BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang.
Pada jaman sekarang merupakan jaman
globalisasi, yang sang memepengaruhi semua aspek kehidupan di masyarakat.
Begitu pula dengan perkembangan IPTEK yang semakin canggih dan maju, akan
membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan kita semua. Apabila seseorang
itu di perbudak oleh IPTEK, maka akan mendampatkan dampak negatif dari IPTEK
itu sendiri.
Dengan
perkembangan IPTEK mempengaruhi budaya yang ada di Indonesia, karena para remaja sekarang lebih bangga dan
dan lebih percaya diri dengan memgunakan budaya barat. Misalnya cara berpakian,
atau yang lainnya. Tentu saja budaya barat sangat berbeda dengan norma-norma
dan susila yang ada di Indonesia.Dan masih banyak lagi budaya barat yang ditiru
oleh orang-orang yang ada di Indonesia.Misalnya minum alkohol.
Dan dampak lainnya yaitu pergaulan
bebas yang sudah tidak terbatas lagi.
Yang sering berakibat fatal, karena emosi sudah tidak bisa di kontrol dan
merasa diri paling kuat dan berani maka akan sering terjadi tauran, kehamilan
diluar nikah, dan yang lainnya. Dan apa bila seseorang diperbudak oleh
teknologi yang semakin canggih, maka seseorang itu akan tidak ada waktu untuk
melaksanakan kegiatan yang lain dan hanya sibuk main PS atau sibuk FB. Jadi kita
harus bisa menghemat waktu seefisien mungkin. Dan kalau kita tidak bisa
bersifat hemat maka uang pun akan terhamburan tidak karuan.
Dengan kemerosotan moral yang seperti
sekarang ini, banyak penyebabnya, diantarnya kurang di berikan pemahaman tentang
ajaran Susila, atau Budi pekerti di sekolah-sekolah.Jadi sangat perlulah
mempelajari dan menerapakan ajaran Susila.Yaitu dengan meempelajari Karya Kesusilaan Aklak yang Terpuji.
Yaitu sifat hemat, apabila seseorang mampu bersifat hemat maka akan bisa
mengatur waktu dan uang seefiesn mungkin. Sifat berani yaitu berani
berlandaskan Dharma yang mulia. Sifat kuat, yaitu bijaksana dalam menjalani
kehidupan ini, sifat malu, sifat yang harus di jadikan pedoman, malu untuk
melanggar dari norma dan agama. Memelihara kesucian diri dan menempati janji.
Apa bila semua itu dapat di laksanakan
maka akan dapat menjalankan kewajiban sesuai dengan Swadharma dan dapat
menjalankan norma-norma ke Susilaan dan Agama. Karena banyak dampak positif
yang didapat dari melaksanakan ajaran Susila. Jadi sangat perlu untuk
mempelajari dan menerapkan Karya
Kesusilaan Aklak yang Terpuji.
1.2
Rumusan
Masalah.
1.2.1 Bagaimana yang disebut dengan sifat hemat
?
1.2.2 Bagaimana yang disebut dengan sifatberani
?
1.2.3
Bagaimana yang disebut dengan sifatkuat
?
1.2.4 Bagaimana yang disebut dengan sifatmalu ?
1.2.5 Bagaimana cara memelihara kesucian diri ?
1.2.6 Bagaimana cara menepati janji ?
1.3
Tujuan
Penulisan.
1.31 Ingin mengetahui tentang sifat hemat.
1.3.2 Ingin mengetahui tentang sifat berani.
1.3.3 Ingin
mengetahui tentang sifatkuat .
1.3.4 Ingin
mengetahui tentang sifat malu.
1.3.5 Ingin
mengetahui tentang cara memelihara kesucian diri.
1.3.6 Ingin
mengetahui tentang cara menepati janji.
BAB
II
PEMBAHASAN
Akhlak yang baik ialah tingkah laku
yang terpuji, yang baik yang sesuai dengan swadharma masing-masing. Dan tidak
melanggar ajaran Agama dan norma-norma yang ada di masyarakat.Akhlak yang
terpuji meliputi banyak sifat diantaranya : sifat hemat, sifat berani, sifat
kuat, sifat malu, menjaga kesucian diri dan menepati janji.
2.1 Sifat
Hemat.
Salah satu faktor yang menyebabkan
manusia banyak menderita kerugian adalah pemborosan, yang meliputi pemborosan
harta benda, pemborosan tenaga dan pemborosan waktu. Namun beruntunglah orang yang
memiliki sifat dan sikap hemat dalam segala-galanya, yang segala langkahnya
diukur berdasarkan garis-garis ketentuan.Yang dimaksud dengan hemat ialah
menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu dan tenaga
menurut ukuran keperluan mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak
berlebihan (Salam, 2000 : 179).
Dan Hemat adalah suatu sikap yang
menghargai waktu, dana (uang) dan pikiran sesuai dengan kebutuhan. Serta tidak
menggunakan sesuatu yang berlebihan sehingga tidak ada yang terbuang
percuma.Dan memepertimbangkan manfaat dari sesuatu itu dengan baik-baik sehingga
dapat digunakan secara efektif dan efesien.Semboyan
orang Barat Time is money (waktu adalah
uang).
2.1.1
Penghematan Harta Benda
Pengambilan
jalan tengah ini sangat di muliakan karena mampu mengambil sikap jalan tengah
diantara hidup boros dan hidup kikir. Membelanjakan harta benda dengan
sebaik-baiknya dengan cara yang wajar dan pantas, menyesuaikan income dengan pengeluaran merupakan
suatu perwujudan hidup hemat.
Didalam
usaha kita untuk dapat hidup hemat maka ada beberapa faktor teknis yang harus
mendapatkan perhatian yakni:
1. Didalam
kita membelanjakan harta kita hendaknya kita mendahulukan kebutuhan primer dari
pada kebutuhan sekunder.
2. Jangan
membelanjakan harta benda kita untuk sesuatu yang tidak berguna apalagi sampai
merugikan diri kita, misalnya membeli minuman keras, berjudi.
3. Tidak
boleh memelihara sesuatu yang hanya dapat membahagiakan diri sendiri dan
merugikan orang lain. Semisal kita menimbun beras sebanyak-banyak dengan tujuan
penimbunan untuk memperoleh keuntungan yang besar jika dijual dalam musim
paceklik.
4. Perlu
perhitungan yang teliti antara pemasukan dan pengeluaran keuangan. Janganlah
pasak lebih besar dari pada tiang.
Bahaya Utang, yaitu utang merupakan sesuatu yang harus kita bayar
karena kita meminjam sesuatu pada orang lain baik berupa jasa atau pun materi
yang biasanya disertai dengan adanya perjanjian antara kedua belah pihak yakni
pemberi pinjaman dan penerima pinjaman. Dan ada beberapa akibat buruk yang
dapat ditimbulkan oleh utang diantaranya:
1. Menggoncangkan
pikiran, mengganggu ketenangan dan ketentraman jiwa.
2.Merugikan keluarga karena dikecohkan oleh
tagihan-tagihan utang.
3. Bila
mencapai puncaknya, uatang yanag besar dapat mendoroang seseorang untuk berbuat
jahat, misalnya mencuri, korupsi, dan menipu.
4. Utang
dapat merusak pekerjaan orang lain. Misalnya sesuatu perusahaan mengalami
kebangkrutan akibat piutang yang tidak terbayar oleh yang meminjam.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan seorang
berutang ialah:
1) Keadaan
memaksa, karena kesulitan hidup. Hal yang secaman ini dapat dimaklumi. Misalnya
karena sakit yang memerlukan pembelian obat.
2) Kecendrungan untuk menikmati kemewahan. Karena
melihat orang-orang mewah, maka tergiurlah hatinya untuk menirunya.
3) Akibat perjudian atau kalh judi, maka
seseorang berusaha menebus kekalahan dengan jaln meminjam uang untuk
meneruskanperjudian.
2.1.2 Penghematan Tenaga
Dalam diri manusia terdapat tenaga yang betapun kuatnya
pasti akan terbatas
adanya. Oleh karena itu hendaknya tenaga itu dimanfaatkan secara wajar menurut kodrat kesanggupan dan
jangan diberikan beban yang berlebihan. Dan sebaliknya tenaga yang
ada jangan dibiarkan menganggur. Dan
penghematan tenaga merupakan memanfaatkan persediaan energy yang ada secara
wajar, tidak disimpan menjadi kaku dan beku tetapi juga tidak diekploitasi
secara berlebihan. Yang paling baik ialah
memelihara kelanggengan pekerjaan melalui penghematan tenaga.
2.1.3 Penghematan Waktu.
Memanfaatkan waktu yang tersedia dengan perbuatan-perbuatan
yang baik dan produktif, efesien dan efektif itulah yang dimaksud dengan
penghematan waktu.Tidak dibiarkan waktu itu lolos begitu saja tanpa pengisian
acara-acara yang bermanfaat. Dan ada beberapa factor yang perlu diperhatikan
dalam memanfaatkan waktu seproduktif mungkin diantarnya :
1 Setiap
orang hendaknya memilki tunjuan dan arah yang jelas. Tanpa tujuan yang jelas,
maka waktu akan berlalu tanpa kesan dan makna. Sedang orang yang mempunyai
tujuan dan sasaran hidup tertentu, akan berusaha berjuang dan mengejar tuuannya
dengan memanfaatkan waktunya yang terbatas.
2 Hendaknya
setiap orang mempunyai rencana kerja yang teratur dalam mencapai usaha itu, di
mana dijelskan acara masing-masing waktu yang tersedia. Dengan adanya kejelasan
acara masing-masing waktu, maka dengan mudah mencapai penghematan waktu dan
tenaga.
3 Hendaklah
orang yang telah memepunyai tujuan dan rencan kerja itu setia dalam menempuh
jalan yang telah ditetapkan. Tanpa kesetian kepada tujuan semula dan kesetian
kepada rencana kerja maka hal itu akan menimbulakan kegagalan yang berarti
pemborosan waktu.
4 Janganlah
menunda-nunda pekerjaan yang telah direncanakan. Penundaan berarti kerugia,
karena hilangnya beberapa menit tanpa pengisian pekerjaan yang berguna tidak
dapt dikembalikan lagi, maka hal itu akan mengakibatkan kegagalan yang berarti
pemborosan waktu.
2.2 Sifat Berani.
Sifat
berani bukan semat-mata keberanian berkelahi di medan laga, melaikan suatu
sikap mental dimana seseorang dapat menguaai jiwanya dan berbuat menurut
semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwa dimasa-masa kritis ketika bahaya di ambang pintu, itulah orang
yang berani. (Burhanuddin Salam, 2000 : 184).
2.2.1 Contoh-contoh Keberanian.
Seperti yang telah diuraikan tadi, maka sifat berani
bukan hanya ditunjukkan dalam medan perang, melaikan banyak perbuatan
sehari-hari yang memebutuhkan keberanian yang tidak kurang dari keberanian
tentara dimedan perang, misalnya:
1 Para
pelaut yang mengarungi samudra dan tidak takut menghadapi topan
dan badai lautan.
2 Para
petugas pemando kebakaran yang melaksanakan tugasnya dengan tabah ketika api
sedang mengamuk.
3
Dokter dan juru rawat yang
tenang menghadapi pasien yang gawat.
4
Para pemimpin yang berani
mengambil keputusan penting bila perlu.
5
Para sarjana yang bernai
mengemukakan ide-ide baru hasil daya ciptanya.
2.2.2 Gejala Keberanian.
1 Tetapnya pikiran dan stabilnya perasaat ketika bahaya datang.
2 Tetap melakukan pekerjaanya dengan hati yang teguh dan akal
yang waras.
3 Tidak
gentar dari segal ancaman dan celaan, sebagai konsikuensi dari tinadkannya.
2.2.3 Keberanian
Jasmani dan Peradaban.
1 Keberanian
Jasmani yaitu seperti keberanian para pahlawan di medan tempur.
2 Keberanian
Peradaban (rohani), yaitu suatu keberanian yang titik beratnya pada pikira dan
melahirkan pendapat yang diyakininya benar dan sekalipun menghadapi celaan dan
amarah dari penguasa. Ia tidak takut menaggung malapetaka akibat membela pendiriannya
yang diyakininya benar.
2.2.4 Pengecut.
Sebagai kebalikan dari sifat
berani.Sifat pengecut selalu memebawa pribadi yang ragu-ragu sebelum memulai
sesuatu dan menyerah sebelum berjuang. Dan sifat ini akan memebawa manusia
kepada kerendahan dan kehancuran. Perasaan takut kepada sesuat memang pada
dasarnya pada setiap manusia yang normal.Disinin takut yang wajar yang membuat
seseorang berhati-hati dalam bertindak, agar jangan terjerumus kehal-hal yang
berbahaya.Namuan ada pula takut yang berlebih-lebihan, cemas yang tidak
beralasan ini merupakan penjelmaan dari sifat pengecut.
2.2.5 Hikmah keberanian.
Bahawa keberaian yang dimaksua bukan keberanian yang membabi
buta, melainkan keberanian yang didukung oleh pertimbangan dan pikiran yang
sehat. Dan diantara
dari sifat dan sikap itu adalah sebagai berkut:
1
Keberanian adalah hiasan pribadi yang
mendorong manusia memncapai kemajuan, sebagai mana telah dibuktikan oleh
oran-orang yang berjasa bagi bangsanya, agama dan kemanusiaan.
2
Keberanian menimbulkan ketentraman
sebagaimana halnya sifat pengecut menimbulkan kegelisahan dana keragu-raguan.
3
Kebaranian menghilangkan
kesulitan dan kepahitan. Perasaan sulit sebenarnya berakar pada perasaantakut
(cemas). Maka jika keberanian timbul, hilanglah rasa kesulitan.
Keberanian membuahkan
berbagai reaksi yang produkti atau daya cipta yang berguna.
Dan terdapat
pula penjelasan tentang sifat keberanian dalam Sloka diantaranya:
Klaibyam ma gamah partha
Naitat tvayy upapapdyate
Ksudram hrdaya-daurbalyam
Tyaktvottisths parantapa
(Bhagavad
Gita. II.3)
Artinya
Wahai putra prtha janganlah menyerah pada
kelemahan ini
Itu tidak pantas bagimu
Tinggalkanlah kelemahan hati remeh itu dan
bangunlah
Wahai yang menghukum musuh.
Pada sloka diatas dengan jelas
bahwa, seseorang harus selalu berani tidak takut atau memiliki sifat yang
lemah. Karena menjadi orang yang penakut akan sangat gampang di perbudak dan di
permaikan oleh seseorang. Namun berani di sini keberanian yang sesuai dengan
Dharma, di mana ada pepetah yeng mengatakan berani karena benar dan takut karena salah. Jadi
seseorang itu harus memilki sifat yang bri, berani memebela kebenaran dan
berani persalahkan apa bila benar-benaar bersalah, dan berani mempertanggungkan
segala perbuatan yang di lakukan. Sloka di atas dengan sangat jelas tidak
memberarkan menyerah paada kelemahan, karena orang yang lemah itu mudah terombang-ambing. Ibaratkan dengan
kapal yang diterpa angin ditengah laut yang terombang-ambing oleh arus dan
tidak tahu arah, seperti itulah kalau orang yang lemah.Jadi seseorang harus
memiliki sifat yang berani.Dimedan perang kuru ksetra Arjuna tidak mau
berperang karena yang dia hadapi adalah guru, kakek serta keluarganya dengan
sikap kemurahan hati yang dia miliki. Maka dari itu Krsna kesadaran Tuhan
menasehati Arjuna bahwa harus mampu
meninggalkan kelemahan dan Arjuna di suruh agar bangun dan berperang demi
menegakkan dharma. Begitu pula dengan seseorang harus memiliki sifat
berani.Karena sifat berani itu memiliki banyak dampak bagi diri kita.bukan
semata-mata berani berperang atau tauran namun berani dalam mengutarakan
pendapat dalam diskusi. Dan berani mengakui kekurangan dan kesalahan yang
diperbuat.
Sva-dharma api caveksya
Na wikampitum arhasi
Dharmyad dhi yuddhac chreyo ‘nya
Ksatryasya na vidyate
(Bhagavad
Gita. II.31)
Artinya
Tugas kewajibanmu khusus sebagai
kesatriya,
Engkau tidak perlu ragu-ragu
Bahwa tiada kesibukan lain yang lebih
baik untukmu dari pada bertempur berdasarkan prinsip-prisip dharma
Milik orang ksatrya tiada lain.
Kewajiban
seorang ksatriya ialah melindungi para warga negara terhadap segala jenis
kesulitan.Karena alasan itulah Arjuna harus
menggunakan kekerasan dalam kasus-kasus yang tepat demi keadilan dan
ketertiban. Karena itulah ia harus bertempur. Arjuna di ingitkan oleh krsna
tentang kewajiban dari pada seorang ksatiya itu adalah bertempur namun sesuai
dengan prinsip-prinsip dharma.Jadi seseorang tidak perlu takut dalam menjalakan
kewajiban atau tugas-tugasnya yang sesuai dengan dharma.Seseorang itu
diharapkan agar selalu menjalankan kewajiban dengan penuh keberanian dan rasa
tanggung jawab. Karena apa bila seseorang
tidak berani dalam menjalankan kewajiban-kewajiban yang sedah
ditetapakan olehnya, maka kemasyurannya akan hilang, dan dalam Bhagavad Gita
pula dinanyatakan lebih baik melakukan perkerjaan yang sudah ditetapakan untuk
kita meski salah dari pada melakukan tugas kewajiban orang lain meskipun benar.
Artinya seseorang itu di ajarkan agar berani dalam berbuat dan berani dalam
mempertanggung jawabkan dari hasil perbuatannya.Agar tidak berani buat saja
namun tidak berani mengambil resikonya.Dalam sloka diatas juga dinyatakan bahwa
seseorang itu harus berani namun berani karena menegakkan Dharma.Bukan berani
tidak memiliki dasar, bukan bertempur secara sembarangan namun berani yang sesuai
dengan prinsip-prinsip dari dharma.Dan terdapat pula dalam Slokantaara tentang
sifat keberanian itu.
Kalinganya,
ulaha sang tapa, bhujangga saiwasiddhanta, dharma gawayakna, sila nira rahayu pagehakna, haywa
manabuddhi, jitaka ikang mana, haywamatukar lawan para, yeka rasa ngarnya,
haywa katunan widya wruha ring sarwa sastra kabeh, tan butuhan ing patakwan
ring sarwagama pramana, slokadiwakya, mwang hala-hayu ning rat, haywa mamanasi
sama janma, yan amuwus madhurawacana, tusta dening swadara, swadara ngaranya
rabi prihawak, yeka hetu nira winenangekana rabi paapt, paradarawarji ngaranya
haywa mangangen-angena stri ning para, yeka donya yan mangkana, tan hana bhaya
nira ring loka, kunang sira yang linaran dening para, tan sayogya dosa nira,
kinkinen tan pinakaduhkha ning manah: uttama, angucap ing lara nira ri dalem
hati: madhyama, yan angucap lara nira metu ring sabda : kanisthan, yapwan
amadani halanya: kanisthan ning kanisthan yan mangkana, ling sang hyang aji.
(Slokantara,
sloka 6. 16)
Artinya
Ia yang setia pada kewajibannya, yang
mengatasi kesombongan dan kemarahan, yang bijaksana tetapi rendah hati, tak
pernah menyakiti orang lain, puas dan setia pada istri, hormat pada
wanitalainnya, baginya tidak ada sesutupun yang perlu ditakuti didunia ini.
Pada sloka diatas deijelaskan bahwa
seseorang tidak boleh takut atau lemah, di mana dijelaskan diatas tentang
kewajiban dari seorang pendeta ia harus melaksanakan dharma, ia harus teguh
hati dalam menjalankan kebenaran, tidak boleh sombong, tidak boleh berkelahi
dengan siapa pun. Pada sloka diatas dipaparkan tentang kewajiban yang harus
dijalankan oleh seorang pendeta.Sifat berani atau tidak ada yang perlu ditakuti
artinya, setiap orang hendaknya melaksanaka tugas-tugasya sesuai dengan
swadharma masing-masing dan tidak melanggar aturan-aturan, atau
ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan swadharma itu.Apabila bila itu sudah
terlaksana dengan baik maka tidak ada yang perlu ditakut lagi. Misalnya:
seorang murid apabila sudah mengguanakan pakian yang sesuai dengan pratuaran
yang ada disekolahnya dan mengerjakan tugas-tugas dari gurunya, maka masuk
halaman sekolah itu tidak ada rasa takut. Lain halnya dengan anak yang
melanggar aturan dan tidak membuat tugas, sudah pasti baru memasuki halaman
sekolah sudah mempunyai rasat takut.Keberanian pada sloka diatas maksudnya
berani karena benara bukan sembarang berani yang dilakukan.
2.3 Sifat Kuat.
Sifat
kuat meliputi tiga hal yaitu: kekuatan
fisik atau kekuatan jasmani yang meliputi otot. Kekuatan jiwa atau semangat. Dan yang ketiga yaitu
kekuatan akal pikiran atau kecerdasan.Dan ada yang beranggapan bahwa kekuatan ada
hubungannya denga keturunan. Dari orang tua akan melahirkan keturunan yang kuat
pula dari orang yanglemah akan melqahirkan keturan yang lemah. Sekalipun
demikian faktor lingkungan, pendidikan dan latihan yang diterima turut
menentukan matang tindakanya kekuatan yang diwariskan.
Seseorang yang memiliki otot yang
kuat dan imbangi dengan dengan latihan
dan dan dikembangkan maka otot itu akan bertambah kuat. Dan ada oran gyang
memiliki persediaan semangat yang lemah, tetapi karena ditempa dan digembleng, maka persediaan yang sedikit itu akan menjadi
efektif dan menjadi kuat. Demikian juga kecerdasan dapat dibina dan
dikembangkan melalui pendidikan dan latihan keterampilan.
Kekeuatan itu hendaknya dibina dan
diikhtisarkan supaya berambah dalam diri yang dengannya dapat dipergunakan
meningkatkan amal kebaikan. Tambahan kekuatan itu da[at di proleh dengan usaha
menurut fitrah atau jalan-jalannya yang wajar dan juga mohon kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sikap kuat termasuk kuat
termasuk dalam fadilan atqau dilarang bersikap lwemah karena karean dengan
kekuatan itulah seseorang akan mamapu bekerja dan lebih produktif dan begitu
sebaliknya.
Manusia-manusi mulia, utama dan
besahaja yang dipandang sebagai orang-orang besar dalam dunia ini adalah
manusia kuat yang secara efektif yang telah mengarahkan dan mengerahkan
kekuatan-kekuatan yang terpendam dalam diri pribadinya.Sebaliknya
manusia-manusia lemah diri adalah orang-orang mundur yang tidak dapat berbuat
sesuatu, malahan mereka dapat menjadi tertindas dan terjajah di muka bumi ini.(Burhanuddin
Salam.1997:189-190).
Karena
itu lah ketiga jenis kekuatan yang dianugrahi Tuhan yakni: jasmani, rohani
(semangat) dan pikiran. Hendaklah dibina dan dengan sebaik-baiknya, karena itu
merupakan alat yang ampuh untuk membuat lebih banyak dalam kebajikan.Karean itu
memebuat manusia mundur dan tidak produktif.Dan terdapat pula dalam slokantara
tentan sifat kuat.
Kalingaya,
sang sadhu-jana sira sang wwang uttama-janma, yadyapi sira nirdhana, kasyasiha
tuwi, agaweha ta sira salah karya, salah hidep, taha tan mangkana sang wwang
uttama-janma, iwa padaniara nihan, kaddyangga ning sardula, sardula ngaranya
macan, tugel jarijinya, pisaninggu ikang mamangana dukut, nora juga mangkana
prawrttinya, apan enget inh=g pinanganya kaja umanya, mangkan ling ing aji.
(Slokantar,
sloka 8. 31)
Artinya
Orang saleh walaup ia amat miskin ia
tidak akan melakukan pekerjaan haram.
Seekor harimau, walau dipototng kakainya
sampai remuk, ia tidak akan mau memakan rumput.
Begitulah kekutan mental atau budi
yang dimiliki seseorang, merupakan suatu sifat kuat yang harus deimiliki, kuat
dengan pendirian meski miskin sekalipun namun tidak akan mau melakuan pekerjaan
yang hinal atau melanggar kitab suci. Dan meski dalam keadan yang sangat susah
sekali pun namun ia tidak pernah menyerah dan putus asa, sifat kuat yang
seperti itu lah yang harus kita miliki yang dapat kita jadikan pedoman dlam
hidup.Sifat yang dimiliki yaitu kekuatan atau ketekunan dalam menjalankan
dharma.Dan yang kedua hariamu tetap kekuat pada pendirian tidak akan pernah mau
memakan rumput, karena harimau tau bahwa rumput itu bukan makannya. Sifat kuat
yang tidak mudah menyerah dan putus asa karen demi menegakkan dharama yang
perlu kita tiru.
2.4 Sifar Malu.
Yang
di maksud dengan sifat malu disini yaitu malu kepada Tuhan dan diri sendiri
dikala melanggar praturan-praturan, norma kesusilaan dan ajaran Agama. Perasaan ini dapt menjadi bimbingan kepada
jalan keselamatan dan mencegah dari perbuatan nista. (Burhanuddin Salam.1997:
190).
Rasa malu dapat juga kita artikan
sebagi sesuatu kemampuan didalam jiwa setiap insan yang berfungsi sebagai
penghalang bagi seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela, dan
perbuatan yang dapat merendahkan nilai-nilai kemanusiaan sendiri karena menolak
Agama, Sosila, dan Kesusilaan.
Sifat malu merupakan prasaan yang segan
menolak atau ingin menampakkan
dihadapan orang lain untuk berprilaku yang tidak sesuai dengan norma dan etika.
Dan dengan dasar prasaan atau sifat malu seseorang akan berbuat tidak sombong,
angkuh, dan malu untuk melanggar aturan-aturan atau norma-norama yang ada. Jadi
prasaan malu itu bagus pula dijadikan pedoman agar tidak menjadi oraang yang
angkuh, karena setiap perbuatannya yang melanggar turan-aturan itu ia akan merasa malu
pada dirinya sendiri. dan setiap melakukan kesalahan pasti rasa malu itu
tumbuh, dan memiliki prinsip tidak akan mengulangi perbuatannya yang sudah
membuat dirinya malu pada keluarga ataupun pada seseorang apa bila ia telah
melakukan kesalahan. Dan apabila seseorang yang memiliki rasa malu bukan
setelah melakukan kesalahan saja, namun malu untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggara atauran-aturan dan norma-norma yang ada.
2.5 Menjaga Kesucian Diri.
Menjaga
kesucian diri dari segala keburukan dan memelihara kehormatan hendaklah
dilakukan pada setiap waktu.Dengan penjagaan diri secara kuat, maka dapatlah
dipertahankan untuk selalu berada pada status kesucian.Hal ini dilakukan mulai
dari memelihara hati untuk tidak membuat rencana dan anggan-anggan yang buruk.
(Burhanuddin Salam.1997: 191).
Berdasarkan keyakinan bahwa Tuhan akan
memcatat segala gerak tingkah laku (karma) kita, di Hindu percaya dengan adanya
Karma Phala. Maka seseorang akan selalu waspada agar tidak terjerumus
kiehal-hal yang negatife. Dan usaha menyucikan diri adalah salah satu upaya
menjadikan seseorang memilki kualitas spiritual pada dirinya.Kesucian tidak
hanya ditunjukkan pada badan jasmani, tetapi juga pada rohani.Yang termasuk
pikiran.Karena pikiran merupakan raja dari indriya yang senan tiasa harus kita
kendalikan.Dan terdapat pula dalam Saracamuscaya.
Nihan
tang kayatnakena, ikang tapa raksana, makasadhana kapademaning krodha ika,
kuneng hyang cri, pademning irsya pangraksa ri sira, kuneng sang hyang aji,
pademning ahangkara mwang awamana pangraksa ri sira, yapwan karaksanyawakta, si
tanpramada sadhana irika.
(Sarasamuccaya
IV.103).
Artinya
Inilah yang harus diperhatikan
baik-baik, tapa atau penyucian diri atau jiwa itu hendaknya dipegang teguh,
diselamatkan dengan menghilangkan nafsu murka, kebahagiaan tinggi adalah
lenyapnya kedengkian penyelamatnya, maka sastra suci, binasanya angkara murka
serta lenyapnya kecongkahaan merupakan penyelamatnya; yang menjaga diri anda,
adalah sikap tidak lalai atau waspada, yang merupakan upaya untuk itu.
Dalam sloka diatas bahwa dalam menjaga
kesucian diri itu tidak hanya menjaga kesucian dari fisik luar saja namun,
menjaga kesucian diri itu dari luar dan dari dalam. Dan harus selalu waspada
dalam menjaga kesucian diri itu. Selalu berusaha mengontol pikiran, karena
semuanya berawal dari pikiran, apabila bisa mengendalikan pikiran dan bisa
mengontrol indria-inndria yang ada, maka
hawanafsu itu dapat di kendalikan. Berusaha berkata yang tidak dengki
dan berbuat yang tidak congkah, serta melaksanakan ajaran suci dari kitab-kitab
suci.
2.6 Menepati Janji.
Menempati segala apa yang telah dijanjikan
atau kita ucapakan, dan janji itu dapat pula diartikan sebagai sumpah, janji
itu jug adapat di katakana sebagai hutang. Jadai menepati janji itu dapat
diartikan yaitu menepati atau setya kepada segala apa yang telah ucapkan atau yang berupa sumpah, tidak satya kepada sumpah
yang sudah diucapkan
namun menepati janji atau satya pada apa yang masih berupa angan atau pikiran.
Menepati janji dapat pula dikaitkan dengan Panca Satya, yaitu:
1)
Satya herdaya, yaitu
setia pada diri sendiri
2)
Satya wacana, yaitu
setia atau selalu menepati kata-kata
3)
Satya laksana, yaitu
setia pada perbuatan.
4)
Satya wacana, yaitu
setia atau selalu menepati kata-kata
5)
Satya Semaya, yaitu
setia atau selalu menepati janji
6)
Satya mitra, yaitu setia pada teman
Dan tentang menepati janji atau Satya terdapat juga dalam slokantara,
yaitu:
Kalingnya,
hana pweka wwang magawe sumur satus, alah ika dening magawe telaga tunggal,
lewih ikang wwang magawe telaga, hana pweka wwang magawe telaga satus, alah ika
phalanya dening wwang gumawayaken yajna pisan, atyanta lewih ing gumayaken
yajna, kunang ikang wwang mayajna ping satus, alah ika phalanya, de nikang
wwqang manak-anak tunggal, yan anak wisesa kalinganya ikang manak-anak ta lewih
phalanya, muwah ikang wwang maweka satus, alah dening kasatyan, sangksepanya,
lewih tan-satya ring brata, mwang ring wacana, mangkana ulah nira.
(Slokantara.
2.6)
Artinya
Membuat sebuah telaga untuk umum itu
lebih baik dari pada menggali seratus sumur.Melakukan yajna (korban suci) itu
lebih tinggi mutunya dari pada memebuat seratus telaga.Memepunyai seorang putra
itu lebih berguna dari pada melakukan seratus yajna.Dan menjadai manusia setia
itu jauh lebih tinggi mutu dan gunanya dari pada mempunyai seratus putra.
Pada sloka diatas menjelaskan
tentang betapa tingginya nilai dari kesetiaan itu.Jadi seseorang itu harus
selalu berbuat setia.Setia kepada pikiran, setia kepada perkataan, setia kepada
perbuatan, setia kepada Janji dan setia kepada teman. Amatlah teerpuji
menjadi orang yang setia dan orang yang setia itu orang yang memiliki sifat
jujur yang tinggi. Karena
dia tidak pernah berbohong atau memngikari suatu sumpah atau janji dari
meperkataannya sendiri.jadi sifat yang selalu menempati janji itu haruslah
senantiasa dapat seseorang jadikan pedoman dalaah hidupnya, karena apa yang
telah dijanjikan mulai dari pikiran sampai di ucapkan itu merupakan hutang yang
hendaknya harus senantiasa ditepati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan.
Dari materi diatas dapat kami
simpulkan, bahwa Karya Kesusilaan (akhlak yang terpuji dan tercela), yaitu
menyangkut hal-hal diantarnya: sifat hemat yaitu hemta dalam mengatur waktu dan
keungan dan dapat mengguankan sesuatu dengan efesien. Sifat berani yaitu mamapu
menguasai jiwa dengan semestinya, yaitu sesuai dengan swadharma masing-masing
dan berani karena benar. Sifat kuat yang
meliputi , kuat fisik, kuat jiwa dan kuat akal. Bersifat Malu yaitu malu pada
Tuhan dan diri sendiri dikala melanggar aturan.Menjaga kesucian diri yaitu
menjaga kehormatan dan martabat setiap waktu dan tidak melakukan hal-hal yang
tercela.Menepati janji yaitu berusaha jujur pada diri sendiri dengan
menjalannkan Panca Satya.
3.2 Saran
Kritik
dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah yang
kami buat ini.Semoga maklah yang kami buat ini ada manfaatnya bagi para
pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Salam, Burhanuddin. 1997. Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kandjeng , I Njoman, dkk. 1996. Sarasamuccaya. Denpasar.
Sudharta, Tjok. 2003. Slokantara Untaian Ajaran Etika Teks
Terjemahan dan Ulasan. Surabaya: Paramita.
Bhaktivedanta, Sri Srimad A.C. 2006.Bhagavad Gita Menurut Aslinya. Jakarta:Hanuman
Sakti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yg baik,,adalah dia yg memberikan kritik dan saran yg sifatnx membangun guna kesempurnaan bloger,,,Thanks...