BAB I
PENGERTIAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Psikologi Kepribadian dapat dibagi
menjadi dua hal yaitu Psikologi dan Kepribadian. Dsini Psikologi berasal dari
bahasa inggris pshycology dan
bersumber dari bahasa yunani.Dari akar kata psyche
yaitu jiwa, logos berarti ilmu. Jadi
psikologi yaitu ilmu jiwa. Sedangkan Kepribadian yang berasal dari bahasa
Inggris yaitu Personality yang
berarti kedok atau topeng. Kedok atau topeng yang dimaksudkan ialah untuk
menggambarkan perilaku atau watak seseorang.Jadi disini dapat disimpulkan bahwa
Psikologi Kepribadian merupakan Ilmu yang mempelajari tentang kejiwaaan untuk
menggambarkan suatu perilaku atau watak seseorang.
KEDUDUKAN PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
DALAM KESELURUHAN SISTEMATIKA PSIKOLOGI, BESERTA TUGASNYA YANG KHUSUS
Secara garis
besar, pada umumnya Psikologi dibedakan atas
Psikologi Umum dan Psikologi Khusus. Psikologi Khusus dibedakan lagi menjadi
Psikologi Murni dan Psikologi Terpakai. Psikologi
Murni dibedakan atas yang lama dan baru. Yang lama misalnya Psikolgoi Asosiasi,
psikologi kemampuan.Sedangkan psikologi
yang baru misalnya
Psikologi analitas, Psikologi Totalitas. Psikologi Terpakai
misalnya : Psikologi Perkembangan, Psikologi Pengobatan, Psikologi Perusahaan,
Psikologi Abnormal, Psikologi Pendidikan, Psikologi Kepribadian dan sebagainya.
Sesuai dengan kedudukannya maka Psikologi Kepribadian itu dapat dirumuskan
kedalam Psikologi yang khusus membahas kepribadian yang utuh. Yang artinya yang
dipelajari itu adalah seluruh pribadinya, bukan hanya pikirannya, perasaannya
melainkan secara keseluruhannya, sebagai paduan antara kehidupan jasmani dan
rohani.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRIBADI MANUSIA
A. Faktor dari dalam atau faktor pembawaan
Faktor
dari dalam diri seseorang atau bisa disebut dengan faktor pembawaan yang
merupakan faktor yang telah dibawa oleh seseorang dari sejak lahir baik yang
bersifat kejiwaan maupun yang bersifat ketubuhan. Yang bersifat kejiwaan yang berwujud pikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan dan
lain sebagaianya yang dibawa dari sejak lahir serta ikut menentukan pribadi
seseorang. Keadaan jasmanipun demikian pula baik dilihat dari panjang pendeknya
leher, besar kecilnya tengkorak, susunan urat syaraf, otot-otot, susunan dan
keadaan tulang-tulang juga mempengaruhi pribadi manusia.
B. Faktor dari luar atau
lingkungan.
Yang
termasuk faktor dari luar atau lingkungan ialah segala sesuatu yang berada
diluar manusia. Baik yang hidup maupun yang mati. Baik tumbuh-tumbuhan, hewan,
manusia, maupun batu-batu, gunung-gunung, candi, lukisan, gambar, angin, musim,
keadaan udara, curah hujan, jenis makanan pokok, pekerjaan orangtua. Semuanya
itu ikut serta membentuk pribadi seseorang yang berada didalam lingkungan itu.
Dengan demikian
maka si pribadi itu dengan lingkungannya menjadi saling berpengaruh. Si pribadi
terpengaruh dengan lingkungan dan lingkungan dirubah oleh si pribadi.
MANFAAT PENGETAHUAN TENTANG
PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Tentu
saja yang paling dapat merasakan betapa manfaat mengetahui pribadi seseorang,
pertama-tama dan terutama adalah orang atau pribadi itu sendiri. Caranya yaitu
dengan berintrospeksi.
Yaitu dengan cara melihat kepada diri sendiri. Dengan demikian ia akan dapat
selau mengoreksi kekeliruan-kekeliruan
yang telah diperbuatnya, sehingga ia sendiri segera dapat merubah sebelum orang
lain merubahnya. Orang kedua yang seyogyanya mengenal pribadi seseorang adalah
para pendidik. Baik itu orang tua, guru-guru atau para pemimpin masyarakat.
Dengan mengenal diri seseorang, maka ia dapat bertindak dengan tepat, Misalnya
bagaimana dia harus berbicara, bagaimana ia harus bersikap, bagaimana cara yang
disenangi, dan sebagainya.
Manfaat
psikologi kepribadian bagi guru dan calon guru yaitu :
1. Agar guru dapat mengenal sifat
anak-anaknya masing-masing, sehingga pelayanannya dapat mudah diterima oleh
sianak.
2. Guru mendapat kesempatan
seluas-luasnya, untuk memberikan pembinaan lebih jauh dan mendalam terhadap
bakat, hobi, dan kegemaran
anak-anaknya, yang nantinya demi kehidupan anak dikemudian hari.
3. Dengan mengenal sifat anak itu, seorang guru akan dapat
mencegah kemungkinan timbulnya frustasi bagi anak dan itu berarti suatu sukses
besar didalam proses belajar mengajar.
4. Dengan mengetahui keadaan pribadi si anak, guru akan dapat
dengan tepat memperlakukannya, menolongnya dan sebagainya sehingga dengan
demikian, maka dapat diharapkan si anak segera dapat disertai tanggungjawab
sendiri, yang berarti dapat dalam waktu singkat mencapai kedewasaannya.
5. Dengan mengenal anak-anaknya itu, guru akan terhindar
dari kemungkinan timbul konflik dengan anak-anaknya sendiri, yang berarti bahwa
guru telah kehilangan wibawa dimata murid-muridnya.
HAMBATAN-HAMBATAN
Hambatan yang dimaksud yaitu hambatan yang
bersumber dari pengetahuan tentang Kepribadian itu sendiri. Yang pertama yaitu
Psikologi Kepribadian itu belum mampu memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya
tentang gambaran pribadi seseorang, Sebenarnya yang paling mengerti tentang
pribadi seseorang adalah orang itu sendiri. Salah satu alat untuk menembus itu
adalah wawancara. Hambatan yang kedua yaitu tidak cukupnya perbendaharaan bahasa
untuk menyampaikan apa yang sebenarnya berada didalam pribadi kita itu.
Kemudian Hambatan yang ketiga ialah dengan observasi, yang ditangkap hanyalah
perbuatan-perbuatan atau tingkah laku, yang dianggap sebagai pernyataan
kehidupan jiwa.
Dengan adanya bermacam hambatan itulah maka
psikologi kepribadian hanya memberikan pengetahuan yang bersifat tipologi yaitu
penggolongan atau sifat-sifat yang dianggap bersamaan, atau ciri-ciri yang
hampir serupa, oleh karenanya dikelompokan kedalam satu golongan atau dicobakan
untuk melukiskan keadaan seseorang.
PENDIDIKAN
KELUARGA SEBAGAI PELETAK DASAR PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK.
Keluarga merupakan orang yang menghadirkan
anak ini kedunia secara kodrat yang bertugas sebagai mendidik anak itu. Dari
kecil anak hidup, tumbuh dan berkembang didalam keluarga itu. Orang tua dengan
tidak direncanakan dalam menanam kebiasaan-kebiasaan yang diwarisi oleh nenek
moyang dan pengaruh-pengaruh lain yang diterimanya dari masyarakat. Si anak
telah menerima dengan daya penirunya, dengan segala senang hati, sekalipun dia
tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai dengan pendidikan
itu. Dengan
demikian sianak akan membawa kemanapun juga pengaruh keluarga itu, sekalipun ia
sudah mulai berfikir lebih jauh lagi. Pengaruh itu tidak dapat hilang begitu
saja, sekalipun pada waktu besarnya sianak telah meninggalkan lingkungan itu
dan hidup di lingkungan
yang lain.
Dalam hal ini, tentu saja peranan ayah dan ibu
sangat menentukan.
Justru mereka berdualah
yang memegang tanggung jawab seluruh keluarga. Merekalah yang menentukan kemana
keluarga itu akan dibawa, warna apa yang harus diberikan kepada keluarga itu,
isi apa yang akan diberikan ke dalam
keluarga tersebut. Anak-anak, sebelum dapat bertanggung jawab sendiri, masih
sangat menggantungkan diri, masih meminta isi, bekal, cara bertindak terhadap
sesuatu, cara berfikir, dan sebagainya dari orang tuanya. Kebanyakan mereka
meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Maka dari itu betapa
mutlaknya kedua orang tua itu harus bertindak seia-sekata, setujuan seirama dan
bersama-sama terhadap anaknya. Perbedaan yang sedikit saja akan menyebabkan
anak itu selalu ragu-ragu, yang manakah mesti dianutnya dari kedua orangtua
itu. Tetapi oleh karena si ayah yang menjadi penanggung jawab keluarga, jadi
yang paling dekat dengan anak-anaknya adalah si ibu. Dimana si ibu ini yang telah mengandungnya,
memberi ASI, mengasuh.
Inilah sebabnya mengapa dikatakan Sorga anak berada ditelapak kaki ibu yang
artinya sebagian dari perilaku si anak adalah ditentukan oleh contoh dan
perilaku si ibu.
Jadi dengan demikian dapat disadari betapa
pentingnya peranan keluarga sebagai peletak dasar pembentukan kepribadian anak
tersebut. Sedangkan lembaga-lembaga pendidikan yang lain, tinggalah memberikan
isinya saja
untuk selanjutnya akan ditentukan sendiri bentuk dan warnanya oleh anak itu
sendiri, sesuai dengan perkembangannya, kekuatan dan kreasi si anak itu dalam
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lanjut.
FUNGSI
BATIN TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Batin atau hati nurani manusia di dalam kehidupannya
sebenarnya adalah berfungsi sebagai hakim yang adil, apabila di dalam kehidupan manusia
itu mengalami konflik, pertentangan atau keragu-raguan di dalam akan bertindak
tentang sesuatu. Batin bertindak sebagai suatu pengontrol yang kritis, sehingga
mannusia sebenarnya sering diperingatkan untuk selalu bertindak menurut
batas-batas tertentu, yang tidak boleh dilarangnya. Juga batin inilah yang memungkinkan dapat
atau tidaknya rasa tanggung jawab pada pribadi
seseorang itu bertumbuh. Dengan batin inilah yang mendorong manusia untuk
segera minta maaf apabila bertindak tidak benar, sambil menjanjikan kepada
dirinya sendiri untuk tidak akan berbuat semacam itu lagi kepada siapapun,
sekalipun hanya disaksikan hanya dia sendiri, dan akan menyebabkan timbulnya
suatu keberanian. Jika terlalu sering melakukan perbuatan bertentangan dengan
suara batin, didalam kehidupan yang sadar, hanya akan menyebabkan pecahnya
pribadi seseorang, sehingga didalamnya akan selalu dirasakan konflik-konflik
jiwa yang berkesusahan. Untuk dapat menghilangkannya hanya dengan menguatkan
fungsi batin itu sebagai alat pengontrol
yang harus dipatuhi.
Disamping itu batin juga berfungsi sebagai
alat pembimbing untuk membawa pribadi dari keadaan yang biasa kearah pribadi
yang akan mudah sekali dikenal masyarakat. Misalnya pribadi yang bertanggung
jawab, berdisiplin, konsekuen,adil
dan lainnya.
BAB II
RIWAYAT
SINGKAT SEBELUM PSIKOLOGI KEPRIBADIAN
Sejak
beratus-ratus tahun sebelum
Masehi orang mencoba-coba memberikan ciri-ciri khusus kepada segala sesuatu
baik berwujud benda, pemandangan, musim, lukisan dan sebagainya, dengan cara
mencari sesuatunya yang menyebabkan segala sesuatu itu mempunyai daya tarik
yang kuat. Demikian
juga didalam kehidupan manusia. Seseorang berusaha mencari ciri-ciri khusus,
yang terdapat pada manusia yang lain. Empedocles berpendapat bahwa segala yang
ada didunia ini terdiri atas empat unsur yaitu tanah, air, api, dan udara, mencoba
membedakan ciri-ciri khusus bagaimana bila seseorang terlalu banyak salah satu
unsur tersebut. Bila didalam tubuh seseorang terlalu banyak unsur tanah,
misalnya maka orang itu akan memiliki sifat dingin, acuh tak acuh, tidak mudah
terpengaruh. Sedangkan bila kebanyakan unsur api , maka orang itu akan
kelihatan lincah, mudah bergerak dan lain-lain.
Ada juga yang
mencoba menghubungkan tata bintang dalam hubungannya dengan musim, bernama
astronomi, dalam hubungannya dengan watak orang yang dilahirkan pada musim itu.
Selain tata bintang ilmu tulisan juga dikenalkan kepada orang-orang lain, bahwa
ada hubungan antara tulisan tangan dengan watak penulisnya. Kemudian Bentuk
tengkorak, dipandang pula ada hubungannya dengan otak yang ada didalamnya. Tengkorak
yang besar tentu berisi otak yang banyak, otak yang banyak tentu berat. Otak
yang berat, tentu dapat menyelesaikan hal-hal yang berat juga. Orang yang dapat
menyelesaikan hal-hal yang berat adalah orang yang pandai, begitu pula
sebaliknya.
Ilmu wajah juga
menerangkan bahwa wajah yang bulat menandakan orangnya sabar, lembut dan tenang.
Sedangkan bentuk wajah tak
bulat panjang orangnya tentu lincah, banyak cakap, periang dan lainnya.
Kemudian Ilmu gurat tangan mengajarkan bahwa gurat tangan setiap orang ada hubungannya
dengan nasib seseorang. Demikianlah
pengetahuan-pengetahuan yang mendahului Psikologi Kepribadian, sekalipun belum
disertai dengan penelitian lebih dahulu namun sudah dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari didalam masyarakat.
HUBUNGAN ANTARA KARAKTER DAN BAKAT
Bakat
seseorang itu dipengaruhi konstitusi karakternya, bahkan ada kalanya bakat itu
dibangun oleh karakternya. Bakat
itu sendiri sifatnya herediter yang berarti dibawa sejak lahir dan merupakan
kecakapan yang sangat khusus yang sedikit sekali dipengaruhi oleh pengalaman. Dalam pengertian yang
luas karakter itu dapat memberikan bentuk yang nyata pada potensi-potensi bakat
ini dan memberikan ruang gerak yang lebih luas pula. Sebab bakat-bakat itupun
berkembangnya memerlukan
perangsang-perangsang. Dengan demikian karakter dan kepribadian mmanusia itu
mempengaruhi keaktifan tumbuhnya bakat tadi. Tetapi ada kalanya bakat ini
menyebabkan timbulnya keakuan dan sifat-sifat yang naïf. Sebab dengan memiliki
bakat-bakat tersebut sering timbul sikap sombong dan egosentris yang tebal
sehingga menyukarkan tergugahnya potensi-potensi lain. Oleh karena itu pribadi
harus dapat mengadakan distansi pada diri sendiri dan harus dapat keluar
dari egosentrisnya, agar dapat memperoleh kebenaran.
HUBUNGAN ANTARA TEMPERAMENT,
KARAKTER DAN BENTUK JASMANI
Manusia
merupakan kesatuan psikhophisis yang berarti ada unsur jasmaninya dan ada pula
unsur rohaniahnya. Kedua aspek itu saling mempengaruhi. Maka terdapatlah selalu
dimensi ketegangan dan dinamika antar kedua unsur tersebut. Sehingga dengan
demikian jasmaniah menentukan karakter dan karakter mengekspresikan diri dalam
bentuk tingkah laku jasmaniah.
BEBERAPA JENIS TIPOLOGI
Tipologi
berarti suatu cara menggolong-golongkan sejumlah orang yang dipandang memiliki
tipe yang hampir bersamaan. Beberapa jenis tipologi yang dibedakan berdasar pangkal
peninjauannya, Antara lain ialah : Tipologi konstitusi, Tipologi temperament, Tipologi ketidaksadaran, Tipologi masyarakat dan Tipologi kebudayaan.
BAB
III
TIPOLOGI
TEMPERAMEN/PSIKHIS
Aspek
kedua yang merupakan dasar penyusunan tipologi adalah temperamen. Ini
dinyatakan pula sebagai konstitusi psikhis. Yang dimaksud dengan ini adalah sifat-sifat
dasar tertentu dari kelakuan. Prinsip-prinsip elementer yang dapat ditemui
kembali dalam semua perbuatan kita dan mentipe kelangsungan jalannya kelakuan
kita.
Dalam
bab ini nanti akan diketengahkan pendapat dari beberapa tokoh antara lain ialah
:
A.
Tipologi Heymans.
B. Tipologi
Eward.
C. Tipologi
George Kerschensteiner
D. Tipologi
Plato
E.
Tipologi Queyrat.
A. Tipologi Heymans.
Heymans
bekas guru Psikhologi di Groningen, terkenal sampai di negeri kita. Tipologinya,
sebenarnya sudah jarang diperhatikan orang. Tetapi karena ia membuktikan bahwa
di sekelompok mahasiswa ternyata bahwa kedelapan tipe itu terdapat pada mereka,
maka mulai lagi tipologinya menarik perhatian, terutama Perancis.
Heymans
menyusun teorinya atas tiga prinsip dasar, yaitu :
1.
Emosionalitas, artinya banyak sedikitnya seseorang
dipengaruhi oleh kehidupan perasaannya.
2. Aktifitas,
yaitu banyak sedikitnya seseorang menyatakan isi jiwanya dalam bentuk
perbuatan.
3. Fungsi
sekunder, artinya kuat atau tidaknya seseorang menyimpan kesan-kesan di dalam
jiwanya.
Sebagai lawan funsi sekunder,
ialah fungsi primer, yaitu bila seseorang hanya sebentar saja menyimpan kesan
itu di dalam jiwanya.
Ketiga fungsi tersebut dibedakan atas
yang kuat dengan notasi (+) dan yang lemah diberi notasi (-). Dengan demikian,
Heymans menggunakan enam prinsip pokok. Dalam penyelidikan yang diadakan, maka
didapatkan tanda tertentu sebagai berikut :
Ø Orang
yang mempunyai Emosionalitas kuat, berciri :
- Lekas memihak
- Fantasinya kuat
- Tulisan dan bicaranya aneh
- Kurang mencintai kebenaran
- Mudah marah
- Senang sensasi, dsb.
Ø Orang
yang Aktivitasnya kuat, berciri :
- Suka bekerja
- Mudah bertindak
- Berhobi banyak
- Mudah mengatasi kesulitan
- Tidak mudah putus asa.
Ø Orang
yang fungsi sekundernya kuat, berciri :
- Betah di rumah
- Taat kepada adat
- Setia dalam persahabatan
- Besar rasa terima kasihnya
- Sukar menyesuaikan diri
- Konsekuen.
Dengan enam unsur dasar itu Heymans menemukan delapan tipe yang bisa
dilihat dari kolom di bawah ini :
Emosi
|
Aktifitas
|
Fungsi Sekunder
|
Nama Tipe
|
+
|
_
|
_
|
Nerves
|
+
|
+
|
_
|
Choleris
|
+
|
+
|
+
|
Gepasionir
|
+
|
_
|
+
|
Sentimentil
|
_
|
_
|
_
|
Amorph
|
_
|
+
|
_
|
Sanguinis
|
_
|
+
|
+
|
Flegmatis
|
_
|
_
|
+
|
Apatis
|
Dengan demikian mudah diketahui bahwa
orang yang bertipe :
1. Nerves,
mempunyai ciri :
Emosionalitasnya kuat,
Berfungsi Primer (mudah
melupakan kesan)
Tidak aktif
2. Choleris,
mempunyai ciri :
Emosionalitasnya kuat,
Berfungsi Primer (mudah
melupakan kesan)
Aktif
3. Gepasionir
(orang hebat), mempunyai ciri :
Emosionalitasnya kuat,
Berfungsi Sekunder (tidak mudah
melupakan kesan)
Aktif
4. Sentimentil,
mempunyai ciri :
Emosionalitasnya kuat,
Berfungsi Sekunder (tidak mudah
melupakan kesan)
Tidak aktif
5. Amorph,
mempunyai ciri :
Emosionalitasnya lemah,
Berfungsi Primer (mudah
melupakan kesan)
Tidak aktif
6. Sanguinis,
mempunyai ciri :
Emosionalitasnya lemah,
Berfungsi Primer (mudah
melupakan kesan)
Aktif
7. Flegmatis,
mempunyai ciri :
Emosionalitasnya lemah,
Berfungsi Sekunder (tidak mudah
melupakan kesan)
Aktif
8. Apatis,
mempunyai ciri :
Emosionalitasnya lemah,
Berfungsi Sekunder (tidak mudah
melupakan kesan)
Tidak aktif
Memperhatikan bagaiman Heymans
memberikan nama-nama itu, nampak bahwa Heymans terpengaruh oleh tipologi
Hypocrates-Galenus. Sebaliknya, tipologi Hypocrates-Galenus sebenarnya berada
di dalam tapal batas tipologi phisis dan tipologi Psikhis
B.
Tipologi Ewald.
Ia
menyusun teorinya sangat sederhana. Teorinya mengatakan bahwa "Bila kita
menerima rangsangan dari luar, maka rangsangan tersebut di dalam diri kita lalu
diolah dan kemudian direaksikan keluar dalam bentuk perbuatan atau
kelakuan".
Tiap
stadia itu dapat dipergunakan sebagai dasar pembagian tipologi :
A.
Penerimaan rangsang
Banyak
sedikitnya orang mempunyai kepekaan menerima rangsang dari luar. Dalam hal ini
Ewald masih membedakan antara kepekaan bagi gejala jiwa yang rendah (instink,
reflek, nafsu, dsb.) dan kepekaan bagi gejala jiwa yang tinggi (pikiran,
kemauan, perasaan, dsb).
B.
Penyimpanan kesan
Adanya
bekas-bekas yang ditinggalkan oleh kesan. Bekas itu berpengaruh kepada
perbuatan orang di waktu kemudian. Orang yang satu lebih lama daripada orang
lain.
C.
Pengolahan rangsang
Dalam
hal ini Ewald membedakan pengolahan rangsang oleh kesadaran dan pengolahan
rangsang oleh pengaruh. Ini masih dibedakan lagi atas cepat lambatnya rangsang
itu hilang kembali.
D.
Reaksi balik dari pada rangsang
Kemampuan
mengadakan reaksi balik terhadap rangsang ini, akan nampak dalam perbuatan atau
kelakuan seseorang. Tipe seseorang bukan ditentukan oleh kuat atau tidaknya
sesuatu unsur melainkan oleh ada atau tidaknya sesuatu unsur.
Jadi
teori dari ewald mentipe manusia atas 16 golongan.
C. Tipologi George Kerschensteiner.
Ia menyusun tipologinya
berdasarkan empat prinsip, yaitu :
1.
Kekuatan kemauan.
2.
Ketajaman pendapat.
3.
Kepekaan yang halus dalam perasaan.
4.
Aufwulbarkait (lama dan mendalamnya getaran jiwa)
|
|
|
|
|
Keterangan gambar :
Setengah lingkaran bagian bawah,
mengambarkan watak biologis yang berisi kekuatan nafsu dan gairah.
Setengah lingkaran bagian atas,
menggambarkan watak psikhis yang tinggi. Aufwulbarkait, adalah unsur tambahan
dari George Kerschensteiner sendiri, sedangkan tiga unsur yang pertama adalah
pengaruh dari John Dewey.
Kalau kita perhatikan benar-benar
nyatalah pula adanya pengaruh dari Heymans. Unsur yang manakah di antara kelima
tersebut yang paling kuat itulah gambaran pribadi orang tersebut.
D. Tipologi Plato.
Plato
membedakan tiga fungsi jiwa yaitu : pikiran, kemamuan dan perasaan. Beliau
menyatakan kedudukan tiga fungsi jiwa tersebut sebagai berikut : pikiran
berkedudukan di dalam kepala, kemauan berkedudukan di dalam dada dan perasaan
berkedududkan dalam bagian tubuh bawah. Dari uraian ini bisa disimpulkan bahwa
pikiran itu merupakan sumber kebijaksanaan, kemauaan sumber keberanian dan
perasaan sumber kekuatan menahan hawa nafsu.
Ketiga
kebaikan itu mewujudkan keadilan menuru uraian itu dapat disimpulkan bahwa
tentu ada tipe manusia tertentu, sebab dari ketiganya tentu tidaksama kuatnya,
sehingga ada orang yang paling kuat kebijaksaannya, atau keberanianya atau bisa
juga kuat menahan hawa nafsunya.
E.
Tipologi Queyrat.
Tipologi manusia menurut Queyrat
disusun oleh tiga fungsi jiwa yang meliputi :
- Kognisi (mengenal)
- Emosi (merasa)
- Conasi (menghendaki)
Berdasarkan tiga fungsi itu ia
membedakan tiga golongan manusia yaitu :
- Ahli pikir, manusia yang
pengaruh terbesar dalam perbuatannya adalah pikiran
- Ahli rasa, manusia yang
pengaruh terbesar dalam perbuatannya adalah perasaan
- Ahli bertindak, manusia yang
pengaruh terbesar dalam perbuatannya adalah kemauan
Kemudian beliau
mengoreksi teorinya, bahwa penggolongan seperti di atas adalah kurang teliti.
Yang ada dalah campuran daripada ketiga-tiganya. Karena itu dengan demikian ia
mendapatkan dua belas golongan manusia yaitu :
- Tiga golongan yang
kuat :
Pikiran dan perasaan, Pikiran dan kemauan,
Pikiran dan perasaan
- Tiga golongan yang
ketiga fungsinya sama-sama kuat
- Tiga golongan yang
ketiga fungsinya sama-sama tidak kuat
- Tiga golongan yang
ketiga fungsinya tidak tentu kelakuannya
BAB IV
TIPOLOGI BERDASAR KEBUDAYAAN
Bahwa
kehidupan manusia dipengaruhi pula oleh kebudayaannya telah dijelaskan pada
halaman-halaman terdahulu dan mudah sekali untuk dimaklumi, oleh karena
kebudayaan itu selalu berada disekitar kita, di lingkungan hidup kita
sehari-hari.
Kebudayaan, menurut K.H Dewantara adalah hasil
budi daya manusia yang dapat di pergunakan manusia untuk memudahkan
kehidupannya.
Ada
beberapa tokoh yang dalam teorinya menggunakan kebudayaan, yaitu :
A.
Riesman
B.
E. Spranger
C.
W. dan E. Yaensch
A.
Tipologi Reisman
Reisman menggolongkan manusia ini atas tiga
golongan, yaitu :
a)
Orang-orang yang pribadinya ditentukan oleh tradisinya
b)
Orang-orang yang membiarkan dirinya dipimpin oleh
rohaninya.
c)
Orang-orang yang mendasarkan dirinya pada norma-norma
yang dikemukakan oleh orang lain kepadanya.
Reisman menganggap
dapat memperlihatkan bahwa periode kebudayaan yang lama saling menyusul satu
sama lain dimana pada pokoknya terdapat orang-orang yang selalu termasuk satu
diantara ketiganya.
B.
Tipologi E. Spranger
Menurut Spanger, kehidupan
manusia ini dipengaruhi oleh dua macam kehidupan jiwanya, yaitu jiwa subyektif
dan jiwa obyektif.
Jiwa
subyektif ialah jiwa-jiwa tiap orang.
Jiwa
obyektif ialah nilai-nilai kebudayaan yang besar sekali pengaruh pada jiwa
subyektif.
Menurut
Spranger, manusia ini dapat dibedakan atas enam nilai kebudayaan, yaitu : Ekonomi,
Politik, Sosial, Ilmu
Pengetahuan, Kesenian dan Agama. Diantara keenam itu, nilai kebudayaan yang
manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap jiwa subyektif. Dan inilah yang
menentukan tipe manusia itu. Jadi kalau demikian ada enam tipe manusia sesuai
dengan nilai kebudayaan itu sendiri. Tipe-tipe itu yaitu :
Ø
Manusia Ekonomi, bersifat :
- Senang bekerja
- Senag mengumpulkan harta
- Agak kikir
- Bangga dengan hartanya
Ø
Manusia Politik, bersifat :
- Ingin berkuasa
- Tidak ingin kaya
- Berusaha menguasai orang lain
- Kurang mencintai kebenaran
Ø
Manusia Sosial, bersifat :
- Senang berkorban
- Senang mengabdi kepada Tuhan
- Mencintai masyarakat
- Pandai bergaul
Ø
Manusia Pengetahuan, bersifat :
- Senang membaca
- Gemar berpikir dan belajar
- Tidak ingin kaya
- Ingin serba tahu
Ø
Manusia Seni, bersifat :
- Hidup bersahaja
- Senang menikmati keindahan
- Gemar mencipta karya seni
- Mudah bergaul denga siapa saja.
Ø
Manusia Agama, bersifat :
- Hidupnya hanya untuk Tuhan dan akhirat
- Senang memuja
- Kurang senang harta
- Senang menolong orang lain.
C.
Tipologi W. dan E. Yaensch
Tipologi
W. dan E. Yaensch ini agak lain dasar penggolongannya, karena didasarkan pada
unsur geologi dan unsur tubuh
1)
Unsur Geologis :
Keadaan tanah tentu mempengaruhi pula kehidupan seseorang,
lewat air tanah, yang menghidupi penghuni-penghuninya.
2)
Unsur tubuh :
Juga kehidupan seseorang tentu dipengaruhi oleh
kelenjar-kelenjar tubuhnya, misal kelenjar gondok, kelenjar hipopysis, kelenjar
ludah dan kelenjar lainnya.
Dengan
hanya mendasarkan kedua faktor tersebut W. dan E. Yaensch juga hanya
menggolongkan manusia atas dua tipe pula yaitu : Tipe T dan Tipe B. T adalah
singkatan dari Tetanoide sedangkan B adalah singkatan dari Basedowide.
Tipe
Tetanoide, dengan ciri-cirinya :
-
Muka pucat
-
Selalu bersuasana sedih
-
Mata kecil dan dalam
-
Tanggapannya tak bergerak
-
Pendiam
-
Selalu curiga kepada orang lain
-
Segala sesuatunya dipandang berat
Tipe
Basedowide, dengan ciri-cirinya :
-
Muka terbuka
-
Wajahnya mudah berubah
-
Matanya hidup dan melotot keluar
-
Tanggapannya bergerak
-
Banyak berpendapat dan Mudah bergaul dengan orang lain
BAB V
TIPOLOGI
BERDASAR
KEDUDUKAN ANAK DALAM KELUARGA
A.
Anak Tiri
Secara
asosiatif, apabila kita mendengar kata anak tiri, kita akan selalu membayangkan
adanya kekejaman. Sekalipun asosiasi itu tidak selalu benar. Seorang ibu yang
tidak pernah melahirkan anak, kemudian dipercaya oleh seorang ayah yang telah
mempunyai anak dan ditinggalkan istrinya, mendambakan kehidupan yang bahagia
bersama anak-anak tirinya. Tetapi si anak tiri tidak semua akan merasa percaya
terhadap ibu tirinya karena mempunyai kepercayaan bahwa ibu tirinya akan
memperlakukannya seperti ibu kandungnya. Ia tidak mau kedudukan ibu kandungnya
digantikan oleh kehadiran ibu tirinya. Ia beranggapan ibu tirinya telah
merenggut kasih sayang ayahnya untuknya.
Namun
bagaimanapun kalau yang menduduki tempat tiri itu adalah anak, lebih-lebih
apabila anak itu pernah hidup dengan orang tuanya sendiri, maka kehadiran si
tiri akan selalu dicurigai, tidak dipercaya dan selalu dijauhi olehnya.
Kecurigaan selalu mengikuti perlakuan ayah atau ibu tirinya. Apalagi apabila ia
hidup bersama dengan saudara-saudara tirinya.
Hal ini terjadi karena anak yang
telah terbiasa dengan sesuatu cara hidup tertentu, dan si anak mendapatkan
kasih sayang secara wajar dari kedua orang tuanya, betapa pun keadaannya.
Dengan kehadiran orang baru di dalam keluarganya, akan membawa pengaruh perubahan
tatanan baru dalam keluarganya, dan perubahan yang ada itu dirasakan anak
sebagai sesuatu yang sulit, yang kadang-kadang memerlukan penyesuaian diri yang
lama sekali bagi anak.
Tetapi dari
pihak orang yang baru, yang dalam kedudukan lebih berhak memiliki kekuasaan
untuk mengatur menghendaki agar
aturan itu segera diterima sehingga hidupnya segera menemukan ketenangan. Kedua
hal inilah yang menyebabkan terjadinya jurang pemisah antara anak dan orang tua
tiri itu. Dan dalam hal ini, si anak lah yang akan tersisihkan.
Hal yang kedua
dengan datangnya orang
baru itu, dari pihak anak yang sebenarnya tidak menghendaki kasih sayang dari kedua orang
tuanya itu tidak terbagi, tetapi
kemudian terbagi karena datangnya orang baru dalam keluarganya, dan dalam jiwa anak itu akan
tergambar bahwa orang baru itu adalah sebagai
pemutus kasih sayang antara ia dan orang tuanya. Perebutan kasih sayang inilah
merupalan siksaan sangat besar bagi si anak, sebab dialah yang merugi dan dia
pula yang harus menerima kekalahan secara terpaksa.
Dalam permasalahan ini, dapat
dilihat 2 kemungkinan sikap anak yang dilakukannya. Anak itu melawan atau
menarik diri dari tali pecintaan orang tuanya. Yang bersikap melawan seakan-akan
membela ayah/ibunya yang lama, dan yang menarik diri seakan-akan berlindung kepada ayah atau
ibunya yang sebenarnya.
Keduanya itu
dilakukan dalam angan-angannya maupun dalam perbuatan-perbuatan sehari-hari dan
inilah gangguan yang dialami anak sehingga nampak
di dalam prestasi kerjanya baik dalam keluarga maupun dalam sekolah.
Guru yang
mengetahui permasalahan
itu dan memang seorang guru haruslah tahu akan permasalahan yang dihadapi oleh
anak diddiknya. Guru perlu memberitahukan hal itu kepada orang tuanya, dengan
mengharap adanya perbaikan. Sebab pada diri anak masih banyak harapan dari pada
orang-orang yang sudah tua.
Karena itu orang
tua harus berani berkorban demi anak-anaknya.
Disamping itu guru perlu memberikan
saran-saran antara lain, misalnya sebagai berikut:
a.
Hendaknya suasana rumah tangga tetap tenang dengan
tidak banyak perubahan.
b.
Kepada anak jangan terlalu ditekan baik dngan ucapan,
perlakuan maupun kewajiban, kecuali belajar.
c.
Kepada anak perlu mendapat tempat tersendiri untuk
belajar.
d.
Keperluan belajarnya supaya diperhatikan.
e.
Berikan kesempatan seluas-luasnya apabila anak ingin
mendaptakna fasilitas guna keperluan belajarnya.
f.
Berikan dorongan seperlunya dengan cara orang tua (yang
bukan tiri) bersikap biasa seperti sebelum kedatangan orang baru.
Dengan jalan dan saran semacam itu
mungkin anak akan segera bangkit dari kejatuhannya kemudian berkopetensi
ataupun dengan cara yang lain untuk menebus kesalahannya yang lalu.
A.
Anak Tunggal
Anak
tunggal biasanya sebagai tumpuan harapan dalam keluarga. Harapan akan kehidupan
yang lebih baik, harapan yang akan meneruskan keturunan, harapan akan
tercapainya cita-citanya dan harapan tentang segala-galanya.
Kedua
orang tuanya tidak ada temapt yang lain, kecuali kepadanya. Karena itu kedua
orang tuanya sangat khawatir kehilangan anaknya. Mereka berusaha melindungi
dengan seaman-amannya, memenuhi segala keinginannya, membiarkan dilakukan semua
kehendaknya, menuruti semua keinginannya tetapi melarang anaknya melakukan
sesuatu yang berat, yang membahayakan dan bahkan semua perbuatan dipandang
sebagai membahayakan jiwa anaknya.
Si
anak akan banyak mendapat hambatan dari orang tuanya yang menyebakan di dalam pergaulan dengan teman-temannya ia
tidak memiliki perbuatan-perbuatan seperti yang dimiliki oleh teman-temannya.
Ia merasakan adanya perbedaan atau ada yang kurang dalam dirinya sehingga ia
menarik diri dari teman-temannya, ia makin tidak berkembang.
Di
rumah terkadang ia diperlakukan sebagai
raja, tetapi kadang-kadang ia harus menjadi budak menuruti semua perkataan dan
perintah orang tuanya. Dari dua kutub perlakuan ini si anak menjadi
kebingungan. Sikap kebingungan ini bila dibawa dalam pergaulan dengan
teman-temannya, akan dianggap perbuatan yang aneh dan lucu sehingga akan
menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Dan hal ini akan semakin memperparah
keadaan anak tersebut.
Dalam keadaan
semacam ini, apabila orang tuanya tidak menyadari keadaan anaknya bahkan tetap
memperlakukan anaknya semacam itu, si anak akan jatuh dalam bencana karena ia
selalu berada dalam dua dunia yang tidak berkeseimbangan satu sama lain.
Apabila si anak
berpembawaan kuat, ketika baru merasakan ada kekurangan pada dirinya
dari teman-temannya, ia mungkin segera berkompensasi sehingga ia tetap berada
dalam keseimbangan sekalipun tidak sewajarnya.
B.
Anak Sulung
Anggapan umum
yang kurang bebar ialah bhwa anak sulung tentu membawa beban terberat diantara
saudara-saudaranya. Anggapan ini timbul karena secara logika, anak sulung ini
nanti akan mengganti kedudukan orang tuanya apabila mereka telah tiada nanti.
Kepadanyalah orang tua menyerahkan tanggung jawab untuk kehidupan, keselamatan
dan kebahagiaan saudara-saudaranya. Penyerahan tanggung jawab itu sudah dimulai
dilatih dari kecil yaitu ia harus mengasuh adik-adiknya, menjaganya,
mengajaknya bermain, dan sebagainya. Tiap kekeliruan perbuatan adik-adiknya,
anak sulunglah yang ditegur bahkan harus menerima hukumannya.
Kekurang benaran
anggapan ini terletak di dalam penyerahan tanggung jawab orang tua yang terlalu
cepat kepada anak sulung ini, karena
pada waktu si adik lahir, ia masih dalam usia anak-anak. Ia belum memiliki
sifat kedewasaan bahkan oleh karena kelahiran adiknya itu ia merasa terampas
kasih sayang
orang tua padanya, yang mengakibatka ia harus bersaing dengan adiknya untuk mendapatkan
kasih sayang
dari orang tuanya. Tetapi dalam perbuatan ini, anak sulung sering diminta agar
lebih banyak mengalah
terhadap adik-adiknya, kadang-kadang
dengan alasan yang sengaja dicari-cari dan lebih merugikan anak sulung.
Dalam hal ini
kesangggupan orang tua untuk dapat bertindak bijaksana sangat diharapkan
misalnya dengan mengusahakan jangan sampai nampak
adanya perbedaan
cara bertindak terhadap anak-anaknya, perlakuan tugas yang adil, dan
sebagainya. Kalaupun orang tua menginginkan si kakak menjadi contoh yang baik
bagi adik-adiknya, maka terlebih dahulu orang tualah yang patut memberikan contoh
yang baik sehingga si anak dapat mengetahui
bahwa sesuatu peraturan, suatu keharusan, memang berlaku sama untuk semua
orang.
Kalau si anak
sulung menghayati sendiri orang tua bersedia berkorban untuk anak-anaknya, orang tua lebih berani
mengalah, lebih berani bekerja giat,
si anak sulung kan lebih mudah untuk dapat berkorban, mengalah atau pun
bertindak bijaksana terhadap adik-adiknya.
Hal-hal inilah
yang sering terjadi pada anak
sulung dan apabila ini dilakukan sebagaimana mestinya dan tanpa mempercepat waktu
dan memperberat beban, melainkan berlaku dalam serba kewajaran, tentu tidak
akan menimbulkan anggapan-anggapan yang kurang benar di dalam masyarakat.
C.
Anak Bungsu
Dari
orang tua terkadang nampak
seakan-akan ada hak istimewa kepada anak bungsu yaitu apabila orang tua itu
memiliki banyak anak sehingga nampak
status ekonomi sosialnya menurun. Dengan menurunnya status ekonomi sosial ini, si anak bungsu
dirasakan sebagai anak yang hidup dalam keadaan yang tidak sama dengan waktu
kakak-kakaknya masih kecil. Dan orang tua yang menghayati hal semacam ini dengan mencurahkan
perasaan dengan perbuatan-perbuatan yang menampakkan lebih menyayangi anaknya.
Begitu
pula dengan kakak-kakaknya yang selalu ingin menjaga dan melindungi adiknya
yang paling kecil karena merasa dialah yang paling lemah, selalu beruaha
menjaga, memanjakan dan memenuhi keinginan adiknya.
Karena
terlalu disayang oleh orang tua dan kakak-kakaknya, terlalu banyak mendapatkan
perhatian, perawatan, pertolongan, hiburan dan sebagainya, si anak bungsu akan
merasa hidup dalam berkecukupan, serba menyenangkan dan serba mengenakkan.
Semuanya ini memberikan kesempatan kepada sia anak bungsu untuk bersikap manja.
Sikap
manja akan selalu merugikan diri sendiri. Karena ia tak punya pengalaman untuk
melakukan sesuatu. Padahal dapat melakukan sesuatu, berarti memiliki pengertian
tentang sesuatu itu. Karena tidak dapat melakukan sesuatu, ia merasa malu
terhadap teman-temannya. Untuk menutupi rasa malu itu, ia mengasingkan diri
dari teman-temannya. Ia kehilangan kesempatan untuk dapat berbuat yang lain,
dan karena
itu ia makin jauh dan tidak dapat berbuat apa-apa. Apabila hal ini terjadi
berlarut-larut, akhirnya anak itu akan jatuh ke keputus asaan.
D.
Anak Pungut
Artinya ia
menjadi seorang anak dari suatu keluarga karena dipungut. Dalam hal ini ada
beberapa kemungkinan. Apakah anak itu dipungut sejak masih kecil atau kah sudah
besar. Hal ini dapat memberikan pengaruh adalam hal bersosialisasi dengan
lingkungan barunya. Anak yang dipungut sejak
masih kecil (bayi) tidak banyak
masalah yang dijumpai oleh si pemungut anak. Ia masih memiliki kemerdekaan penuh dalam mengarahkan anaknya itu sesuai dengan
keinginannya. Ia masih dengan mudah menanamkan kebiasaan-kebiasaan dalam keluarga kepada
anak terseut tanpa banyak menjumpai kesulitan yang berarti. Lain halnya apabila anak itu dipungut ketika ia sudah
besar, misalnya dari yayasan atau panti asuhan. Dalam hal ini anak sudah ditanami
kebiasaan-kebiasaan dari yayasan itu, sehingga si pemungut anak menjumpai
kesukaran-kesukaran dalam menananmkan kebiasaan-kebiasaan yang ia inginkan.
Si pemungut anak
haruslah bisa memahami kondisi anak yang mereka pungut, dengan memberikan
kebebasan sedikit seperti yang si anak inginkan. Namun secara perlahan lahan
menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam lingkungannnya yang baru (di
rumah si pengadopsi anak tersebut). Hal ini biasanya akan lebih berasil
daripada merubah kebiasaan anak itu secara revolusioner. Sebab dengan dengan
jalan yang terakhir ini, anak cenderung memberikan reaksi dan inilah yang menjadi sumber ketegangan
hubungan sosial
antara si pemungut anak dengan anak yang dipungut tersebut. Kesukaran akan lebih besar lagi apabila
setelah anak itu meningkat dewasa, orang tua anak itu ikut campur dalam
mendidik anak tersebut.
Dalam hal ini
diperlukan adanya ketentuan sikap baik dari pihak anak maupun dari pihak orang
tua, dengan pengertian dan keinsyafaan bahwa segala sesuatu itu adalah demi
kepentingan hari depan anak tersebut. Apabila selama dalam perkembangan itu ia
tidak mendapatkan
pedoman hidup (betapa pun bentuknya) melainkan hanya terombang ambing antara
dua pedoman hidup, yang tentu saja akan mengalami kesukaran-kesukaran.
BAB VI
STRUKTUR
KEPRIBADIAN BERDASAR PSIKOLOGI DALAM
Sasaran
penyelidikan tentang khidupan jiwa manusia, sampai abad XIX adalah kesadaran
manusia, yang nampak
gejalanya didalam perbuatan, baik yang sengaja diperbuat guna keperluan penyelidikan itu
sendiri atau yang dilakukan oleh
manusia dalam kehidupannya sehari-hari.
Sigmud
Freud adalah tokoh pertama yang di dalam penyelidikan tentang kehidupan jiwa
manusia bersasaran pada ketidak sadaran. Oleh karena letak ketidaksadaran ini
lebih dalam pada letak kesadaran, maka Psikologi yang disusun atas dasar
penyelidikan Freud ini disebut Psikologi dalam.
A.
STRUKTUR
KEPRIBADIAN FREUD
Menurut Freud kepribadian terdiri
atas tiga system atau aspek, yaitu:
Kendati
pun ketiga aspek itu masing-masing mempunyai fungsi, sifat, komponen, prinsip
kerja dan dinamikan sendiri-sendiri, namun ketiganya berhubungan dengan
rapatnya sehingga sulit untuk memisah-misahkan pengaruhnya terhadap tingkah
laku manusia, tingkah laku selalu merupakan hasil kerja sama ketiga aspek itu.
1.
Das Es
Das
Es atau dalam bahasa inggrisnya disebut dengan Id disebut juga oleh Freud
System der Unbewussten. Aspek ini adalah apek biologis dan merupakan system
yang orisinal di dalam kepribadian. Dari aspek inilah kedua aspek yang lain
tumbuh.
Das
Es atau Id merupakan realita psykis yang sebenar-benarnya dan berisikan hal-hal
yang dibawa sejak lahir. Enersi psykis di dalam Das Es itu dapat meningkat oleh
karena perangsang, baik dari dalam maupun dari luar. Yang menjadi pedoman dalam
berfungsinya Das Es ialah menghindarkan diri dari ketidak enakan dan mengejar keenakan. Pedoman
ini ibi disebut Freud “prinsip
kenikmatan” atau “prinsip keenakan”.
Untuk
menghilangkan ketidak enakan dan mencapai kenikmatan Das Es mempunyai dua cara
(alat proses) yaitu:
Akan
tetapi jelas bahwa cara “ada” yang demikian itu tidak itu tidak memenuhi
kebutuhan; orang yang lapar tidak akan menjadi kenyang dengan membayangkan
makanan. Karena itulah maka perlulah (merupakan keharusan kodrati) adanya
system lain yang menghubungkan pribadi dengan dunia obyektif. System yang
demikian itu ialah Das Ich.
2.
Das Ich
Das
ich atau dalam bahasa inggris the Ego disebut juga system der Bewussten
Verbewussten. Aspek ini adalah aspek psychologis
dari pada kepribadian dan timbul karena organisme untuk berhubungan secara baik dengan
dunia kenyataan (realitas).
Orang yang lapar perlu makan untuk
menghilangkan rasa laparnya, ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan
antara khayalan tentang makanan dengan kenyataan tentang makanan. Di sinilah
letak perbedaan yang pokok antara Das Es dan Das Ich, yaitu kalau Das Es hanya
mengenal dunia subyektif (dunia bathin) maka Das Ich dapat membedakan sesuatu
yang hanya ada di dunia bathin dan sesuatu yang ada di dunia luar bathin (dunia
obyektif, dunia realita).
Di dalam berfungsinya, Das Ich
berpegang pada “prinsip kenyataan” atau prinsip realita dan bereaksi dengn
proses sekunder. Tujuan realitas prinsip itu ialah mencari obyek yang tepat,
untuk mereduksikan tegangan yang timbul dalam organisme. Proses sekunder itu
adalah proses berpikir realistis dengan mempergunakan proses sekunder Das Ich
merumuskan suatu rencana untuk pemuasan kebutuhan dan mengujinya atau
mentestnya (biasanya dengan suatu tindakan) untuk mengeahui apakah rencana itu
berhasil atau tidak. Misalnya: orang lapar merencanakan di mana dia dapat
makan, lau pergi ke tempat tersebut untuk mengetahui apakah rencana tersebut
berhasil atau tidak.
Das Ich dapat pula dipandang sebagai
aspek eksekutif dari pada kepribadian, oleh karena Das Ich ini mengontrol
jalan-jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta
cara-cara memenuhinya, serta memilih obyek-obyek yang dapat memenuhi kebutuhan. Di dalam menjalankan fungsi ini
seringkali das Ich harus mempersatukan pertentangan-pertentangan antara Das Es
dan Das Ueber Ich dan dunia luar. Namun haruslah selalu diingat, bahwa Das Ich
adalah derivate dari Das Es dan timbul untuk kepentingan kemajuan Das Es dan
bukan untuk merintanginya. Peran utamanya ialah menjadi perantara antara
kebutuhan-kebutuhan instinktif dengan keadaan lingkungan, demi kepentingan
adanya organisme.
3.
Aspek Das ueber Ich
Das Ueber Ich
adalah aspek sosiologis dari pada kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai
tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada
anak-anaknya, yang dimasukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan
larangan. Das Ueber Ich lebih merupakan sempurnaan daripada kesenangan, karena
itu das Ueber Ich dapat pula dianggap sebagai aspek moral dari pada
kepribadian.
Mekanisme yang menyatukan system
tersebut kepada pribadi disebut introveksi. Jadi Das Ueber Ich itu berisikan
dua hal, ialah “conscientia” dan Ich-ideal. Conscientia menghukum orang dengan
memberikan rasa dosa, sedangkan Ich-ideal menghadiahi orang dengan rasa bangga
akan dirinya. Dengan terbentuknya Das Ueber Ich ini maka control terhadap
tingkah laku yang dulunya dilakukan oleh orang tuanya menjadi dilakukan oleh
pribadi sendiri, moral yang dulunya heteronom lalu menjadi otonom.
Adapun fungsi pokok
daripada das Ueber Ich itu dapat kita lihat dalam hubungan dengan ketiga aspek
kepribadian itu yaitu :
a.
Merintangi impuls-impuls dan Es, terutama impuls-impuls
sexuill dan agresif yang pernyataannya sangat ditentang oleh masyarakat.
b.
Mendorong Das Ich untuk lebih mengejar hal-hal yang
irealistis dari pada yang realistis.
c.
Mengejar kesempurnaan.
Jadi
Das Ueber Ich itu cenderung untuk menentang baik Das Ich maupun das Es dan membuat dunia menurut
konsepsi yang ideal.
Demikianlah Struktur kepribadian
menurut Freud, terdiri atas tiga aspek. Dalam pada itu harus selalu diingat,
bahwa aspek tersebut hanya nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang
berlangsung dengan prinsip-prinsip yang berbeda satu sama lain. Dalam keadaan
biasa, ketiga system itu bekerjasama dengan diatur oleh Das Ich; kepribadian
berfungsi sebagai kesatuan.
FASE-FASE PERKEMBANGAN
FREUD membagi tiap fase dalam
kehidupan manusia dan itu ditentukan atas dasar cara-cara reaksi bagian tubuh
tertentu. Adapun fase-fase tersebut ialah :
a.
Fase Oral
b.
Fase anal
c.
Fase phallis
d.
Fase latent
e.
Fase pubertas
f.
Fase genetal
a.
Fase Oral : 0,0 sampai kira-kira 1,0
Pada fase ini mulut
merupakan daerah pokok daripada aktivita dynamis. Sumber kenikmatan pokok yang
diasalkan dari mulut adalah makan. Pemindahan obyek dari menyuapkan atau
memasukkan makanan ke mulut itu misalnya: kesenangan untuk memperoleh
pengetahuan atau hak milik. Pemindahan obyek dari menggigit atau agresi oral
misalnya: berdebat, bersifat sarcatis.
Selanjutnya karena
pada masa oral ini anak sama sekali tergantung pada ibu dalam segala hal maka
timbullah “rasa tergantung” pada masa ini. Rasa tergantung ini cenderung untuk
tetap ada selama hidup dan menonjol kalau orang dalam ketakutan atau merasa
tidak aman.
b.
Fase Anal : kira-kira 1,0 sampai kira-kira 3,0 tahun
Pengeluaran
faeces menghilangkan sumber-sumber
ketidaksenangan dan menghasilkan rasa lega. Ketika pembiasaan akan kebersihan
(toilet training) dimulai-pada tahun kedua- anak mendapat pengalaman pertama
tentang pengaturan impuls-impulsnya dari luar. Dia harus belajar menunda
kenikmatan yang timbul dari defekasi (bebaskan diri). Pengaruh yang diterima
oleh anak dalam pembiasaan akan kebersihan ini dapat mempunyai pengaruh yang
jauh pada sifat-sifat kepribadian kemudian.
Apabila ibu bersikap
keras dan menekan, anak mungkin akan menahan faecesnya. Apabila reaksi yang
demikian ini meluas kelain-lain hal, maka anak dapat mempunyai sifat kurang
bebas, kurang berani, tertekan, kurang terbuka.
Apabila ibu bersikap
membimbing dengan kasih sayang dan memuji apabila apabila anak defekasi, maka
anak mungkin memperoleh pengertian bahwa memproduksikan faeces adalah aktivitas
yang penting. Pengertian inilah yang mungkin menjadi dasar daripada kreatifitas
dan produktiva.
c.
Fase Falis : kira-kira 3,0 sampai 5,0
Pada fase ini yang
menjadi pusat adalah perkembangan sexual dan rasa agresi fungsi alat-alat
kelamin. Kenikmatan masturbasi serta khayalan yang mnyertai aktivita oto-erotik
sangat penting. Pada masa inilah adanya kompleks Oedipus. Freud beranggapan
bahwa pendapatnya tentang kompleks Oedipus itu adalah salah satu penemuannya
yang terpenting.
Kompleks Oedipus
pada laki-laki dan pada perempuan itu tidak sama. Mula-mula kedua jenis anak
itu cinta kepada ibu, karena ibu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan menentang
ayah karena ayah dianggap saingan dalam memperebutkan kasih itu. Perasaan yang
demikian itu pada anak laki-laki tetap, tetapi pada anak perempuan berubah.
- Perkembangan
kompleks Oedipus pada anak laki-laki : dorongan incest dengan ibu serta sikap
menentang terhadap ayah menyebabkan anak laki-laki konflik dengan orang tuanya,
terutama ayah.
- Perkembangan
kompleks Oedipus pada anak perempuan : anak perempuan mengganti obyek cintanya
yaitu ibu diganti dengan ayah. Hal ini sebagai reaksi terhadap pengalaman
traumatisnya, dia beranggapan bahwa ibulah yang bertanggungjawab terhadap
keadaan yang demikian itu yang melemahkan cathexisnya terhadap ibu. Dia
mentranfer cintanya kepada ayah karena ayah memiliki orang yang dia inginkan.
d.
Fase Latent : 5,0 sampai kira-kira 12,0 atau 13,0
Pada fase ini
impuls-impuls cenderung untuk ada dalam keadaan tertekan. Pada fase dorongan
dinamis itu seakan-akan latent, sehingga anak-anak pada masa ini secara
relative lebih mudah dididik daripada fase-fase sebelumnya dan sesudahnya.
e.
Fase Pubertas : kira-kira 12,0 atau 13,0 sampai 20,0
Pada masa ini
impuls-impuls menonjol kembali. Dan ini membawa aktivita-aktivita dynamis lagi.
f.
Fase genetal
Chathexis pada fase
genetal mula (fase falis) mempunyai sifat narcistis artinya individu mempunyai
kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri dan orang-orang lain
diinginkan hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan
jasmaniah itu. Pada masa pubertas narcisme ini diarahkan ke obyek di luar: si
puber mulai belajar mencintai orang lain karena alasan-alasan narcistis. Pada
akhir fase pubertas dorongan-dorongan yang altruistis dan telah
disosialisasikan ini telah menjadi tetap dalam bentuk-bentuk pemindahan obyek,
sublimasi dan identifikasi. Jadi orang yang telah berubah dari pengejar
kenikmatan-anak yang barcitis-menjadi orang dewasa yang telah disosialisasikan
dan realistis. Fungsi biologis yang
pokok daripada fase genital ini ialah reproduksi.
Dalam pada itu perlu
sekali diingat bahwa walaupun Freud menggambarkan perkembangan itu di dalam
fase-fase, namun dia tidak berpendapat bahwa antara fase-fase tersebut satu
sama lain terdapat batas yang tajam.
A.
STRUKTUR PSYCHE ATAU KEPRIBADIAN DARI JUNG
Jung berbicara
mengenai psikhe, adapun yang dimaksud dengan psikhe adalah totalitas segala
peristiwa psikhis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi jiwa
manusia terdiri dari dua alam, yaitu :
1.
Alam sadar (kesadaran)
2.
Alam tak sadar (ketidak-sadaran)
Kedua alam itu tidak
hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Adapun fungsinya
kedua-duanya adalah penyesuaian, yaitu:
1.
Alam sadar : penyesuaian terhadap dunia luar
2.
Alam tak sadar : penyesuaian terhadap dunia luar
Batas antara kedua
alam itu tidak tetap, melainkan dapat berubah-ubah, artinya luas daerah
kesadaran atau ketidaksadaran itu dapat bertambah atau berkurang.
STRUKTUR KESADARAN
Kesadaran mempunyai dua komponen
pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan
penting dalam orientasi manusia dalam dunianya.
1.
Fungsi jiwa
Fungsi jiwa menurut
Jung adalah suatu bentuk aktivita kejiwaan yang secara teoritis tiada berubah
dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi pokok, yang
dua rasional, yaitu pikiran dan perasaan, sedangkan yang duanya lagi irrasional
yaitu pendirian dan intuisi. Dalam fungsinya, fungsi-fungsi rasional bekerja
dengan penilaian: pikiran menilai atas dasar benar dan salah, sedangkan
perasaan menilai atas dasar menyenangkan dan tidak menyenangkan. Kedua fungsi
yang irrasional dalam berfungsinya tidak memberikan penilaian, melainkan hanya
semata-mata mendapat pengamatan : pendirian mendapatkan pengamatan dengan sadar
indriah, sedangkan intuisi mendapatkan pengamatan secara tak sadar naluriah.
Dari keempat fungi
tersebut, terlihat bahwa mereka saling berpasang-pasangan. Kalau sesuatu fungsi
menjadi fungsi superior, yaitu menguasai kehidupan alam sadar, maka fungsi pasangannya
menjadi fungsi inferior, yaitu ada dalam ketidaksadaran, sedangkan kedua fungsi
yang lain menjadi fungsi bantu; sebagian terletak dalam alam sadar dan sebagian
lagi dalam alam tak sadar. Selanjutnya fungsi-fungsi yang berpasangan itu
berhubungan secara kompensatoris, artinya makin berkembang fungsi superior maka makin besarlah kebutuhan fungsi
inferior, akan kompensasi dan makin besarlah gangguan terhadap keseimbangan
jiwa, makin besar tanggungan dalam jiwa yang dapat menjelma dalam
tindakan-tindakan yang tak terkendalikan.
Karena itu tujuan yang
ideal daripada perkembangan kepribadian ialah membawa keempat fungsi pokok itu
dalam sinar kesadaran sehingga tercapailah manusia bulat yaitu manusia
“sempurna”.
2.
Sikap jiwa
Yang dimaksud dengan
sikap jiwa adalah arah dari pada enersi psikhis umum atau libido yang menjelma
dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivita enersi psikhis
itu dapat keluar atau pun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia
terhadap dunianya, dapat keluar atau kedalam.
Tiap orang mengadakan
orientasi terhadap orientasi terhadap dunia di sekitarnnya, namun dalam caranya
mengadakan orientasi itu orang yang satu berbeda dari yang lainnya. Misalnya
ada orang yang lekas menutup dirinya atau menutup jendela kalau dirasakan hawa
dingin, tetapi ada yang acuh tak acuh saja. Ada yang lekas mengagumi orang yang
sedang naik daun dan sebagainya.
Jadi berdasakan atas
sikap jiwanya manusia dapat digolongkan menjadi dua type, yaitu ; manusia yang
bertipe ekstravert dan manusia yang bertipe introvert. Orang yang ekstravert
terutama dipengaruhi oleh dunia obyektif, yaitu dunia di luar dirinya.
orientasinya terutama tertuju keluar : pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya
terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik sosial maupun non sosial. Dia
bersikap positif terhadap masyarakat.
Orang yang introvert
terutama dipengaruhi oleh dunia subyektif, yaitu dunia di dalam dirinya
sendiri. Orientasinya terutama tertuju kedalam pikiran, perasaan, serta
tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor subyektif.
Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul
dan sebagainya. Antara ekstravert dan introvert itu terdapat hubungan yang
kompensatoris.
B.
POKOK-POKOK TEORI ADLER
THEORI Adler dapat
dipahami lewat pengertian-pengertian pokok yang dipergunakan untuk membahas
kepribadian. Adapun pengertian pokok dalam teori Adler itu adalah :
1.
Individualita sebagai pokok persoalan
Adler memberi tekanan
kepada pentingnya sifat khas (unit) daripada kepribadian,yaitu individualita, kebulatan
serta sifat-sifat khas pribadi manusia. Menurut Adler tiap orang adalah suatu
konfirmasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas, tiap tindak
yang dilakukan oleh seseorang membawakan corak khas gaya hidupnya yang bersifat
individual.
2.
Pandangan teologis : Finalisme semu
Sehabis memisahkan
diri dari Freud, Adler lalu sangat dipengaruhi oleh filsafat “se-akan-akan
“yang dirumuskan oleh Hans Vaihinger dalam bukunya yang berjudul Die
Philosophie des Als-Ob (1911).
Vaihinger
mengemukakan, bahwa manusia hidup dengan berbagai macam cita-cita atau pikiran
yang bersifat semu, yang tidak ada buktinya atau pasangannya dalam realita.
Adler mengambil ajaran filsafat positivisme idealis yang bersifat pragmatis itu
dan disesuaikannya dengan pendapatnya sendiri.
Di dalam filsafat
Vahinger itu Adler menemukan pengganti determinisme historis Freud yang
menekankan factor konstitusional serta pengalaman masa kanak-kanak. Adler
menemukan gagasan bahwa manusia lebih didorong oleh harapan-harapannya terhadap
masa depan daripada pengalaman-pengalaman masa lampaunya. Tujuan itu tidak ada
di masa depan sebagai bagian daripada suatu rancangan teleologis, melainkan ada
secara subyektif (dalam diri si subyek) pada waktu kini sebagai keinginan atau
cita-cita yang mempengaruhi tingkah laku dewasa ini.
Tiap orang mempunyai
Leitlenie, yaitu rancangan hidup rahasia yang tidak disadari, yang
diperjuangkannya terhadap segala rintangan. Tujuan yang ingin dikejar manusia
itu mungkin hanya suatu fiksi, yaitu suatu cita-cita yangtak mungkin
direalisasikan, namun kendati pun demikian merupakan precut yang nyata bagi
usaha manusia, dan karenanya juga merupakan sumber keterangannya bagi tingkah
lakunya.
Menurut Adler orang
yang normal dapat membebaskan diri dari fiksi ini, sedangkan orang yang
neurotis tidak.
3.
Dua dorongan pokok
Di dalam diri manusia
terdapat dua dorongan pokok, yang mendorong serta melatarbelakangi segala tingkah
lakunya, yaitu :
a.
Dorongan kemasyarakatan yang mendorong manusia
bertindak yang mengabdi kepada masyarakat.
b.
Dorongan keakuan, yang mendorong manusia bertindak yang
mengabdi kepada diri sendiri.
Mengenai dorongan
keakuan ini pendapat Adler mengalami perkembangan sejak tahun 1908 dia telah
sampai pada kesimpulan bahwa dorongan agresif lebih penting daripada dorongan
seksuil. Kemudian nafsu agresif itu diganti dengan keinginan berkuasa dan lebih
kemudian lagi ini digantinya dengan dorongan untuk superior, dorongan untuk
berharga, untuk lebih sempurna.
4.
Rasa rendah diri dan kompensasi
Sejak mula-mula
menjadi dokter, Adler telah menaruh perhatian terhadap fungsi-fungsi jasmani
yang kurang sempurna, hal ini dirumuskannya dalam Organ minderwertigheit und
ihre psychische kompensationen (1912). Ia pun menyelidiki tentang penyebab
orang sakit menderita di daerah-daerah tertentu. Menurutnya hal itu disebabkan
daerah-daerah tersebut kekurangan kesempurnaan. Kemudian Adler menerbitkan
monograf tentang minder wertigkeit von organen Adler memperluas pendapatnya
tentang rasa rendah diri; pengertian ini mencakup segala rasa kurang berharga
yang timbul karena tidak mampuan psychologis atau social yang dirasa secara
subyektif, atau pun karena keadaan jasmaniah yang kurang sempurna.
Adler berpendapat
bahwa rasa rendah itu bukanlah suatu pertanda ketidaknormalan, melainkan justru
merupakan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia. Tentu saja
dapat juga rendah diri itu berlebih-lebihan sehingga manifestasinya jug tidak
normal, misalnya timbulnya kompleks rendah diri atau kompleks untuk superior.
Tetapi dalam keadaan normal rasa rendah diri itu merupakan pendorong kearah
kemajuan atau kesempurnaan.
Dalam pada itu perlu
dicatat bahwa Adler bukanlah seorang hedonist; kendatipun rasa rendah diri itu
membawa penderitaan, namun hilangnya rasa rendah diri tidak mesti berarti
datangnya kenikmatan. Bagi Adler tujuan manusia bukanlah mendapatkan
kenikmatan, akan tetapi mencari kesempurnaan.
5.
Dorongan kemasyarakatan
Secara teori, dalam
arti yang luas, dorongan kemasyarakatan merupakan dorongan untuk membantu
masyarakat untuk mencapai tujuan masyarakat yang sempurna. Dorongan
kemasyarakatan itu adalah dasar yang dibawa sejak lahir. Pada dasarnya manusia
adalah makhluk sosial. Namun sebagaimana lain-lain kemungkinan bawaan,
kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tidak nampak secara spontan,
melainkan harus dibimbing dan dilatih.
Perkembangan teori
Adler dapat digambarkan sebagai berikut:
Ø
mula-mulai manusia dianggap didorong oleh
dorongan untuk mengejar keakuan dan kekuasaan sebagai lantaran untuk mencapai kompensasi bagi rasa
rendah dirinya
Ø
selanjutnya manusia dianggapnya didorong oleh
dorongan kemasyarakatan yang dibawa sejak lahir yang menyebabkan dia menempatkan
kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Namun perlu digarisbawahi, antara
dorongan keakuan dan dorongan kemasyarakatan adalah sama-sama penting. Sebagaimana
yang dinyatakan oleh Adler sendiri “Dorongan kemasyarakatan, disamping dorongan
untuk berkuasa, memainkan peranan terpenting dalam perkembangan kepribadian”.
6.
Gaya hidup, Leitline
Gaya hidup adalah
prinsip yang dapat dipakai landasan untuk memahami tingkah laku seseorang;
inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang. Tiap orang memiliki gaya
hidup yang berbeda-beda.
Gaya hidup seseorang
itu telah terbentuk antara umur tiga sampai lima tahun, dan selanjutnya segala
pengalaman dihadapi serta diasimilasikan sesuai dengan gaya hidup yang khas
itu. Setelah gaya hidupnya ini terbentuk praktis tak dapat diubah lagi. Orang
mungkin dapat merubah cara-cara untuk melahirkan atau menampakkan gaya hidupnya
tetapi gaya hidup itu sendiri akan tetap tidak berubah. Menurut Adler gaya
hidup itu ditentukan oleh inferiorita yang khusus, jadi gaya hidup itu adalah
suatu bentuk kompensasi terhadap kekurangan sempurnaan tertentu
7.
Diri yang kreatif.
Diri yang kreatif
adalah penggerak utama, pegangan filsafat, sebab pertama bagi semua tingkah
laku. Susahnya menjelaskan persoalan ini ialah karena kita kita tak dapat
menyaksikannya secara langsung akan tetapi hanya dapat menyaksikan lewat
manifestasinya. Inilah yang mengantarai antara perangsang yang dihadapi
individu dengan respon yang dilakukannya. Diri yang kreatif inilah yang memberi
arti kepada hidup, yang menetapkan tujuan serta membuat alat untuk mencapainya.
BAB
VII
THEORI
KEPRIBADIAN KURT LEWIN.
Theori Lewin ini
dapat dimengerti dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian.
I.
Struktur
Kepribadian.
Kenyataan
psikologis yang selalu dipegang ialah bahwa pribadi itu selalu ada dalam
lingkungannya, pribadi tak dapat dipikirkan lepas dari lingkungannya.
- Pribadi.
Selaras dengan
prinsip ilmu jiwa Gestalt, cara menggambarkan pribadi itu secara struktural
ialah dengan cara melukiskan pribadi itu sebagai kesatuan yang terpisah dari
hal-hal lainnya di dunia ini. Penggambaran
ini dapat dilakukan dengan bermacam-macam
cara. Misalnya dapat dengan kata-kata, dan secara seperti yang terdapat pada
ruang (topologic). Lewin memilih cara yang kedua itu karena :
(1) Penggambaran
secara ruang itu memungkinkan pendekatan secara mathematic, sedangkan
penggambaran dengan kata-kata tidak.
(2) Penggambaran
dengan kata-kata banyak mengandung keragu-raguan dan karenanya banyak
menimbulkan salah mengerti sedangkan penggambaran secara ruang tidak.
Bagaimanakah Lewin menggambarkan
pemisahan antara pribadi itu dengan yang lain-lainnya di dunia ini? Yaitu
dengan membuat gambaran tertutup (lihat gambar 1).
Gambar 1. Pribadi (P).
Non P. Non
P.
Batas gambar itu menggambarkan
batas daripada kesatuan yang disebut pribadi. Semua yang terdapat di dalamnya adalah P
(pribadi person)
sedangkan yang diluarnya adalah non P (bukan pribadi).
B. Lingkungan
Psychologis.
Kalau kita hanya
mempersoalkan sifat-sifat pribadi maka kita cukup menggambarkan P sebagai
kesatuan yang tertutup itu. Tetapi apa
bila kita berbuat demikian,
maka kita melupakan betapa penting hubungan pribadi itu dengan sekitarnya, kita
melepaskan pribadi dari dunianya. Maka
langkah selanjutnya untuk menggambarkan kenyataan psychologis itu ialah dengan
cara melukiskan gambaran
tertutup lagi yang lebih besar dari dan melingkupi gambaran P tadi (lihat
gambar2).
Juga disini bentuk dan ukuran tidak
penting. (Disini dipakai bentuk elips).
Non psychologis non psychologis
Rh = (P +Lp).
Gambar -. 2 : Pribadi dalam
lingkungan psychologis.
Dimana tempat P itu didalam elips tidak penting,
boleh dimana saja asal tidak bersinggung dengan elips itu.
Daerah didalam elips diluar P itu
disebut lingkungan psychologis (psychological environment), dan diberi tanpa
Lp. Daerah didalam elips termasuk juga
lingkungan ( P ) disebut ruang hidup (life space, Lebensraum) dan diberi tanda
Rh. Daerah di luar elips menggambarkan segi nonpsychologis dari pada dunia ini. Daerah
ini dapat disebut dunia fisik, walaupun istilah ini tidak tepat, sebab daerah
ini tidak hanya menggambarkan fakta-fakta fisik melulu.
Gambaran yang telah dikemukakan
diatas itu merupakan representasi dari pada masalah inti dalam pemikiran psychologis
Lewin,yaitu pribadi-lingkungan
psychologis dan ruang hidup.
C. Ruang
hidup.
Ruang hidup
(atau yang disebut juga "medan psychologis" atau "keseluruhan
situasi"), adalah totalita realita psychologis, yang berisikan semua fakta
yang dapat mempengaruhi tingkah laku individu pada sesaat. Dengan kata lain,
tingkah laku adalah fungsi daripada ruang hidup
: T1 = f (Rh). Dan ruang hidup itu adalah hasil
interaksi antara Pribadi
(P) dan lingkungan
psychologis (Lp); karena itu pernyataan diatas dapat di gambarkan T1= f (Rh) =
f (P, Lp).
Lingkungan
psychologis adalah lingkungan sebagaimana adanya bagi seseorang. Lingkungan
psychologis adalah bagian dari ruang hidup, karenanya sifat-sifatnya tidak
hanya ditentukan oleh sifat-sifat lingkungan obyektif, tetapi juga oleh
sifat-sifat pribadi.
Morton Deutsch,
seorang ahli dalam theori medan, dalam penyelidikannya menemukan, bahwa Lewin
menggunakan istilah pribadi (person) itu dalam tiga hal :
(1) Untuk menunjukkan sifat-sifat
individu (kebutuhan-kebutuliannya, keyakinan-keyakinannya, persepsinya dan
sebagainya), yang dalam interaksi antara sesamanya dan dengan lingkungan
obyektif menimbulkan ruang hidup.
(2). Untuk
menunjukkan gejala yang sama dengan ruang hidup.
(3) Untuk
menunjukkan pribadi didalam ruang hidupnya, atau seperti yang dikatakan orang
"the behaving-self'. Lingkungan psychologis dan the behaving self itu
tergantung satu sama lain, berhubungan timbal balik fungsional.
Tingkah laku. Istilah "tingkah
laku" (behaviour) dipakai untuk menunjukkan tiap perubahan didalam ruang
hidup yaitu perubahan dalam arti psychologis. Jadi, tidak semua gerakan pribadi
serta perubahan dalam lingkungan sebagai akibat gerakan pribadi itu.
Misalnya, apabila seorang anak
bergerak dari mobil ke rumahnya sementara
dia tidur, itu bukan tingkah laku.
Contoh lain : Seorang anak memukul
bola kasti, bola mengenai kaca jendela dan pecah, maka "pecahannya" kaca
jendela itu bukan tingkah laku si anak itu. Jadi tingkah laku itu adalah
terutama perubahan dalam ruang hidup, tidak dalam ruang obyektif. Nyatalah, bahwa
yang dimaksud dengan tingkah laku ini tidak dapat langsung diamati, tetapi
hanya dapat disimpulkan dari apa yang dapat diamati.
Disamping arti tersebut diatas,
Lewin juga memakai kata tingkah laku dalam arti yang umum, yaitu dalam
interaksi yang nampak antara, individu dan lingkungan obyektifnya.
D. Differensiasi
Ruang Hidup
Penggambaran ruang hidup (pribadi,
dalam lingkungan psychologis) seperti yang telah diberikan dimuka itu tidak cukup
menggambarkan kenyataan yang sebenarnya,
sebab dalam kenyataannya baik pribadi maupun lingkungan psychologisnya itu
tidak pernah merupakan unitas yang mutlak, tetapi mempunyai differensiasi.
Struktur ruang hidup tidak homogen, tetapi heterogen, terdiri atas bagian-bagian
yang satu sama lain saling
berhubungan dan saling
bergantung.
E. Banyaknya daerah.
Banyaknya daerah
itu ditentukan oleh banyaknya fakta-fakta psychologis yang ada pada sesuatu siasat. Apabila hanya ada
dua fakta dalam ruang hidup, pribadi dan lingkungan psychologisnya, maka hanya
ada dua daerah didalam ruang hidup (lihat gambar 2). Apabila lingkungan
psychologis terdiri dari dua fakta, misalnya kerja dan permainan, maka Lp harus
dibagi dua dan
Apabila ada bermacam-macam permainan, misalnya kasti, volley, sepakbola dan
sebagainya, maka daerah permainan itu harus dibagi menjadi sebanyak macam
permainan itu.
Demikian pula apabila ada beberapa
macam pekerjaan.
Daerah didalam
pribadi digambarkan dengan cara
seperti itu pula. Apabila kenyataan yang ada dalam pribadi itu hanya satu
macam, misalnya
lapar, maka daerah D.P. itu hanya satu saja. Tetapi apabila misalnya lapar itu
juga disertai oleh
kebutuhan untuk menyelesaikan pekerjaan, maka ada dua daerah. Dermikian seterusnya.
Catatan : Fakta dalam Lp biasa
disebut valensi, sedangkan fakta dalam P biasa disebut kebutuhan.
F. Dimensi-dimensi
ruang hidup.
Ruang hidup itu mempunyai dimensi
waktu dan dimensi realita-realita.
- Dimensi waktu.
Kurd Lewin
berpegang pada prinsip kekinian. Walaupun menurut prinsip kekinian masa lampau
dan/atau masa depan tidak mempengaruhi tingkah laku kini, tetapi sikap
perasaan, pikiran dan sebagainya mengenai masa lampau dan/atau masa depan (yang
ada atau terjadi kini) mempengaruhi tingkah laku kini. Karena itu masa kini
harus juga memuat sangkut pautnya dengan masa lampau dan masa depan (dalam arti
psychologis) Lewin menunjukkan,
bahwa ruang hidup neonatus
dapat digambarkan sebagai medan yang daerah-daerahnya relatif sedikit dan
kurang jelas bedanya satu soma lain. Anak tak punya pengertian tentang masa
lampaunya, harapan-harapan mengenai masa depan juga belum ada, anak hanya dipengaruhi oleh situasi
yang ada pada sesuatu saat. Dengan kata lain ruang hidupnya tidak mempunyai
dimensi waktu. Perubahan pokok dalam perkembangan anak adalah makin
meningkatnya differensiasi, termasuk juga
differensiasi dalam dimensi waktu.
Makin dewasa
anak maka pengertian mengenai masa lampau makin ada, dan perencanaan makin
menjangkau kedepan,
toleransi terhadap ditangguhkannya sesuatu makin meningkat dan aktivitas-akttivitas yang berlangsung dalam
jangka waktu yang lama makin diorganisasikan sebagai suatu kesatuan. Makin dewasa
seseorang, maka gambaran mengenai masa depan itu ma-kin memainkan peranan
penting dalam hidup kejiwaannya.
- Dimensi realita-realita.
Differensiasi
dalam ruang hidup itu membawa differensiasi pula, dalam dimensi realita-realita, realita berisikan
fakta khayal.
Diantara kedua bentuk ekstrim itu terdapat berbagai taraf, seperti perbuatan
itu lebih mempunyai realita daripada berbicara tentang perbuatan itu, tujuan yang ideal
kurang sifat realitanya dari pada
tujuan yang dan sebagainya.
II.
Dinamika Kepribadian.
Dalam membahas
dinamika Kepribadian, Lewin mengemukakan konsep-konsep yang istilah-istilahnya
mengambil dari istilah-istilah Ilmu Pengetahuan alam. Pengertian-pengertian pokok yang
dipergunakan oleh Lewin, di dalam
hal ini ialah : energi, tension, need, valence dan force atau vektor.
Ø Energi,
Lewin
berpendapat bahwa tiap gerak mesti menggunakan energi Pribadi dipandangnya
sebagai sistem energi. energi yang menyebabkan kerja psikologis, disebut energi
psikhis.
Ø Tension
(tegangan).
Tension, adalah
keadaan pribadi. Keadaan relatif daerah dalam pribadi yang satu terhadap daerah
yang lain.
Ada dua sifat daripada tension
itu. Yaitu
I.
Keadaan tegang pada
sesuatu sistem,
cenderung untuk menyamakan diri dengan system yang ada disekitamya.
Sistem yang mempunyai tegangan yang tinggi mengalirkan energinya ke sistem yang
ada disekitarnya, yang mempunyai tegangan yang rendah, sehingga tegangannya sama. Kejadian psikhologis
yang menyebabkan tension itu menjadi samarata disebut proses psikhologis.
Misalnya : berfikir, mengamati, merasakan, mengingat, dsb.
Jadi,
misalnya pribadi dihadapkan kepada sesuatu masalah, maka energi psikhisnya
akan. dikumpulkan kepada daerah fikir, sehingga dia akan mengalami tegangan
pada salah satu sistemnya.
Untuk menyelesaikan masalah itu, dan karenanya akan menghilangkan atau
mengurangi tegangan, dia melakukan proses berfikir. Apabila telah didapat
pemecahan, energi dan tegangan akan merata, dan pribadi akan kembali didalam
keadaan seimbang.
II. Bagaimana tension itu merata, tergantung
kepada kuat atau lemahnya batas
antara sistem-sistem itu.
Ø Need
(kebutuhan).
Keadaan atau sifat pribadi yang
menyebabkan meningkatnya tension, dapat bempa :
- Keadaan
fisiologis, misaInya haus atau lapar.
- Keinginan
akan sesuatu, misainya; mobil, makan, minuet, dsb.
- Keinginan
mengerjakan sesuatu, misdnya : menulis, menyapu, menjahit, dsb.
Dengan demildan nyata bahwa kebutuhan
itu merupakan motif, keinginan atau dorongan.
Ø Valence
(nilai).
Valence, adalah pengertian yang
dipakai oleh Lewin, untuk menggambarkan sifat daripada lingkungan psikhologis.
Yaitu nilai lingkungan psikologis itu bagi pribadi. Ada dua macam nilai, yaitu
positif atau negatif.
Sesuatu mempunyai nilai positif,
bila menyebabkan berkurang atau hilangnya tegangan jika pribadi memasuki daerah
itu, serta menyebabkan meningkatnya tegangan kalau pribadi tercegah untuk mendapatkannya.
Misalnya : makan bagi orang yang lapar.
Sesuatu akan mempunyai nilai
negatif, bila menyebabkan meningkatnya tegangan jika pribadi menghampirinya,
dan menyebabkan menurunnya tegangan, bila pribadi meninggalkannya. Misalnya:
Anjing, bagi orang yang takut
anjing.
Jadi Valensi positif bersifat
menarik dan valensi negatif bersifat menolak.
Ø Force
atau Vector.
Valence, bukan Sesuatu yang
mendorong pribadi untuk bergerak dalam lingkungan psikologis, tetapi hanya
memberikan arah gerakan itu. Yang mendorong adalah force atau vektor. Sesuatu
gerakan terjadi bila ada kekuatan yang cukup besar, yang mendorong pribadi.
Kekuatan itu berkoordinasi dengan kebutuhan, tetapi bukan tegangan. Kekuatan
itu mempunyai tiga
sifat, yaitu arah, besar dan titik tangkap. Ketiga sifat itu digambarkan dengan vektor.
Arah kekuatan digambarkan dengan arah vektor. Besar kecilnya kekuatan
digambarkan dengan panjang pendeknya vektor. Titik tangkap digambarkan dengan
tempat anak panah vektor. Jadi : P. Apabila hanya ada satu vektor yang beraksi
terhadap P, maka
akan terjadi gerakan atau kecenderungan bergerak dalam arah yang diberikan oleh
vektor itu. Kalau ada dua vektor atau lebih, maka gerakan atau kecenderungan bergerak
itu, adalah dalam arah seperti resultan vektor-vektor tersebut.
Ø Locomotion
(gerakan).
Bagaimanakah cara menggambarkan gerakan
itu? Untuk menjelaskan
soal ini akan diberikan contoh
konkrit sebagai ilustrasi.
Misalnya:
seorang anak melewati sebuah
toko, dan melihat
dietalage di toko itu sebuah boneka yang sangat
bagus, dan ingin memilikinya.
Jadi melihat boneka menimbulkan kebutuhan akan boneka. Misalnya anak itu harus masuk ke toko itu untuk membeli
boneka itu, maka dapat digambar kan sebagai berikut ---à
(P) --- à
+boneka Tetapi apabila anak itu
tidak mempunyai
uang, maka situasi akan menjadi lain. Batas antara anak itu dan boneka lalu
merupakan rintangan yang tak tertembus. Anak itu hanya mendekati kaca etalage
dan memandang boneka itu dengan penuh keinginan. Situasi semacam itu dapat
digambarkan sebagai berikut: ---à(P)-----à+boneka.
Ø Perubahan
struktur.
Dinamika kepribadian itu juga
nampak pada perubahan struktur lingkungan psikologis. Perubahan itu dapat
berlangsung dalam berbagai cara:
1.
Nilai daerah-daerah berubah. Hal ini dapat secara :
a. kuantitatif, yaitu dari
positif sedikit kepositif banyak, atau dari negatif banyak kenegatif sedikit.
b. kualitatif, dari negatif
kepositif atau sebaliknya.
2. Vektor berubah. Yaitu
berubah dalam arahnya, dalam kekuatannya dan dalam arti kekuatannnya.
Menurut Lewin,
inti belajar dan pemecahan sesuatu masalah itu, terletak dalam perubahan
struktur itu.
Ø Tujuan
Proses Psikologis.
Dalam hal ini
Lewin berpendapat bahwa tujuan semua proses psikologis itu adalah kembali
kekeseimbangan jiwa. Yaitu keadaan tanpa tegangan.
III.
Perkembangan
Kepribadian.
Walaupun Lewin
tidak menentang pendapat bahwa keturunan dan kematangan penting peranannya
dalam perkembangan
individu, namun dia
sama sekali tidak membahas masalah tersebut.
Karena menurut pendapatnya
masalah tersebut, tidak termasuk bidang
ilmu jiwa, melainkan termasuk bidang biologi.
Hakekat perkernbangan itu menurut Lewin adalah
perubahan tingkah laku.
Pokok-pokok pikirannya adalah :
ü Perkembangan,
berarti perubahan didalam
variasi tingkahlaku. Makin bertambah umur seseorang, variasi kegiatannya makin
bertambah puIa.
ü Perkembangan,
bemrti perubahan dalam organisui dan struktur tingkah laku.
Makin
bertambah umur anak, tidak hanya variasi tingkah lakunya yang bertambah, struktur dan
organisasi tingkah lakunya bertambah. Makin lama
makin kompleks. Antara lain, yang bertambah :
1). Struktur relasi bertambah.
Anak
kecil yang mula-mula baru
dapat mengadakan relasi dengan ibunya, makin lama dapat berelasi dengan orang
lain dan makin lama makin banyak.
2). Hierarki
bertambah kompleks.
Anak
kecil yang mula-mula hanya dapat menggunakan sesuatu alat permainan, maka makin
bertambah umurnya, ia akan makin banyak menggunakan alat permainan itu untuk
kebutuhan-kebutuhan yang makin banyak pula.
3). Struktur
tingkah laku
menjadi lebih kompleks.
Anak
kecil yang semula hanya dapat melakukan sesuatu perbuatan, makin bertambah
umurnya makin banyak pula untuk dapat melakukan perbuatan.
c). Perkembangan,
berarti bertambah luasnya arena aktivitas.
Makin
bertambah dewasa seseorang, maka arena aktivitasnya makin bertambah luas.
Kecuali arena dalam arti yang biasa, juga terjadi perluasan dalam dimensi
waktu. Misalnya, anak kecil terikat pada masa
kininya, makin bertambah umurnya,
ia makin luas pula
pandangan waktunya, dan
pada masa dewasanya ia dapat
melihat kemasa lampau untuk merencanakan masa
kininya agar dapat menyongsong masa
yang akan datang.
d). Perkembangan,
berarti perubahan dalam taraf realita.
Makin bertambah umur seseorang, maka
taraf realitasnya juga makin meningkat, artinya makin dapat membedakan antara
yang abstrak, khayal dengan yang realis, yang nyata. Hal ini bersangkutan
dengan perkembangan fantasi.
e). Perkembangan,
berarti makin terdifferensiasinya tingkah laku.
Anak
kecil yang semula hanya dapat memegang sesuatu dengan kedua tangannya, makin
lama dapat memegang dengan satu tangan kemudian dengan kelima jarinya, akhirnya
cukup hanya dengan dua jarinya saja.
f). Perkembangan,
berarti stratifikasi.
Makin
bertambah umur, seseorang akan makin pandai menyembunyikan isi hatinya. Jika
anak kecil dapat berdusta semu, maka
orang dewasa dapat berdusta dengan sengaja. Ia dapat menyembunyikan
perbuatannya, hatinya, pikirannya.
BAB
VIII
TEORI
KEPRIBADIAN ALLPORT
STRUKTUR
DAN DINAMIKA KEPRIBADIAN
Dalam teori-teori yang lain
dipergunakan rangka pembicaraan struktur, dinamis, dan perkembangan
kepribadian. Rangka ini tidak dapat kita pakai dalam teori Allport, karena bagi
Allport struktur kepribadian itu terutama dinyatakan dalam sifat-sifat
(traits). Jadi struktur dan dinamika pada umumnya satu dan sama.
Allport
berpendapat bahwa masing-masing pengertian seperti refleksi bersyarat,
kebiasaan, sikap, sifat, diri,
dan kepribadian, itu semua bermanfaat. tetapi walaupun semua pengertian diatas
diterima dan dianggap penting, namun tekanan utama diletakkannya pada
sifat-sifat(traits), sedangkan disamping itu sikap (attitudes) dan intensi
(intentions) diberinya kedudukan yang kira-kira sama sehingga ada yang menanamkan
psychologi Allport itu adalah “ trait psychologi)”. Definisi Allport tentang
kepribadian.
A. KEPRIBADIAN, WATAK DAN TEMPERAMENT
a.
Kepribadian
Bagi Allport
definisi bukanlah suatu yang dapat dianggap enteng. Sebelum mengarah kepada
definisinya, Allport mengemukkan dan membahas definisi yang dikemukakan oleh
para ahli dalam bidang tersebut. Definisi-definisi tersebut digolongkannya
menjadi :
1.
Yang menunjukkakn etymologi atau sejarah pengertian itu
2.
Yang mempunyai arti etymologi
3.
Yang mempunyai arti Filosofis
4.
Yang mempunyai arti Sosiologis
5.
Yang berhubungan dengan segi lahiriah
6.
Yang mempunyai arti psychologis
Allport mengkombinasikan
unsur-unsur yang telah ada dalam definisi-definisi yang lebih dahulu itu dengan
menghindari kekurangan-kekurangan yang pokok. Definisi kepribadian itu sebagai
“ what a man really is”. Namun definisi ini dianggap terlalu singkat kemudian
dikembangkan dan lebih memadai.
Kepribadiaan adalah organisasi
dinamis dalamindividu sebagai sistem psychophysis. yang menentukan caranya yang
khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar.
Penjelasan :
1.
“Dinamic organisation”
menyatakan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah, walaupun dalam
organisasi atau sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen dari
pada kepribadian.
2.
‘psychopysical” menunjukkan
bahwa kepribadian bukanlah eksklusif (semata-mata) mental dan bukan neural.
Organisasi kepribadian melingkupi kerja tubuh dan jiwa ( tak terpisah) dalam
kesatuan kepribadian.
3.
“determine” menunjukkan
bahwa kepribadian mengandung tendens-tendens determinasi yang memainkan peran
aktif didalam tingkah laku individu.
Bagi
Allport kepribadian bukanlah susunan si pengamat, bukan pula sesuatu yang ada
selama ada yang lain yang beraksi terhadapnya. Jauh dari kepribadian mempunyai
eksistensi riil, termasuk juga segi-segi neural dan psychologis. “ Unigue” yang
menunjukakan tekanan utama yang diberikan oleh Allport pada individualitas.
Tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam caranya menyesuaikan diri
terhadap lingkungan sekitar, jadi dengan demikian tidak ada dua orang yang
memiliki kepribadian yang sama.
4.
Dengan menyatakan “
adjustmenst to bhis everironment” Allport menunjukkan keyakinannya, bahwa
kepribadianlah yang mengantarai individu dengan lingkunagan fisis dan
lingkungan psychologinya, kadang-kadang mendukungnya dan kadang-kadang
menguasainya. Jadi kepribadiaan adalah sesuatu yang mempunyai fungsi atau arti
adaptasi yang menentukan.
b.
Watak (character).
Walaupun
istilah kepribadian dan watak sering digunakan secara bertukar-tukar, namun
Allport menunjukkan, bahwa biasanya kata watak menunjukkan arti normatif, serta
menyatakan bahwa watak adalah pengertian ethis dan menyatatakan, bahwa
character is personality evaluated and pesonality is character devaluated”.
(Watak adalah kepribadian dinilai, dan kepribadian adalah watak tak
dinilai).
c.
Temperament
Temperament
adalah diposisikan yang sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis
atau fisologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi didalam
perkembangan. Bagi Allport temperament adalah bagian khusus dari
kepribadianyang didefinikan sebagai berikut :
Temperament
adalah gejala karakteristik dari pada sifat emosi individu, termasuk juga mudah
tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan dan kecepatannya bereaksi, kwalitet
kekuatan suasana hatinya, dan segala cara dari pada fluktuasi dan intensitet
suasana hati, gejala ini tergantung kepada faktor konstitusional, dan karena
faktor keturunan.
B. SIFAT (TRAIT)
a.
Sifat
Adalah
tendens determinasi atau predisposis, dan didefinisikan oleh Allport bahwa:
Sifat adalah sistem neurophysis yang digenerasikan dan diarahkan, dengan
kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, dan memulai
serta membimbing tingkahlaku adaptif dan ekspresi secara sama. Yang terpenting
dari definisi diatas adalah tekanan terhadap individu dan kesimpulan bahwa
kecendrungan itu tidak hanya terikat kepada sejumlah kecil reaksi, melainkan
dengan seluruh pribadi manusia. Pernyataan “ neurophychic system” menunjukkana
jawaban affirmatif yang diberikan oleh allport terhadap pernyataan apakah
“sikap” itu benar-benar ada pada individu. Dengan mempertahankan pendirian
biosocial(yang menganggap bahwa trait itu hanyalah ada dalam pengamatan yang
dibuat oleh orang lain) dengan pendirian biophysic (yang menganggap) bahwa
trait itu tidak tergantung kepada pengamatan tetapi benar-benar mempunyai
exisistensi didalam pribadi.
b.
Sikap (attitutdes)
Perbedaan
antara pengertian sifat dan sikaf sulit diberikan. Bagi Allport kedua-duanya
adalah predisposisi untuk berespond, kedua-duanya khas dan memulai serta
mendorong dan membimbing tingkahlaku. Keduanya merupakan faktor genetis dan
belajar. Namun adapun perbedaan dari keduanya:
1.
Sikap (attitudes) itu
berhubungan dengan suatu
obyek atau sekelompok obyek sedangkan sifat tidak. Jadi sifat umum dari trait
hampir selalu lebih luas dari pada sikap, dalam kenyataannya makin banyak
jumlah obyek yang dikenai sikap itu.
2.
Sikap biasanya memberikan
penilaian (menerima atau menolak) terhadap obyek yang dihadapi sedangkan sifat
tidak.
c.
Type
Allport
membedakan antara sifat dan type.
Menurut
Allport orang dapat memiliki sesuatu sifat tetapi tidak suatu type. Type adalah
kontruksi ideal si pengamata dan seseorang
dapat disesuaikan dengan type itu tetapi dengan konsekwensi diabaikan
sifat-sifat khas individualnya. Sifat dapat mencerminkan sifat khas pribadi
sedangkan type malah menyembunyikannya. Jadi bagi Allport, type menunjukkan
perbedaan-perbedaan buatan yang tak begitu sama dengan kenyataan, sedangkan
sifat adalah refleksi sebenarnya daripada yang benar-benar ada.
Sifat-sifat umum dan sifat-sifat
individual
Suatu hal yang amat penting, dalam
mempelajari teori Allport ini ialah berusaha mengerti mengenai mengenai
perbedaan antara sifat-sifat umum dan sifat-sifat individual. Dia menyatakan,
bahwa didalam kenyataan tidak pernah ada dua individu mempunyai sifat yang
benar-benar sama. Walaupun mungkin ada kemiripan dalam struktur sifat dari individu-individu yang berbeda-beda,
namun selalu yang ada corak yang khas mengenai cara bekerjanya sifat itu pada
tiap individu yang menyebabkan
adanya perbedaan dengan sifat yang sama yang ada pada orang lain.
Jadi sebenarnya semua sifat itu
adalah sifat individual, artinya khas dan hanya dapat dikenakan ada satu
individu.
Walaupun tidak ada sesuatu sifat
yang dapat diamati pada lebih dari satu individu, namun Allport mengakui bahwa
pengaruh-pengaruh dari masyarakat dan kesamaan-kesamaan biologis yang mempengaruhi
perkembangan individu, ada sejumlah kecil cara-cara penyesuaian diri secara
kasar dapat dibandingkan.
Kalau diartikan secara teliti
definisi sifat itu, hanya sifat individualah sifat yang sebenarnya, karena :
Ø Sifat-sifat
selalu ada pada individu dan tidak dalam masyarakat
Ø Sifat-sifat
itu berkembang dan mengumum menjadi disposisi-disposisi dinamis dalam cara-cara
yang khas sesuai dengan pengalaman masing-masing individu. Sifat umum sama
sekali bukanlah sifat yang sebenarnya, melainkan hanyalah aspek-aspek yang
dapat diukur dari pada sifat individu yang kompleks.
d.
Allport membedakan
antara sifat pokok, sifat sentral dan sifat sekunder antara lain :
- Sifat pokok
Sifat
pokok ini demikian menonjol sehingga hanya sedikit saja kegiatan-kegiatan yang
tak dapat dicari baik secara langung maupun tidak langsung bahwa kegiatan itu
berlangsung karena pengaruhnya. Tidak ada sifat semacam itu yang lama
tersembunyi, individu dikenal dengan sifat itu, dan bahkan mungkin menjadi
terkenal dalam sifat itu. Kualitas yang demikian dominan pada individu itu
sering disebut the insinent trait, the euling passion, atau the radix of live.
Macam sifat ini relatif kurang biasa dan kurang menampak pada tiap orang.
- Sifat sentral ( central trait)
Sifat
central tait lebih khas, dan yang merupakan kecendrungan-kecendrungan individu
yang sangat khas/karakteristik, sering berfungsi dan mudah ditandai.
- Sifat sekunder ( secundary trait)
Sifat
sekunder ini nampaknya berfungsi lebih terbatas, kurang menentukan didalam
deskripsi kepribadian, dan lebih terpusat (khusus) pada respon-respon
didasarinya, serta perangsang-perangsang
yang dicocokinya.
- Sifat ekspressif
Merupakan
disposisi yang mempengaruhi bentuk tingkah laku, tapi yang ada kebanyakan orang
tidak mempunyai sifat mendorong. Sifat tidak merupakan reflektor dari
perangsang-persang luar. Dalam kenyataannya individu aktif mencari perangsang
yang tepat untuk membuat sifat berfungsi. Seseorang yang mempunyai sifat jelas
suka bergaul tidak akan menanti situasi untuk mengekpresikan sifat itu, tetapi
dia akan menciptakan situasi dimana dia dapat bergaul dengan orang-orang lain.
f.
Ketetapan
Ketetapan digunakan untuk menandai
sifat, sifat dapat dikenal hanya karena keteraturan atau ketetapannya di dalam
cara individu bertingkah laku. Kenyataan, bahwa ada banyak sifat-sifat yang
saling menutupi satu sama lain yang serempak aktif menunjukkan ketidak tetapan yang
jelas didalam tingkah laku individu relatif akan sering ditemukan. Selanjutnya,
bahwa sifat-sifat itu terorganisasi secara khas dan individu memberi kesimpulan
bahwa sifat-sifat itu meliputi unsur-unsur yang nampaknya tidak tetap apabila dipandang
dari segi normatif atau dari luar. Jadi kita
mungkin menyaksikan ketidak tetapan tingkah laku yang sebenarnya
mencerminkan batin yang tetap yang terorganisasi secara khas. Hal ini tidak
berarti bahwa setiap kepribadian itu mempunyai intelegensi sempurna. Dissosiasi
dan pendesakan mungkin ada dalam kehidupan. Tetapi ketetapan itu adanya lebih
dari pada yang
dapat dicari oleh metode-metode psychologis.
C.
INTENSI
Lebih
penting dari penyelidikan mengenai masa lampau ialah penyelidikan mengenai intensi
atau keinginan individu mengenai masa depannya. Istilah itensi ini digunakan
dalam arti yang meliputi pengertian : harapa, keinginan, ambisi, cita-cita,
rencana-rencana seseorang. Teori Allport menunjukkan, bahwa apa yang akan
dicoba oleh seseorang merupakan kunci dan hal yang terpenting bagi apa yang
dikerjakan sekarang. Jadi kalau dewasa
ini banyak para ahli mengutamakan masa lampau, maka Allport itu mirip sekali
dengan pendapat Adler dan Jung, walaupun tidak ada alasan untuk mengatakan
adanya pengaruh langsung dari mereka.
D.
PROPRIUM
Allport
mengemukakan hendaknya semua fungsi self atau ego itu disebut fungsi proprium
dari pada kepribadian. Fungsi-fungsi ini termasuk kesadaran jasmani,
self-identity, self-esteem, rasional, thaking, self-image, propriatostriving
dan fungsi mengenal. Sumua merupakan bagian-bagian yang vital dari pada kepribadian. Dalam
bidang inilah kita dapatkan akar dari pada ketetapan yang menandai sikap,
intensi dan evaluasi. Proprium tidak dibawa sejak lahir, tetapi berkembang didalam
perkembangan individu.
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Melihat
teori autonomi fungsional itu bahwa individu dari lahir sampai dewasa mengalami perubahan-perubahan yang
penting.
Kanak-kanak
(infant)
Allport
memandang neonatus itu semata-mata sebagai makhluk yang dilengkapi dengan
dorongan-dorongan dan releks-refleks. Jadi belum memiliki bermacam-macam sifat
yang dimilikinya.dengan kata lain belum memiliki kepribadian. Pada waktu kecil
anak telah mempunyai potensi baik pisik maupun temperament, yang aktualnya
tergantung pada perkembangan dan kematangan. Allport berpendapat bahwa ada
semacam aktivitas umum yang menjadi sumber dari tingkah laku yang bermotifasi
perkembangan tersebut. Pada jaman sekarang anak merupakan makhluk yang
mempunyai perasaan enak tak enak. Pada masa ini keterangan yang biologistis
yang bersandar pada pentingnya hadiah, atau hukuman efek, atau prinsip
kesenangan adalah sangat cocok. Jadi dengan didorong oleh kebutuhan mengurangi
ketidak enakan sampai minimal dan mencari keenakan sampai maksimal anak itu
berkembang.
Pertumbuhan
itu merupakan proses differensiasi dan intgrasi yang berlangsung secara
berangsur-angsur. Pada tahun pertama ini anak telah menunjukkan
perbedaan-perbedaan kwalitet, misalnya perbedaan ekspresi emosional, yang
cenderung untuk tetap dan terbentuk menjadi cara penyesuaian diri pada masa
selanjutnya.jadi beberapa tingkah laku anak itu merupakan perintis bagi
pola-pola kepribadian selanjutnya. Allport menyimpulkan bahwa anak menunjukkan
dengan pasti sifat-sifat yang khas.
TRANFORMASI
KANAK-KANAK
Perkembangan
ini melewati garis yang berganda. Bermacam-macam mekanisme atau prinsip dipakai
untuk membuat deskripsi mengenai perubahan sejak kanak-kanak sampai dewasa itu.
Dia
mempersoalkan differensiasi, integrasi, pematangan, imitasi, belajar, autonomi
fungsional, dan ekstansi self. Menurut Allport manusia itu adalah organisme
yang pada waktu lahirnya adalah makhlukbiologis, lalu berkembangmenjadi
individu yang egonya selalu berkembang, struktur sifat-sifatnya semakin luas,
dan aspirasi masa depan. Didalam perkembangan ini peranan yang paling
menentukan ada autonomi fungsional. Prinsip ini menjelaskan bahwa apa yang
mula-mula alat untuk tujuan boliogis dapat menjadi motif atau autonom yang
mendorong dan memberi arah tingkah laku.
BAB IX
TEORI KEPRIBADIAN PACASILA
A.
Dasar-dasar Kepribadian Pancasila
Para
ahli teori kepribadian menyusun teorinya berdasar
unsur-unsur, sehingga menggambarkan kepribadian manusia secara atomius
sintesis.Munculnya teori, rupanya segera memanggil para pengikutnya, oleh
karena didalamnya terdapat banyak
titik-titik yang hampir senyatanya ada didalam diri individu dengan
proses perkembangan dan segala variabilitasnya.
Menurut teori ini, kepribadian adalah merupaka suatu keseluruhan.
Keseluruhanlah yang muncul lebih dahulu, baru kemudian secara samar-samar dan
merata nampak bagian-bagian dalam keseluruhan itu. Tiap bagian telah menempati
tempatnya tersendiri dengan fungsinya sendiri yang tertentu, yang ditentukan oleh fungsinya seluruh keseluruhan itu,
sebaliknya keseluruhan juga akan dapat berfungsi bila tiap bagian telah ada
dalam keseluruhan itu. Tapi bukannya keseluruhan itu sama dengan jumlah bagian-bagian.
Dalam membicarakan
dasar-dasar kepribadian Pancasila ini, kita juga tidak akan berpendapat bahwa
sila-sila dalam Pancasila itu masing-masing berdiri sendiri-sendiri terpisah
yang satu dengan yang lain melainkan merupakan suatu keseluruhan. Kelimanya mempunyai fungsi
yang sama, sekalipun strukturnya nampak adanya hirarchi tertentu.
Kesatuan kelima yang bulat itu, yang merupakan dasar kepribadian
Pancasila ialah :
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa
2.
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3.
Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
dan
5.
Keadialn Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
B.
Struktur
Kepribadian Pancasila
Untuk dapat
menggambarkan betapa struktur kepribadian Pancasila itu pada tiap individu,
perlu kita adakan perjanjian dahulu. Yaitu, apabila tiap-tiap sila dalam
Pancasila itu kita dapat gambarkan dengan sebuah garis maka berdasar teori W.
Stern, maka garis itu akan merupakan hasil perkembangan yang makin tambah
panjang, dan sebagai hasil paduan antara potensi yang dibawa sejak lahir dengan
pengaruh dari luar tadi. Keadaan panjang garis itu pada tiap-tiap individu
tidak aka nada yang sama, demikian pula tiap-tiap sila yang terdapat pada
individu itu masing-masing. Dan oleh karenanya maka bila kelima garis tersebut
segilima pada tiap individu, maka bentuk segilima itupun akan bertambah besar
dengan keadaan yang berlain-lainan pula, baik antara individu yang satu dengan
yang lain, maupun pada satu masa kemasa yang lain pada seseorang individu itu.
Namun kelima garis tersebut selalu dalam kesatuan bulat berbentuk segilima.
Penggambaran strukurKepribadian Pancasila hanya dibataskan dalam empat
masa, dengan alasan bahwa :
- Pada sampai dengan umur 4 tahun, proses pembentukan itu hanya ditangani oleh keluarga, yang caranya hanyalah secara tradisional, menurut warisan dari orang tuanya masing-masing, yang jarang sekali ada keseragaman didalamnya. Dalam hal ini titik berat pembentukan, diletakkan kepada penanaman kebiasaan-kebiasaan yang baik agar sianak mendapat kesempatan berkembang didalam masyarat. Dalam hal ini peraturan tata tertib dalam keluarga, peraturan-peratuaran yang dituntut masyarakat setempat sempai dengan kebiasan-kebiasaan adat mendapat kesempatan penanaman sedalam-dalamnya, sehingga oleh karenanya, sifat anak disuatu tempat akan selalu Nampak sampai ia dewasa, dan dimana pun ia berada pada masa dewasanya nanti. Inilah yang diungkap dengan desa mawa cara Negara mawa tata. Didalam bahasa Inggris : You can take the boy out of the country, but you can’t take a country out of the boy. Pengaruh keluarga dan lingkungannya itu demikian dalam tertanamnya, sehingga kepada pulanya nanti akan merupakan dasar penggambaran bentuk kepribadian individu itu untuk selanjutnya.
- Sesudah masa dewasa, terbawa oleh perkembangan sendiri pula, secara kodrat jasmani sianak sudah tidak banyak mengalami pertumbuhan lagi. Dalam hal ini yang paling banyak memberi bantuan perkembangan pembentukan itu adalah masyarakat, sedangkan yang bertanggung jawab atas hasil pembentukan itu adalah individu itu sendiri. Lembaga-lembaga yang lain tidak besar lagi pengaruhnya. Keluarga (ayah-ibunya) hampir tidak berpengaruh lagi. Bahhkan mungkin individu itu telah menjadi pemimpin keluarga baru. Sekalipun ia misalnya masih mengikuti kuliah disuatu Perguruan Tinggi, ia telah berhak menentukan sendiri, apa yang dibutuhkannya, bilamana ia merasa membutuhkan, bagaimana cara dan apa tujuannyapun ditentukannya sendiri.
- Sejak masa Kanak-Kanak sampai Dewasa, pembentukan itu mendapat bantuan penuh dari ketiga lembaga, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kehadiran sekolah sebagai lembaga yang membantu pembentuka kepribadian itu, memegang peranan yang sangat penting, oleh karena sekolahlah satu-satunya lembaga, yang didalam melaksanakan tugasnya, menggunakan rencana, cara-cara, tujuan daan sarana serta prasarana yang dengan sengaja diatur dan direncanakan (secara sengaja teratur dan berencan). Oleh kareana itulah maka cara ini nanti yang akan mendapatkan kesempatan yang agak luas untuk meninjaunya.
C.
Perkembangan Pribadi Pancasila
Sekolah sebagai lembaga satu-satunya yang
melaksanakan tugasnya sebagai secara teratur dan berencana, adalah pada
tempatnya untuk diperhitungkan secara mendasar. Dengan kata lain, sekolah
memberi bantuan terbentuknya kepribadian itu secara formal. Pembagiannya
dilakukan sebagai berikut :
a.
s/d, umur 6 th. Individu berada dimasa Kanak-kanak. Dibentuk di Taman
Kanak-Kanak.
b.
s/d, umur 12 th. Individu berada dimasa Anak. Dibentuk di SD.
c.
s/d, umur 18 th. Individu berada dimasa Pubertas, dibentuk di SL.
d.
s/d, umur 24 th. Individu berada dimasa dewasa, dibentuk di Perguruan
Tinggi.
Pendidikan Moral
Pancasila, demikian nama mata pelajaran disekolah dari SD s/d. Perguruan Tinggiyang
hampir sama saja, isi dan caranya, bagaimanapun harus segera kita ganti dengan
cara-cara yang lebih benar dan baik. Bila kita menghendaki agar Pribadi
Pancasila itu benar-benar di hayati oleh tiap individu bangsa Indonesia,
sehingga dapat diamalkan dalam tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu diperlukan
adanya peninjauan secara psikophisis pada tiap masa sekolah, untuk dapat
dirumuskan apa bahan yang patutb disuguhkan dan bagaimana cara yang tepat yang
harus dilakukan oleh guru. Dengan cara semacam itu dapat dimutlakannya
kerjasama antar keluarga, sekolah dan masyarakat, kiranya tujuan akhir daripada
PMP itu akan benar-benar tercapai sebagaimanadiharapkan oleh bangsa kita.
a). Pada masa Kanak-Kanak., anak didik ditaman Kanak-Kanak. Secara
Psikophikis, mereka berada didalam masa realisme naïf. Untuk dapat mengerti apa
yang diajarkan guru, segala sesuatunya masih harus diberikan secara nyata
berperaga. Pengetahuan tentang Pancasila cukuplah mereka dapat menjawab apakah
Pancasila itu. Materinya adalah sila-sila dalam pancasila yang harus diucapkan
secara benar, baik urutannya maupun susunan kalimatnya. Untuk itu diperlukan
cara-cara tertentu. Misalnya dalam bentuk lagu, untuk dinyanyikan, ataupun
dibawakan sebagai suatu syair yang harus dideklamasikan, dsb. Sehingga tidak
akan pernah keliru lagi mereka mengucapkan Pancasila seperti yang masih banyak
terjadi seseorang yang sudah duduk di SD bahkan di Perguruan Tinggi.
Karena
anak masih ada dialam nyata, guru-guru Taman Kanak-Kanak perlu dipilih dari
mereka yang benar-benar mampu memberi contoh berbuat secara Pancasilais, sejauh
yang diperlukan anak-anaknya. Perlu perbuatan-perbuatan yang anak-anaknya yang
sekecil itu mengetahui bahwa pebuatan gurunya itu tidak baik/benar. Sianak yang
sedang pandai-pandainya meniru, apapun yang dilakukan oleh gurunya akan
ditirunya, lebih daripada apa yang dianjurkan oleh orang tuanya sekalipun.
Ajakan
untuk menghayati, siapakah yang mengatur siang dan malam, tumbu dan
bertambahnya tumbuh-tumbuhan yang ada disekitarnya, mengatur kemana air itu
mengalir, mengapa harus ada matahari, dsb. Adalah cara yang lebih kena daripada
sekedar mengatakan Tuhan. Tuhan, sekalipun seribu kali sehari. Adalah sama
sekali tidak dibenarkan oleh seorang yang mengatakan : Jika kamu ingin sesuatu,
mohonlah kepada Tuhan, sebab Tuhan itu Maha Kaya, Maha Murah, Maha Kasih. Yang
boleh dimohon kepada Tuhan hanyalah sesuatu yang abstak, misalnya :
Keselamatan, ketentraman, kesejahtraan, dsb. Mohon sesuatu yang bersifat
material, harus kepada orang tuanya, dengan cara yang baik-baik, yang sopan,
dan yang sangat penting saja. Hal yang semacam ini sangat perlu diarifi untuk
jangan sampai usaha penanaman keyakinan ber ke Tuhanan Yang Maha Esajustru
menumbuhkan Atheisme, karena cara-cara yang keliru, yang hanya dengan
melancarkan ancaman dan hukuman bila tidak takut kepada Tuhan.
b). s/d.
umur 12 th. Anak duduk di SD. Kehidupan anak sudah memasyarakat. Pengetahuan
Pancasila sudah harus lebih dikembangkan sampai anak dapat menjawab mengapa
kita harus ber Pancasila. Justru alam kehidupan jiwa anak yang semula bersifat
realisme naïf itu sudah mulai berkembang karena mulai tumbuhnya daya fantasi
anak. Anak sudah dapat menerima bahan-bahan pemikiran yang abstrak sekalipun
kadang-kadang memerlukan bantuan dengan benda-benda nyata, untuk sementara.
Perlu
ditanamkannya Pancasila sebagai alat pemersatu, justru Negara kita terdiri atas
lebih dari 3000 pulau, dengan bermacam-macam bahasa, suku bangsa kebiasaan,
adat, tatacara, bahan makanan, lingkungan, dsb. Kecakapan guru untuk menghubungkan suatu mata
pelajaran dengan sila-sila dalam Pancasila, sangat dibutuhkan. Bahkan harus di
jadikan tujuan pendidikan, disamping tujuan pengajaran. Usaha-usaha semacam ini
adalah merupakan tugas utama dari semua Lembaga pendidikan Guru, yang dengan
demikian tidak akan terjadi pekerjaan guru diserahkan kepada orang yang tidak
mempunyai penghasilan. Profesi guru baru akan mendapat pengakuan bila kemampuan
pancasilanya murid-muridnya Nampak didalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan dan
kecakapan guru untuk menuntun anak-ankanya mencapai sila yang manapun
lewatbahan pengajarannya, harus benar-benar terlatih.
c). s/d. umur 18 th. Anak duduk di SL.
Mereka secara psikophisis, berada didalam masa Pubertas. Dimasa inipara remaja
berada didalam keadaan serba tidak menentu. Bimbang ragu, pemenung tetapi
petualang, pemikir tetapi juga pelamun, pemberani tetapi juga petakut,
kadang-kadang optimis tetapi juga pesimis. Secara phisis, mereka memaqng sedang
berada dalam pertumbuhan jasmani yang optimal. Pertumbuhan tumbuhnya menemukan
formnyayang sebenar-benarnya dan hampir tidak akan mengalami pertumbuhan dan
pertambahan lagi. Urat-uratnya, pembuluh-pembulunya, kelenjar-kelenjarnya
seluruhnya telah tumbuh, lengkap dan mencapai fungsinya sebagaimana mestinya.
Kegoncangan jiwanya benar-benar
merupakan batu ujian, untuk menentukan masa depannya. Kehancuran dimasa remaja
ini, berarti kehancuran diseluruh dan sepanjang hidupnya, sekalipun keselamatan
dimasa remaja ini belumlah berarti akan tercapainya kebahagiaan dimasa yang
akan datang. Dalam hal ini betapa arti pentingnya kehadiran para pendidiknya.
Salah-salah, para pendidik sendiri mungkin malah menjadi sumber kehancuran
mereka dimasa mendatang, apabila mereka para pendididik itu tidak memahami mereka,
apabila mereka para pendidik tidak mampu menempatkan diri didalam posisinya
yang setepat-tepatnya.
Pada masa ini, para remaja harus
harus sudah sampai kepada taraf menjawabtantangan bagaimana kita harus ber
Pancasila. Apa Pancasila dan mengapa harus ber Pancasila harus benar-benar
sudah dikuasai, suapaya dapat ditingkatkan kepada bagaimana. Ini berarti mereka
bukan saja hafal, tahu atau mengerti, melainkan harus sudah menghayati apa
Pancasila itu, sebagai bahan untuk menjawab bagaimana ber Pancasila itu, yang
berarti bagaiman mereka harus berbuat dalam kehidupan sehari-hari sebagai
individu yang berkepribadian Pancasila. Disinilah baru tepat-tepatnya
pengetahuan tentang Pancasila seperti yang ditulis didalam bahan PMP itu ada
gunanya. Yaitu sebagai pedoman, bukan kitab sucinya, melainkan sekedar sebagai
pedomannya.
d). s/d. umur 24 th. Individu ini sudah
berada dalam tingkat dewasa. Ia sudah dapat bertanggung jawab sendiri dalam
segala tindakan dan perbuatannya. Kepribadian Pancasila harus sudah terpancar dalam sikapnya, tindakannya,
dan dalam cara berpikirnya. Mereka para mahasiswa tidak ada lain lagi
tantangannya terkecuali kesanggupan untuk mengamalkan kepribadian Pancasilanya
dalam kehisupan sehari-hari. Bahkan akan tumbuh menjadi seorang pemimpin atau
tidakkah mereka itu, bukan harus diuji dengan kemahirannya untuk ber verbal-verbalan dengan kata
Pancasila, melainkan dilihat dari bagaimana tata kehidupannya dalam keluarga,
bagaiman kehidupannya ditengah masyarakat, bagaimana sikapnya terhadap orang
manpun, dimanpun dalam keadaan apapun. Kekayaan pengetahuan dalam suatu bidang
bukanlah syarat menjadi seorang pemimpin.
Penelaahan secara filosofis secara
lebih luas dan mendalam serta cara yang praktis dalam pengamalan dan
penanamannya kepada adik-adik dan anak-anaknya mulai pula dapat diserahkan
kepada mereka para mahasiswa ini justru dalam keduudukannya sebagai generasi penerus.
Selama 18 tahun mereka para
mahasiswa itu digodog dalam kepribadin Pancasila, sehingga tidak ada alasan
lagiuntuk tidak dapat melaksanakan dalm bentuk amalan. Amal ilmiah dan ilmu
amaliyah adalah semboyannya sehari-hari didalam melaksanakan tridarma perguruan
tingginya. Sekedar menumpuk ilmu yang berlebihan sementara ia tidak mampu
mengorganisir pengetahuannya untuk dapat diamalkan, seperti keadaan nyata
sekarang ini, yaitu pengangguran intelektual, hanya akan menambah beban
masyarakat, yang seharusnya dipimpinnya. Tegasnya mereka harus berani
berswakarya, berwiraswasta, mandireng pribadi, membantu melancarkan jalannya
pembangunan, secara prefesional.
BAB X
BAGAIMANA MEMBINA PRIBADI DIRI
Sebenarnya diantar manusia yang satu
dengan yang lain, ada pula persamaannya, misalnya tentang masa-masa yang
dialami disepanjang hidupnya, sejauh manusia berada didalam kehidupan yang
normal. Tegasnya, tiap manusia akan slalu bersama melewati masa bayi, masa
Kanak-kanak, masa sekolah, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Tiap masa
mempunyai tugas yang hampir bersamaan pula. Masa Kanak-kanak, bertugas
mengembangkan diri dengan bermain. Masa anak, bertugas mengembangkan diri
dengan belajar, masa remaja, para remaja, bertugas membekali diri untuk
kehidupan yang bahagia, dan masa dewasa
bertugas membina keluarga dengan pekerjaan-pekerjaan yang mendatangkan
hasil, guna mempertahankan hidup dan kehidupan selanjutnya.
Tugas utama agar didalam pergaulan
dengan manusia yang l;ain, mereka dapat hidup dengan tenang, adalah bahwa ia
harus memiliki pribadi yang baik, yang berarti tidak ada alasan lagi yang lain
untuk datangnya ketidak tenangan. Hal
ini merupakan konsekwensi lanjut dari pada kesanggupannya untuk hidup. Cepat
atau lambat, masa untuk itu harus dimilikinya, dengan mengusahakan sendiri.
Dalam hal inilah arti kehadiran pendidikan ditengah kehidupan masyarakat. Yaitu
membantu agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan social manusia,
tanpa kehilangan kepribadiannya masing-masing. Usaha seperti itu masih harus
dilanjutkan oleh individu itu sendiri, bila tidak ada lagi waktu untuk
mendapatkannya disuatu perguruan. Sebab secara kodrat ia akan dibebani untuk
membina pribadi anak-anaknya.
Apapun yang dilakukan oleh
orang-orang yang ada disekitarnya, akan ditiru oleh anak-anak. Dengan demikian,
betapa harus berhati-hatinya orang tua membawa diri didepan anak-anak mereka,
sebab tiap geraknya, tiap ucapannya akan diisikan kedalam kandung
kepribadiannya didalam perkembangannya.
Menurut
pendapatnya Dr. Franz Dahler, tanda-tanda kepribadian sehat adalah
- Kepercayaan yang mendalam kepada diri sendiri dan orang lain
- Tidak merasa malu-malu dan ragu-ragu, tetapi berani
- Inisiatifnya berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa
- Tidak menderita rasa harga diri kurang, tapi ia mempunyai semangat kerja
- Bersikap jujur terhadap diri sendiri
- Mampu berdedikasi
- Senang mengadakan kontak dengan sesama
- Generatifitas
- Integritas
Dalam
buku Peter Lauster ada beberapa aspek psikis yang dapat digunakan untuk
membantu pembentukan pribadi, ataupun meningkatkan kepribadian. Aspek-aspek
tersebut adalah : Kepercayaan kepada diri sendiri, Sikap optimis, Sikap hati-hati, Sikap tergantung dengan orang lain, Sikap mementingkan diri sendiri, Ketahanan menghdapi cobaan, Toleransi, Ambisi, Kepekaan
sosial
referensinya tolong di kasih tau ya :D
BalasHapus