai suatu phase teului dengan perkertentu dengan cara spontan atau
sekaligus, akan tetapi harus mwelalui tingkat-tingkat/tahapan tertentu yang
telah tersusun sedemikian rupa. Sehingga perkembangan diri seseorang menyerupai
derat perkembangan.
Contoh : perkembangannya pikiran/
intelect anak, mesti didahului dengan perkembangan pengenalan dan pengamatan.
6.
Hukum
Masa Peka
Masa peka ialah masa yang paling tepat
untuk berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik seseorang anak. Sebab
perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara serempak/bersamaan
antara satu dengan yang lainnya. Suatu contoh: masa peka untuk berjalan bagi
seorang anak itu pada awal tahun kedua. Dan untuk berbicara, sekitar akhir
tahun pertama.
7.
Hukum
Menperkenalkan Diri
Tidak seorangpun anak manusia normal yang
menghendaki kemunduran perkembangan dirinya, ia menghendaki bodoh dan lain
sebagainya. Tetapi sebaliknya setiap anak pasti menghendaki perkembangan diri
ke arah suatu kemajuan, dalam suatu tingkat yang lebih tinggi dari tingkat
sebelumnya.
Contoh: Seorang anak ingin jadi juara,
ingin pandai, ingin sukses dan sebagainya.
8.
Hukum
Rekapitulasi.
Perkembangan jiwa anak adalah ulangan
kembali secara singkat dari perkembangan manusia di dunia. Dari masa berburu
hingga masa industri.
BAB
IV
HAKIKAT, FAKTOR DAN TUGAS-TUGAS
PERKEMBANGAN
1. HAKIKAT PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Manusia
sebagai obyek ilmu pengetahuan, dan dibicarakannya dari sejak munculnya
filsafat dan ilmu, hingga sekarang dan pada masa mendatang, tidak pernah
kehabisan materi atau problematikanya. Psikologi perkembangan yang memiliki
obyek garapannya adalah manusia, problematiikanya sangat menarik, terkadang
cenderung terasa berat untuk dipecahkan.
Dalam mengamalkan dan menerapkan konsep-konsep
psikologi perkembangan perlu disadari bahwa :
a. Tidak ada
seorang anak pun di dunia yang yang memiliki kesamaan total dengan manusia
lainnya.
b. Konsepsi-konsepsi
dalam psikologi perkembangan bukanlah pembatasan mutlak atau pasti sifatnya.
c. Konsepsi-konsepsi
yang ada hanyalah lebih bersifat garis-garis besar atau pedoman umum yang
berlaku bagi perkembangan kejiwaan anak pada umumnya.
2. FAKTOR – FAKTOR PERKEMBANGAN ANAK
Ada berbagai macam factor yang mempengaruhi
pertumbuhan organ tubuh anak, antara lain :
a. Faktor-faktor
sebelum lahir, yakni adanya gejala-gejala tertentu yang terjadi sewaktu anak
masih di dalam kandungan.
b. Faktor pada
waktu lahir, yakni terjadinya suatu gangguan pada saat-saat anak dilahirkan.
Misalnya dinding rahim ibu yang terlalu sempit, sehingga terjadi tekanan yang
kuat mengakibatkan pendarahan pada bagian kepala.
c. Faktor
sesudah lahir, yakni peristiwa-peristiwa tertentu yang terjadi setelah anak
lahir, terkadang menimbulkan terhambatnya pertumbuhan anak. Contoh adanya
pengalaman anak yang traumatic (luka-luka) di bagian kepala.
d. Faktor
psikologis, yakni adanya kejadian-kejadian tertentu yang menghambat
berfungsinya psikis, terutama yang menyangkut perkembangan intelegensi dan
emosi anak yang berdampat pada proses pertumbuhan anak.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi anak antara
lain adalah ;
a. Faktor
hereditor, yakni keturunan/warisan dari sejak lahir dari kedua orangtuanya yang
biasa diturunkan melalui CHROMOSON.
b. Faktor
lingkungan, yakni segala sesuatu yang ada pada lingkungan hidup anak (tempat
tinggal/bergaul).
3. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Yang dimaksud dengan tugas-tugas perkembangan anak
adalah tinjauan teoritas mengenai dinamika dari perkembangan anak. Menurut
teori dorongan (motivasi) bahwa segenap tingkah laku anak itu distimulir dari
dalam. Sebagaimana dikatakan oleh C.Chifford T.Morgan bahwa motivasi
adalah merupakan dorongan keinginan, sekaligus sebagai sumberdaya penggerak
melakukan sesuatu yang berasal dari dalam dirinya, dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Motif utama dalam kehidupan manusia adalah usaha
untuk menghilangkan ketegangan, iritasi dan frustasi guna mencapai keseimbangan
(equilibrium) kembali. Bagi anak yang sehat, seperti halnya manusia sehat
lainnya yakni anak akan selalu melibatkan dirinya dalam kegiatan proses
perkembangan dan proses realissi diri untuk mencapai tujuan hidupnya.
Jika intelektualnya sudah mulai berkembang maka
anak akan mulai belajar berbicara, dan seterusnya. Hal ini disebabkan anak
merupakan merupakan subyek yang aktif dalam memfungsikan segenap kemampuannya
dalam proses perkembangan.
Dalam
proses pengembangan diri seorang anak dapat menengok pada
pengalalaman-pengalaman masa lampau, masa kini, untuk kemudian membuat rencana
untuk hari esok (cita-cita hidup).
Dra. Kartini Kartono berpendapat bahwa eksistensi
anak dapat dipastikan oleh adanya ;
a. Segenap
kualitas hereditas.
b. Pengalaman
masa lampau dan masa sekarang dalam suatu lingkungan social tertentu dan
sebagai produk proses belajar secara kontinyu.
c. Idealitas dan
tujuan yang ingin dicapai.
Robert J.Havighurst (1953) mengemukakan bahwa
perjalanan hidup seseorang itu ditandai dengan adanya tugas-tugas yang harus
dipenuhi. Tugas-tugas perkembangan yang dilakukan sesorang dalam masa kehidupan
tertentu adalah disesuaikan dengan norma-norma social serta norma-norma
kebudayaannya.
BAB V
PERIODESASI
PERKEMBANGAN
Ada 3 macam periodesasi
perkembangan diantaranya :
a. Periodesasi yang berdasarkan biologis
b. Periodesasi yang berdasarkan didaktis
c. Periodesasi yang berdasarkan psikologis
A. PERIODESASI YANG BERDASARKAN BIOLOGIS
Periodesasi yang berdasarkan Biologis adalah para
ahli kejiwaan mendasarkan pembahasannya pada kondisi atau proses pertumbuhan
biologis anak.
ARISTOTELES
mengemukakan 3 fase perkembangan anak
yaitu :
Fase I : umur 0,0 – 7,0 adalah masa bermain.
Fase II : umur 7,0 –
14,0 adalah masa sekolah dasar.
Fase III : umur 14,0 –
21,0 adalah masa purbertas.
Pendapat ini dikategorikan pada
periodesasi yang berdasarkan pada biologis karena Aristoteles menunjukkan bahwa antara Fase I dan Fase II itu
ditandai dengan adanya pergantian gigi, serta batas antara Fase II dan Fase III
ditandai dengan mulai bekerjanya/berfungsinya organ kelamin.
B.
PERIODESASI BERDASARKAN DIDAKTIS
Yang
dimaksud dari tinjauan ini adalah dari segi keperluan/materi apa kiranya yang
tepat diberikan kepada anak didik pada masa-masa tertentu, serta memikirkan
tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk diterapkan di dalam
mengajar atau mendidik anak pada masa tertentu tersebut.
Jean Jacques Rousseau, dengan karya
terkenalnya “Emile eu du l’education”
(1672) didalamnya terdapat tahapan perkembangan anak antara lain :
Usia 0,0 – 2,0 : masa asuhan (Nursery)
Usia 2,0 – 12,0 : masa pendidikan jasmani
dan alat-alat indera
Usia 12,0 – 15,0 : masa
perkembangan pikiran
Usia 15,0 – 20,0 : masa
pembentukan watak dan kesusilaan
C. PERIODESASI
BERDASARKAN PSIKOLOGI
Bagian ini membahas gejala
perkembangan jiwa anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis.
Charlotte Buhler, dalam bukunya Psychologis der Puberteitsjaran membagi
perkembangan anak menjadi beberapa Fase diantaranya :
Fase I : (0,0 – 1,0) perkembangan sikap subyektif menuju
obyektif.
Fase II : (1,0 –
4,0) mengenal dunia sekitar secara subyektif.
Fase III : (4,0 – 8,0)
hubungan diri dengan lingkungan social.
Fase IV : (8,0 –
13,0) mulai memisahkan diri dari orang lain.
Fase V : (13,0 – 19,0) masa kematangan.
BAB
VI
MASA
INTRA UTERIN DAN MASA BAYI
A. MASA
INTRA UTERIN
Secara biologis pertumbuhn
manusia di mulai saat terjadinya pembuahan (konsepsi), yaitu bertemunya ovum
dengan sperma, kemungkinan terjadinya konsep itu sebenarnya para ahli pun tidak
banyak tahu persis, mereka biasanya mengatakan bahwa pembuahan tersebut terjadi
secara ilmiah (sunnatullah). Bahwa sekali dalam 28 hari, umumnya pada pertemuan
silus menstruasi, sebuah ovum yang ada dalam kandungan telur (ovarium) itu
telah masuk dan bergerak ke dalam rahim. Perjalanan itu biasanya 3-7 hari, jika
dalam perjalanan tersebut tidak bertemu dengan sperma (pembuahan) maka
lenyaplah ovum tersebut dalam rahim. Akan tetapi jika terjadi pembuahan, maka
pada saat terjadi pembuahan itu sel benih sperma melepaskan 23 bagian terkecil
dari dirinya disebut dengan Chromosom.
Begitu juga pecahlah ovum melepaskan 23 chromosom yang selanjutnya melebur
menjadi satu membentuk bahan keturunan bagi anak. Chromosom-chromosom tersebut
sebenarnya mengandung bagian-bagian yang kecil-kecil lagi yang disebut Gene.
Dari gene ini yang merupkan factor keturunan yang sesungguhnya.
B. SIKAP
IBU TERHADAP KEHAMILAN
Bagi seorang wanita kehamilan
serta kelahiran anak biasanya memberikan arti emosional yang cukup berarti bagi
dirinya. Apabila disertai dengan tekanan-tekanan perasaan yang kuat maka wanita
akan menjadi sangat perasa (emosional)
sehingga mengakibatkan mudah terganggunya keseimbangan kejiwaan (mentalnya).
Maka wajarlah jika dalam
kondisi hamil seorang ibu akan muncul proses yang bermacam-macam antara lain :
a. Timbul
keinginan yang aneh-aneh terkadang emosional (ngidam).
b. Merasakan
kebahagiaan atau kepuasan, karena ia merasa dirinya subur, ia calon ibu sejati,
maka ada keinginan menyambut bayi dengan gairah.
c. Terkadang
muncul perasaan cemas-cemas harap tegangan emosi lebih-lebih jika dibumbui
dengan cerita takhayul, atau tanda-tanda yang telah diberitakan sebelumnya
dibesar-besarkan, takut cacat anaknya, takut gugur, dll.
C. PENGARUH
PERKEMBANGAN PRANATAL
Hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan anak dalam kandungan antara lain :
a. Makanan
atau vitamin dari ibu waktu hamil.
b. Kondisi
kesehatan ibu, terutama penyakit-penyakit kotor sangat berpengaruh negatif pada
perkembangan anak.
c. Alkohol,
hal ini dapat mempengaruhi fetus dalam rahim terutama pada susunan saraf.
d. Neucotine,
ini dapat pula mengganggu kerja denyut jantung anak dari ibu.
e. Emosi
atau perasaan yang dialami oleh ibu waktu mengandung (terlalu cemas, terlalu
takut, sering marah, dll).
f. Usia
orang tua atau ibu, terlalu muda dan teerlalu tua keduanya kurang menguntungkan
bagi perkembangan bayi dalam rahim.
g. Ada
juga pengaruh bulan terakhir, atau masa-masa kelahiran (masa panen, masa
krisis, zaman makmur atau zaman kesulitan, dll).
D. PROSES
KELAHIRAN
Dalam proses kelahiran bayi
yang umumnya menjadi permasalahan adalah tentang gerakan si bayi itu sendiri
saat menjelang kelahiran. Apakah bayi tersebut bersifat aktif (siap untuk
lahir) ataukah bersifat pasif (cenderung
dilahirkan). Dalam kondisi normal bayi bersifat aktif, sehingga ia siap
untuk lahir, bukan dilahirkan. Dinyatakan demikian sebab posisi dan gerakan
bayi itu di dalam rahim itu menentukan sekali cara dan tipe kelahiran bayi itu
sendiri.
Teori kedokteran menyebutkan
bahwa kelahiran bayi prematur atau abortus spontan (keguguran tak disengaja)
itu antara lain :
a. Gangguan
pada supply hormonal.
b. Ketidak
imbangan endokerin.
c. Definisi
atau kerusakan ovarium (kandungan telur)
d. Gangguang
thyroid pada kelenjar gondok, hypophyse (sambungan otak) serta gangguan
hormon-hormon lainnya.
e. Keempat
faktor emosional penyebab itu diperhebat dan diperkuat oleh faktor emosional
dan faktor psikis (faktor psicchogenik) dari ibu yang sedang hamil. Ini
biasanya berpangkal pada kondisi wanita hamil tersebut.
E. TANGIS
PERTAMA BAYI
Dapat
dimaklumi bahwa setiap bayi normal tidak ada gangguan yang berarti bagi
pertumbuhan bayi baik dalam waktu kehamilan ataupun waktu proses kelahirannya,
maka mesti bayi tersebut akan menangis waktu lahir di dunia.
Sis Heyster salah seorang
psikolog Belanda mengungkapkan pendapat bahwa tangis bayi yang pertama itu
sebagai tanda adanya kesadaran jiwa pada seorang anak, yang dimulai sejak lahir
dengan adanya kesadaran (consciousnes) itu berarti fungsi-fungsi kejiwaan telah
mulai bekerja sebagaimana mestinya.
F. AKTIVITAS
MASA BAYI
Kegiatan atau aktivitas anak pada masa
bayi antara lain :
Tidur
dan gerakan bayi
Sebagian besar kegiatan bayi pada
umumnya adalah digunakan untuk tidur, baik siang atau malam hari. Ch. Buhler berpendapat bahwa pada :
Umur 0,0 : tidur bayi
mencapai 21 jam
Umur 1,0 : tidur bayi
mencapai 13 jam dan selebihnya waktu-waktu digunakan bayi untuk mengadakan
gerakan.
Pendapat lain mengatakan bahwa :
Umur 0,0 : lama tidur
bayi 20 jam.
Umur 1,0 : lama tidur
bayi 12 jam.
Selebihnya kegiatan bayi adalah
mengadakan gerakan-gerakan.
1. Reakasi
positif, yaitu gerakan-gerakan bayi yang sesuai atau searah dengan rangsangan
(stimulasi) yang datang pada dirinya. Jadi reaksi ini sebagai tanda penerimaan
akan adanya stimulasi tadi. Contoh: melihat, tersenyum, mendengarkan suara,
makan, minum, dll.
2. Reaksi
negatif, yaitu kebalikan dari reaksi positif, reaksi ini sebagai perwujudan
menolak adanya stimulasi yang datang pada dirinya. Bayi melakukan
gerakan-gerakan yang berlawanan dengan stimulasi yang datang dari luar dirinya.
Contoh: menangis, terkejut, menolak makan, dll.
3. Reaksi spontan (aksi)
yakni, gerakan-gerakan bayi tidak disebabkan oleh adanya rangsangan yang datang
dari luar dirinya. Tetapi gerakan tersebut dilakukan karena kehendak dirinya
sendiri jadi karena dorongan dari dalam dirinya (inside). Contoh: sendirian
tanpa sebab menggerakkan tangan, kaki, kepala menggelepar, dll.
BAB
VII
MASA
ANAK – ANAK
Perkembangan kejiwaan pada masa
anak-anak, terkadang disebut dengan masa anak kecil atau juga masa menjelang
sekolah, sebab masa ini saat-saat anak senang mempersiapkan diri untuk
bersekolah. Demikian pula masa ini ada yang menyebut dengan masa Esthetis,
dikarenakan anak mulai mengenal dunia sekitarnya terasa serba indah.
1. PERKEMBANGAN TANGGAPAN
Mempelajari
perkembangan tanggapan anak, tidak terlepas dengan mempelajari teori-teori
perkembangan pengamatan anak. Dalam polanya kedua aspek tersebut memang berbeda
tetapi antara keduanya saling berkaitan dan ada kesamaan yang mendasar yakni
adanya proses belajar mengenal atau menguasai obyek, atas stimulus yang datang
kepadanya dengan menggunakan potensi yang dimilikiny. Dan dikatakan tanggapan
itu terkait dengan pengamatan sebab tanggapan itu sendiri merupakan hasil,
kenangan dari adanya proses pengamatan.
William Stern & Clarn Stern
1. Stadium
Keadaan :
0 – 8 tahun, tanggapan anak
masih dalam gambaran totalitas yang samar-samar, serta anak sudah dapat dengan
teliti mengamati obyek pengamatan atau obyek tanggapan.
2. Stadium
Perbuatan :
8 – 9 tahun, anak mengamati
dan menaruh minat terhadap pekerjaan serta perbuatan orang dewasa dan juga
tingkah laku hewan.
3. Stadium
Hubungan :
9 – 10 tahun, anak mengamati
relasi atau hubungan causal dari benda-benda dan peristiwa.
4. Stadium
Sifat :
10 – ke atas, anak mulai
menganalisa hasil pengamatan atau tanggapan dengan mengkonstatur ciri-ciri dan
sifat-sifat dari benda sebagai obyek pengamatannya.
2. PERKEMBANGAN
PIKIRAN
Perkembangan pikiran
(intellect) anak itu pada dasarnya berhubungan erat dengn perkembangan bahasa,
keduanya merupakan faktor penentu bagi seorang dapat menyampaikan gagasannya,
keinginannya dalam mengadakan komunikasi dengan yang lain.
Perkembangan pikiran dapat
dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu :
a. Perkembangan
Formal,
Perkembangan fungsi-fungsi
pikir atau alat-alat pikir anak untuk dapat menyerap, menimbang memutuskan,
menguraikan, dll. Contoh: Perkembangan sistematika berpikir, teknik pengambilan
keputusan, dll.
b. Perkembangan
Material,
Perkembangan jumlah
pengetahuan pikir (knowledge) oleh
seorang anak itu dapat dimiliki dan dikuasainya. Contoh: penguasaan tentang
angka-angka, pendapat-pendapat, teori-teori, dll.
Perkembangan pikiran dapat
dikateogirkan menjadi :
a. Berpikir
secara konkrit (dengan obyek yang realis) sehingga proses berpikir anak harus
dirangsang atau dituntut dengan benda atau dengan alat peraga.
b. Berpikir
secara simbolis atau sistematis, yaitu: anak berpikir dengan menggunakan
simbol-simbol (tanda-tanda), maka disini sudah mulai mengenal huruf, angka,
schema, simbol-simbol
tertentu, dsb.
3. PERKEMBANGAN
INGATAN
Daya ingatan anak akan
bersifat tetap jika anak telah mencapai umur ±4 tahun. Selanjutnya daya ingatan anak akan
mencapai intensitas terbesar atau terbaik dan kuat, jika anak berumur antara ±
8 – 12 tahun, pada saat itu daya menghafal atau daya memorisasi (upaya
memasukkan pengetahuan dalam tingkatan seseorang) dapat memuat sejumlah materi
hafalan sebanyak mungkin.
Sebelum umur setengah tahun
(0;6) anak pada umumnya belum mengenal benda sekitanya secara hakiki. Anak saat
itu baru mengenal keadaan atau situasinya saja. Contoh, seorang ibu menyodorkan
sendok makan kepadanya, ia mengenal keadaan itu, tetapi jika sendok ditaruh/
diletakkan di atas meja, maka anak sudah tidak mengenal benda itu lagi. baru
umur lebih dari setengah tahun secara pelan-pelan anak mulai mengenal
lingkungannya.
4. PERKEMBANGAN
BAHASA
Pada akhir tahun pertama
kelahiran anak dan menjelang awal tahun kedua, ada pertumbuhan dan perkembangan
anak yang menonjol yakni mulai menunjukkan kemampuannya untuk dapat berjalan
sendiri dan kemampuan berbahasa atau berbicara.
Awal perkembangan bahasa pada dasarnya dapat
diartikan sejak mulai adanya tangis pertama bayi, sebab tangis bayi juga dapat
dianggap sebagai bahasa bayi atau anak. Dengan menangis bagi anak dapat juga merupakan
sarana mengekspresikan kehendak jiwanya.
Adapun penguasaan bahasa
berikutnya secara berangsur-angsur anak akan mengikuti bakat serta Ritme perkembangan yang dialami. Akan
tetapi perkembangan tersebut akan dipengaruhi oleh lingkungan.
5. PERKEMBANGAN
PERASAAN
Bagi anak-anak perkembangan
perasaan itu sangat cepat dan besar sekali, sehingga umumnya anak-anak akan
lebih emosional dibandingkan dengan orang dewasa. Pandangan mereka selalu
optimis, cepat merasa puas, (terutama pada anak sekolah dasar) sehingga mereka
akan mudah merasa senang, periang, kesedihan dan kesusahan atau justru
kesenangan orang lain pun belum mereka hayati dengan baik-baik. Kalbu pada saat
tertentu anak tahu tentang kesusahan orang lain maka anak berusaha menekannya atau
menutupnya, karena ia takut atau malu untuk ikut merasakannya.
H. Birkenfeld dan Gazali
membagi perasaan anak menjadi :
1. Perasaan
yang terdapat pada tingkat biologis (jasmaniah) meliputi :
a. Perasaan yang berhubungan dengan pencernaan makanan, pernafasan dan
peredaran darah, contoh: lapar, lelah, dsb.
b. Perasaan yang berhubungan dengan instink, contoh: takut.
c. Perasaan yang berhubungan dengan alat indria, contoh: dingin,
panas, nyeri,dsb.
2. Perasaan
tingkat Rohaniah meliputi :
a. Perasaan Intelect,
yaitu perasaan yang
selalu menyertai kerja-kerja intelek.
b. Perasaan Aesthetis,
yaitu suatu perasaan
yang dialami pada waktu menganggap sesuatu itu bagus/indah atau jelek. Untuk
mengukur indah atau tidak yaitu harus ada standarnya yang biasa disebut cita rasa.
c. Perasaan Ethis,
yaitu perasaan
kesusilaan, hal ini ada sewaktu seseorang menghayati sesuatu itu baik atau
buruk.
d. Perasaan Religius,
perasaan yang menyertai
penghayatan keagamaan ukuran atau sumber perasaan ini adalah agama. Contoh:
perasaan ikhlas, tawakal, perasaan aib, dll.
e. Perasaan Diri,
yaitu perasaan yang
menyertai tanggapan tentang dirinya sendiri. Perasaan diri dapat dibedakan
menjadi perasaan diri yang positif (kemampuan diri sendiri) dan perasaan yang
negatif (ketidakmampuan penyesuaian dirinya). Contoh: sombong, angkuh, rendah
diri, malu, dll.
f. Perasaan Sosial,
yaitu suatu perasaan
yang timbul karena pendapat dan pengalaman seseorang dengan sesama manusia.
Contoh: cinta, rindu, cemburu, respect, dll.
Perkembangan perasaan anak
akan semakin baik jika ditandai dengan adanya keseimbangan antara perasaan dan
sikap Egosentrisnya dengan perasaan obyektif yang ada. Anak akan selalu
membeberkan perasaannya dengan luas terus terang, apa yang sebenarnya yang ia
rasakan.
6. PERKEMBANGAN FANTASI
Daya jiwa untuk menciptakan
tanggapan-tanggapan baru atas bantuan tanggapan-tanggapan yang telah ada (lama)
dalam psikologi disebut fantasi. Fantasi biasanya dibedakan menjadi 2 macam,
diantaranya :
a. Fantasi
Terpimpin (Tuntunan),
yaitu timbulnya fantasi
dikarenakan adanya kesan setelah menanggapi hasil ciptaan orang lain atau
tuntutan oleh karya orang lain tersebut.
b. Fantasi
Mencipta,
yaitu timbulnya fantasi
seseorang yang muncul karena kekuatan (potensi) yang ada pada dirinya secara
murni tanpa adanya tuntunan dari luar.
Fantasi yang ada pada diri seseorang
itu bersifat :
a. Leluasa,
bebas tidak terikat, atau liar.
b. Spontan
terkadang tanpa disadari.
c. Mudah
sekali berubah.
d. Bersifat
menciptakan untuk sesuatu yang baru.
7. PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK
Sebagian psikolog beranggapan
bahwa perkembangan sosial itu mulai ada sejak anak lahir di dunia, terbukti
seorang anak yang menangis, adalah dalam rangka mengadakan kontak/hubungan
dengan orang lain. Atau anak tampak mengadakan aktifitas meraban, tersenyum
bila memperoleh rangsangan dan teguran dari luar.
Perkembangan sosial ini akan
terus berlanjut sesuai dengan pengalaman anak, sehingga anak siap untuk bergaul
dengan yang lain secara baik dan wajar.
8. PERKEMBANGAN MORAL
Bagi seorang anak, pengembangan moral itu akan dikembangkan
melalui pemenuhan kebutuhan jasmaniah (dorongan nafsu fisiologis), untuk
selanjutnya dipolakan melalui pengalaman dalam lingkungan keluarga, sesuai
dengan nilai-nilai yang diberlakukannya. Maka disinilah sebenarnya letak
peranan utama bagi orang-orang yang paling dekat atau akrab dengan anak
(terutama ibu) dalam memberikan dasar-dsar pola perkembangan moral anak
berikutnya.
9. MASALAH PERMAINAN
Permainan adalah suatu
perbuatan yang mengandung keasyikan dan dilakukan atas kehendak diri sendiri,
bebas tanpa paksaan dengan bertujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu
mengadakan kegiatan tersebut.
Permainan cukup penting bagi
perkembangan jiwa anak. Oleh karena itu perlu kiranya bagi anak-anak untuk
diberi kesempatan dan sarana di dalam kegiatan permainannya. Secara fungsional
kegiatan bermain dan bekerja mengandung perbedaan cukup mendasar, sebab bekerja
itu lebih diarahkan kepada hasil yang akan dicapai, disamping adanya
keterikatan yang lebih ketat daripada sebuah permainan.
Tingkatan Permainan Anak
a. Umur
0,0 – 1,0 : anak bermain dengan diri sendiri digunakannya kaki, tangan, suara
kemudian alat mainan.
b. 1,0
– 2,0 : anak bermain dengan menirukan sesuatu.
c. 2,0
– 3,0 : bermain sendiri tetapi ada dorongan untuk
bersama orang lain.
d. 3,0
– 5,0 : bermain bersama orang lain, dalam status
yang sama.
e. 5,0
– 6,0 : bermain bersama dibawah pimpinan seseorang
diantara kawannya, meskipun sering terjadi perselisihan.
f. 6,0
– 8,0 : anak dapat bersandiwara, dengan suatu cerita
yang teratur, ia pun tunduk kepada pimpinannya.
g. 8,0
– 12,0 : anak sudah suka bermain yang mengandung ketelitian serta perlu
kecerdasan dan ketrampilan.
10. PERKEMBANGAN KEBERAGAMAN ANAK
Perkembangan perasaan
ke-Tuhanan anak dapat dimulai sedini mungkin melalui tanggapan, dan bahasa
anak. Mula-mula anak mungkin akan selalu kagum terhadap orang tuanya yang
selalu sayang, dll. Hal tersebut sangatlah penting untuk pembinaan kejiwaan
anak, untuk nantinya di bawah kepada pemahaman, kekaguman terhadap yang lebih
sayang lagi, Maha kasih, Maha Penyayang yaitu Tuhan.
Pembinaan berikutnya anak
harus dibiasakan untuk mengikuti melakukan kegiatan keagamaan atau dibiasakan
dalam suasana keagamaan, yang sudah barang tentu kesemuanya diiringi dengan
contoh atau teladan yang baik. Kemudian anak diberi pengertian tentang ajaran
atau norma-norma keagamaan untuk dapat dipatuhinya secara baik.
Jika ada seseorang anak taat
beragama baru sampai pada taraf karena takut pada orang tua, guru Agama, ingin
penghargaan, dipuji, dll. Tidak perlu terburu-buru untuk dimarahi, atau dihina,
tetapi sebaiknya harus dibimbing terus agar sampai pada taraf kesadaran dirinya
di dalam melakukan kegiatan keagamaan.
BAB VIII
MASA ANAK SEKOLAH
1.
PENGANTAR
Mulai umur 6 tahun ini
, seorang anak pertumbuhan badannya relatif seimbang,maka anak menjadi senang
bermain keseimbangan dan penguasaan badan. Pertumbuhanfisik yangberlangsung
secara baik itu sudah barang tentu berpengaruh terhadap perkembang psikis anak.
Pada masa tersebut anak sudah
matang untuk masuk sekolah. Walaupun dalam praktek sering diadakan seleksi
mencari anak yang sudah matang jiwanya.
Kreteria kematangan anak dalam hal ini
antara la
1.
Anak sudah dapat
bekerjasama dalam satu kelompok anak –anak lainnya.
2 Anak harus sudah mampu mengamati secara
terurai terhadap bagian-bagian dari obyek pengamatan
3. Anak harus sudah mampu akan kepentingan
orang lain.
Adapun perkembangan jiwaanak pada
mas sekolah ini yabng menonjol antara lain:
a)
Adanya keinginan yang
cukup tinggi, terutama yang menyangkut perkembangan intelektual anak.
b)
Energy yang melimpah,
sehingga kadang kala anak itu tidak memperdulikan bahwa dirinya telah lelah
atau capek.
c)
Perasaan kesosialan
yang berkembang pesat , sehingga anak menyukai untuk mematuhi group teman
sebayanya dibandingkan dengan orang tuanya.
d)
Sudah dapat berpikir
secara abstrak , sehingga memungkinkan bagi anak untuk menerima hal-hal yang
berupa teori-teori ataupun norma-norma tertentu
e)
Minat istimewanya tertuju kepada kegemaran
dirinya yang mengakibatkan akan melalaikan tugas belajarnya.
f)
Adanya kekejam yaitu
perhatian anak ditunjukan kepada dunia luar,
g)
Akan tetapi dirinya tidak
mendapat perhatian , saat itu juga akan belum mengenal jiwa orang lain.
Akibatnya anak berlaku kejam
terhadap orang lain, kekejam pada masa ini bukam lah kejam sebenarnya, sebab
anak belum menyadari akan tindakan kekejamannya itu.
Pada
masa anak sekolah ini sebenarnya anak telah timbul sikap obyektifnya, yan
menyangkut tentang :
Kenyataan : Anak memmpunyai sikap yang serius kepada
dunia nyata (Realistis)
Kesusilaan : Sikap anak terhadap norma
susila sudah jujur meskipun terkadan acuh tak . acuh
Karena
sikap- sikap inilah sebenarya yang mendasari dari cirri-ciri anak , sebagaimana
telah diterangkan.
2.
MEMASUKI
MASYARAKAT DILUAR KELUARGA
Sekolah akan memberi pengaruh yang sangat
besar pada anak sebagai individu dan mahluk sosial. Peraturan sekolah, otoritas guru,
disiplin kerja, cara belajar, kebiasaan bergaul, macam-macam tuntutan dan
kesenangan belajar pada anak.
Sampai pada usia 3,5
tahun , anak adalah anak keluarga seutuhnya. Sesudah bumur tersebut, anak mulai
meluaskan caklarawala pengalamannya diluar lingkungan keluarga. Fungsi
penghayatan emosional yang dominan sampai usia 3,5 tahun lalu diganti dengan
penghayatan yang sifatnya lebih rasional; dengan nama anak menjadi obyektif.
Jika dalam fase terdahulu relasi anak dengan benda-benda ditentukan oleh
aktivitas bermain , mulai sekarang timbul keinsafan bahwa dirinya bisa bekerja,
dan ia sanggup menghasilkan prestasi dengan jalan bermanipulasi dengan
benda-benda sekitarnya.
Pada usia sekolah ini
sikap hidup yang egoesentris diganti dengan sikap “ zakelijk” obyektif dan empiris bedasarkan pengalaman. Dan kelak pada
usia 13-14 tahun, sikap tersebut berkembang jadi logis rasional . Emosionalitas
anak menjadi berkurang, sedang unsure intelek dan akal budi ( rasio, pikir)
jadi semakin menjondol.
Dari lingkungan keluarga yang
sempit, anak memasuki lingkungan sekolah yang luau, yang mempunyai kondisi dan
situasi berbeda sekali dengan keluarga. Di sekolah ini hasil – hasil kebudayaan
bangsa dan zamannya akan ditranspormasikan ataupun ditransmisikan pada diri
anak.
3.
MACAM
– MACAM FASE PENGAMATAN
1.
Menurut
Meuman
Meuman membagi – bagi pengamatan ke
dalam tiga masa, yaitu:
a) Masa
sintesis fantasi: 7 sampai 8 tahun. Dalam masa ini pengamatan anak masih
global, bagian- bagiannya belum tamoak jelas.
b) Masa
analisis : 8 sampai dengan 12 tahun . dalam masa ini anak telah mampu membeda –
bedakan sifat dalam mengenal bagian – bagiannya , walaupun hubungan dalam
bagian itu belum nampak seluruhnya.
c) Masas
logis : 12 tahun ke atas.dalam masa ini anak telah dapat berfikir
logis,pengertian dan kesadarannya semakin sempurna.
2.
Menurut
William Stern
William membagi-bagi pengamatan ke dalam
4 masa,yaitu:
a) Masa
mengenal benda : 8 tahun.pengamatan masih bersifat global,disamping gambar
global yang samar-samar,telah dapat membedakan benda tertentu seperti manusia
atau hewan.
b) Masa
mengenal perbuatan : 8 sampai dengan 9 tahun.dalam masa ini anak telah
memperhatikan perbuatan manusia dan hewan.
c) Masa
mengenal hubungan: 9 sampai 10 tahun.anak mengenal hubungan antara
waktu,tempat,dan sebab akibat.
d) Masa
mengenal sifat: 10 tahun ke atas.anak menganalisis pengamatannya sehingga ia
mengenal sifat-sifat benda,manusia,dan hewan.
3.
Menurut
Oswald Kroh
Oswald membagi pengamatan kedalam empat
taraf, yaiyu:
a) Sintesis
fantasi : 7 sampai dengan 8 tahun. Pengamatan masih dipengaruhi fantasinya .
Kenyataan dicambur – baurkan dengan fantasinya.
b) Masa
realism naïf : 8 sampai dengan 10 tahun. Semua yang diamati diterima begitu saja
tanpa ada kecaman atau keritik.
c) Masa
realism krits : 10 sampai 12 tahun. Dalam masa ini anak mulai berpikir kritis.
Ia mulai mencaoai tingkat berpikir abstrak.
d) Masa
subyektif : 12 sampai dengan 14 tahun. Anak berpaling pada dunianya sendiri.
Prhatiannya ditunjukan kepada dirinya sendiri. Hidupnya mulai gelisah ,
ragu-ragu, timbul ras malu, hidup perasaan tidak harmonis.
Dalam
masa anak sekolah perkembangan pengamatan merupakan peralihan dari keseluruhan
menuju kepada bagian-bagiannya, menerima tanpa kritik menuju arah
pengertian,dari khayal menuju alam nyata.
4.
PERKEMBANGAN
FANTASI
Sejak anak berumur lima atau
enem tahun, perhatian mulai ditunjukkan kedunia luar, kealam nyata.
1)
Beberapa
Masa Fantasi
Setelah anak-anak mangalami
masa egosentris, fantasinya mengalami perkembangan melalui masa- masa sebagai
berikut:
a)
Masa dongeng: 4 sampai
dengan 8 tahun . Masa ini bertepatan waktunya dengan perkembangan anak kea rah
kenyataaan. Anak suka sekali
mendengarkan cerita kehidupan.
b)
Masa Robinson Crusoe :
8 sampai dengan 2 tahun. Dalam masa ini anak mengalami realism naïf. Kemudian
anak memasuki masa anak tidak menyukai dongeng yang fantasi , dongeng yang
tidak masuk akal.
c)
Masa Pahlawan : 12 sampai dengan 15 tahun ,
anak suka membaca buku-buku pejuang
karya orang kemenangan yang pernah terjadi.
2) Beberapa Nilai
Fantasi
a)
Fantasi dapat digunakan
sebagai hiburan
b)
Fantasi dapat
memudahkan anak dalam menerima pelajaran.
c)
Fantasi memebentuk budi
pekerti anak.
3) Beberapa
Keburukan Fantasi
a)
Anak sering kedelam kedalam
dunia fantasi . tampaknya ia suka melamun
b)
Anak takut menghadapai kenyataan. Ia menjadi
orang pemalu atau menjadi seoarang pembual di kalangan teman-temannya.
5.
PERKEMBANGAN
PIKIRAN DAN INGATAN
Dalam keadaan normal, pikiran
anak usia sekolah dasar berkembang secara berangsur-angsur dan secar tenang.
Anak betul-betul berada dalam stadium belajar. Disamping keluarga , sekolah
memberikan pengaruh yang sistematis terhadap pembentukan akal budi anak.
6. KEHIDUPAN PERASAAN
Pada usia sekolah dasar
ini anak cepat merasa puas, sifatnya optimis, dan kurang dirisaukan oleh
rasa-rasa penyesalan. Kepribadian, kesengsaraan dan kegembiraan orang lain atau
dihayati oleh anak.
Perasaan intelektual anak
pada periode ini sangat besar. Teka-teki silang, soal-soal matematika, dan
perhitungan yang pelik-pelik (terutama kalau hasilnya berupa angka-angka yang
utuh) merupakan daya tarik besar untuk dipecahkan oleh anak.
Mengenai perasaan religius
pada diri anak dapat dinyatakan disini, bahwa gambar-gambar fantasi anak
mengenai surga, neraka, dan Tuhan jadi makin menipis. Pendidikan agama pada
anak-anak usia 6-12 tahun, itu tidak dilaksanakan dengan kekerasan,
ancaman-ancaman, dan paksaan.
Rasa takut dan cemas ini
bukan gejala upnormal pada anak. Sebab anak secara instinktif memang merasa
takut pada hal-hal yang belum dikenalnya. Hal itu disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan dan pengertian anak, kurang adanya kepercayaan diri. Sehingga anak
melihat bentuk-bentuk bahaya yang sebetulnya tidak ada.
Untuk mengatasi perasaan
takut pada diri anak ini, diperlukan sikap orang dewasa yang tenang dan
bijaksana. Tuntunan dan pemberian keyakinan akan kasih sayang orang tua, akan
menguatkan unsur kepercayaan pada diri anak.
Kepercayaan ini akan menumbuhkan rasa aman, rasa kepercayaan diri dan
harga diri.
BAB
IX
MASA
REMAJA
Masa
ini terbagi menjadi 2 yakni :
a. Masa Pra Pubertas : 12 sampai 14 tahun.
b. Masa Pubertas : 14 sampai 18
tahun.
1. MASA PRA PUBERTAS
Masa ini adalah masa
peralihan dari masa sekolah menuju masa pubertas, dimana seorang anak yang
telah besar, ingin berlaku seperti orang dewasa tetapi dirinya belum siap
termasuk kelompok orang dewasa.
Pra Pubertas
adalah saat-saat terjadinya kemasakan seksual yang sesungguhnya, bersamaan
dengan terjadinya perkembangan fisiologik yang berhubungan dengan kemasakan
kelenjar endokerin.
Peristiwa kemasakan tersebut
pada wanita terjadi 1,5 sampai 2 tahun lebih awal daripada pria. Terjadinya
kemasakan jasmani bagi wanita, biasanya ditandai dengan adanya menstruasi
pertama. Sedangkan pada pria ditandai dengan keluarnya sperma yang pertama,
biasanya lewat bermimpi merasakan kepuasan seksual.
Bagi masa remaja awal, adanya
kematangan jasmani (seksual) itu umumnya digunakan dan dianggap sebagai
tanda-tanda primer akan datangnya masa remaja.
Tanda-tanda sekunder masa
remaja diantaranya :
Pria : - Tumbuh
suburnya rambut pada jagut, kumis, dll.
- Selaput suara mulai besar dan berat.
- Badan mulai membentuk segitiga, urat-urat jadi kuat, dan wajah
bertambah persegi.
Wanita - Pinggul semakin besar dan melebar.
- Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi.
- Suara menjadi bulat, merdu dan tinggi.
- Wajah menjadi bulat dan berisi.
Perkembangan lain pada masa
pra pubertas ini adalah munculnya perasaan-perasaan negatif pada diri anak,
sehingga masa ini ada yang menyebutkan sebagai masa negatif. Anak mulai timbul
keinginan untuk melepaskan diri dari kekuasaan orang tua, tidak mau tunduk lagi
segala perintah, kebijaksanaan orang tua.
2. MASA PUBERTAS
Pada masa ini, seorang anak
tidak lagi hanya bersifat kreatif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai
kegiatan dalam rangka menemukan dirinya serta mencari pedoman hidup, untuk
bekal kehidupannya mendatang. Kegiatan tersebut dilakukan penuh semangat
menyala-nyala. Tetapi ia sendiri belum memahami akan hakekat dari sehungguhnya
apa yang dicarinya itu.
Pada kegiatan mencari pedoman
hidup, anak puber sudah mulai aktif dan menerima akan norma-norma susila juga norma
agama. Tetapi bentuk pengakuan tersebut, masih terbatas pada kondisi dirinya.
Dalam kegiatan keluar masih menggantungkan pada orang lain tersebut anak puber
sudah mengaguminya.
BAB
X
MASA
ADOLESEN
Pada masa prapubertas
anak sering merasakan : bingung, cemas, takut, gelisah, gelap hati, bimbang
ragu, risau, sedih hati rasa-rasa minder, rasa tidak mampu melaksanakan
tugas-tugas. Anak tidak tahu sebab dari macam-macam perasaan yang menimbulkan
kerisauan hatinya.
Para masa pubertas: anak mudah menginginkan
atau mendapatkan sesuatu dari mencari-cari sesuatu namun apa sebenarnya sesuatu
yang diharapkan dan dicari itu dia sendiri tidak tahu. Dan pada masa adolesen
anak mudah mulai merasa mantap dan stabil. Dia mulai mengenal AKU-NYA,
dan ingin hidup dengan itikad kebenaran, dia mulai memahami arah itikad
keberanian.
Pada masa adolesen ini anak mudah
menemukan nilai-nilai hidup baru, sehingga makin jelas tentang keadaan dirinya.
Sikap
dan Sifat Adolesen
a. Menemukan pribadinya,
b. Menemukan cita-citanya,
c. Menggariskan jalan hidup
d. Bertanggung jawab
e. Menghimpun norma-norma sendiri
HARAPAN TERHADAP REMAJA
1. Hendaknya para remaja mengusahakan
belajar dengan tekun agar lekas menyelesaikan studi.
2. Hendaknya para remaja melakukan kegiatan membaca,
membaca literatur yang sehat agar bermutu guna melebarkan horizon pandangan
hidup.
3. Hendaknya para remaja mempunyai hobi.
4. Hendaknya para remaja mengerti dan
memahami, bahwa tuntutan mereka akan pengertian, pengakuan, dan penghargaan
diri dari orang tua.
5. Hendaknya para remaja memahami, bahwa ada
hak, ada kewajiban, ada hak istimewa, ada tanggung jawab, dan ada kebebasan.
6. Hendaknya para remaja menyadari bahaya
narkotika dan menyadari menjauhkan diri dari sex bebas.
7. Hendaknya para remaja berusaha mengerti
keadaan orang tua masing-masing.
PERANAN ORANG TUA
Sebagai orang tua hendaknya kita
berusaha, agar apa yang menjadi kewajiban anak-anak kita dan tuntutan kita
sebagai orang tua, mereka kenal dan laksanakan, sesuai dengan kemampuan mereka
dan kemampuan kita sebagai orang tua.
Hendaknya orang tua berusaha menjadi
contoh kepribadian hidup atas nilai-nilai yang tinggi. Orang tua hendaknya
menuntun anak-anaknya belajar dengan tekun serta berprestasi sebaik mungkin.
Untuk membina kegemaran membaca,
hendaknya kita sendiri menunjukkan kegemaran itu. Menghendaki anak-anak kita
mempunyai hobi, hendaknya kita membantu mereka dalam melaksanakan hobi itu,
sehingga hobi itu benar-benar berkembang. Orang tua hendaknya mengakui anaknya
sudah remaja dan dapat memberikan kebebasan untuk hal-hal tertentu dan belajar
bertanggung jawab.
Dalam periode ini, anak remaja kita, sudah
memerlukan pendidikan seks, pendidikan agama, sikap positif terhadap kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abu Ahmadi, Drs. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka
Cipta.
2. Zulkifli L, Drs. 1986. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
3. Clifford T. Morgan, Indroduction to Psychology, Mc. Graw
Hill Book Co, New York, 1956.
4. Havighurst, Robert Y, Human Development and Education, New
York, Amerikan Book Company, 1956.
|
DAFTAR ISI
BAB
I PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN
FAEDAH MEMPELAJARI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1. Pengertian Psikologi Perkembangan.............................................. 1
BAB II SEJARAH
DAN METODE PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
1. Sejarah Psikologi Perkembangan................................................... 4
2. Metode Psikologi Perkembangan.................................................. 6
BAB III MASALAH,
TEORI DAN HUKUM PERKEMBANGAN
1. Masalah Perkembangan................................................................. 8
2. Teori Perkembangan...................................................................... 8
3. Hukum Perkembangan.................................................................. 10
BAB IV HAKIKAT,
FAKTOR DAN TUGAS PERKEMBANGAN
1. Hakikat Psikologi Perkembangan.................................................. 12
2. Faktor Psikologi Perkembangan.................................................... 12
3. Tugas Perkembangan..................................................................... 13
BAB V PERIODESASI
PERKEMBANGAN
1. Periodesasi yang berdasarkan biologis.......................................... 15
2. Periodesasi yang berdasarkan didaktis.......................................... 15
3. Periodesasi yang berdasarkan psikologis....................................... 16
BAB VI MASA
INTRA UTERIN DAN MASA BAYI
1. Masa Intra Uterin.......................................................................... 17
2. Sikap Ibu Terhadap Kehamilan..................................................... 17
3. Pengaruh Perkembangan Pranatal................................................. 18
4. Proses Kelahiran ........................................................................... 18
5. Tangis Pertama Bayi...................................................................... 19
6. Aktivitas Masa Bayi...................................................................... 19
|
BAB VII MASA ANAK
– ANAK
1. Perkembangan Tanggapan............................................................. 21
2. Perkembangan Pikiran................................................................... 22
3. Perkembangan Daya Ingat............................................................ 22
4. Perkembangan
Bahasa................................................................... 23
5. Perkembangan Perasaan................................................................ 23
6. Perkembangan Fantasi................................................................... 25
7. Perkembangan Sosial Anak........................................................... 25
8. Perkembangan Moral..................................................................... 25
9. Masalah Permainan........................................................................ 26
10.
Perkembangan Keberagamaan Anak............................................ 27
BAB VIII MASA ANAK
SEKOLAH
1. Pengantar....................................................................................... 28
2. Memasuki Masyarakat di Luar Keluarga....................................... 29
3. Macam – Macam Fase Pengamatan............................................... 30
4. Perkembangan Fantasi................................................................... 31
5. Perkembangan Pikiran................................................................... 32
6. Kehidupan Perasaan...................................................................... 32
BAB IX MASA
REMAJA
1. Masa Pra Pubertas......................................................................... 34
2. Masa Pubertas................................................................................ 35
BAB X MASA
ADOLESEN
1. Harapan Terhadap Remaja............................................................ 36
2. Peranan Orang Tua........................................................................ 37
LAMPIRAN – LAMPIRAN
|
Gambar : Buku
Yang Di Resume
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yg baik,,adalah dia yg memberikan kritik dan saran yg sifatnx membangun guna kesempurnaan bloger,,,Thanks...