Senin, 16 Desember 2013

Teori Skinner


BAB I
PENDAHULUAN


1.1     Latar Belakang
          Belajar adalah proses perubahan prilaku (aktual maupun potensial). Perubahan itu pada dasarnya diperolehnya kecakapan baru perubahan terjadi karena usaha dengan sengaja. Secara umum, belajar memiliki tujuan diantaranya: untuk mendapatkan pengetahuan baru, untuk menanamkan konsep dan keterampilan dan pembentukan sikap. Ada beberapa bentuk-bentuk belajar menurut Gage (1984) diantaranya adalah belajar responden dan belajar operant. Belajar responden merupakan suatu respons dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Peneliti belajar ini adalah Ivan Pavlov. Ada juga belajar operant. Belajar ini sebagai akibat reinforsemen merupakan bentuk belajar lain yang banyak diterapkan dalam teknologi modifikasi perilaku.
          Selain bentuk-bentuk belajar, ada beberapa teori belajar. Pada mulanya teori-teori belajar dikembangkan oleh para ahli psikologi dan dicobakan tidak langsung kepada manusia di sekolah, melainkan menggunakan percobaan dengan binatang. Mereka beranggapan bahwa hasil percobaannya akan dapat diterapkan pada proses belajar mengajar untuk manusia. Pada tingkat perkembangan berikutnya, baru para ahli mencurahkan perhatiannya pada proses belajar-mengajar untuk manusia di sekolah. Penelitian-penelitiannya tertuang pada berbagai teori diantaranya Programmed text, Teaching Machiness, Association Theory, dll. Teori-teori ini kemudian berkembang pada suatu stadium yang berdasar atas prinsip Conditioning yakni pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Sehubungan dengan hal ini, kegiatan belajar cendrung diketahui sebagai suatu proses psikologis, terjadi dalam diri seseorang. Oleh karena itu, sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena prosesnya begitu kompleks, maka timbullah beberapa teori-teori belajar. Dari sekian banyak teori belajar yang ada, dalam pembuatan makalah ini yang dibahas adalah khusus mengenai Teori B.F.Skinner.

1.2     Rumusan Masalah
          Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam pembuatan makalah ini diantaranya :
1.2.1  Bagaimana penjelasan dari teori belajar Skinner?
1.2.2  Bagaimana penggunaan teori belajar Skinner?
1.2.3  Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori Skinner serta apa saja manfaatnya?

1.3     Tujuan Penulisan
          Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini diantaranya :
1.3.1  Untuk mengetahui penjelasan dari teori belajar Skinner.
1.3.2  Untuk mengetahui penggunaan teori belajar Skinner.
1.3.3  Untuk mengetahui kelebihan, kekurangan serta manfaat teori Skinner.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1     Penjelasan Teori Belajar Skinner (Operant Conditioning)
skinner-bust-70s.jpg          Teori Skinner sering juga disebut dengan operant conditioning. Dinamakan teori Skinner karena penelitian pada teori ini dilakukan oleh seorang ilmuan bernama lengkap Burhuss Frederic Skinner. Dia lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, dimana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Sebelum membahas lebih mendalam mengenai Teori Skinner ini, terlebih dahulu akan dibahas mengenai Teori Conditioning.
          Mula-mula teori Conditioning ini dipelopori oleh Ivan Pavlov (1927), kemudian dikembangkan oleh Watson (1970). Percobaan yang dilakukan Pavlov terhadap anjingnya menggambarkan bahwa belajar dilakukan dengan mengasosiasikan suatu ganjaran (reward) dengan rangsangan (stimulus) yang mendahului ganjaran itu. Perangsang bersyarat dan perangsang tidak bersyarat merupakan pengkondisian (conditioning) di dalam proses pembentukan perilaku. Watson mengembangkan teori ini melalui percobaan tentang gejala takut pada anak, dengan menggunakan tikus putih. Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses yang disebabkan oleh adanya syarat tertentu yaitu berupa rangsangan. Pengkodisian (conditioning) dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi terhadap perangsang tertentu menimbulkan proses belajar.
          Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons, tetapi berbeda dengan kedua ilmuan yaitu Pavlov dan Watson. Skinner kurang setuju dengan teori dari Pavlov. Skinner menyatakan bahwa teori Pavlov hanya berlaku bagi interaksi antara stimulus dan respons yang sederhana saja. Padahal manusia dalam menjalankan fungsinya memerlukan prilaku yang kompleks yang mempersyaratkan terjadinya interaksi stimulus dan respons yang kompleks pula. Dengan demikian, interaksi stimulus-respons dalam diri seorang individu tidaklah sesederhana itu.
          Menurut Skinner, kunci untuk memahami perilaku individu terletak pada pemahaman terhadap hubungan antara stimulus satu dengan stimulus lainnya, respons yang dimunculkan, dan juga berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner setuju dengan pendapat Watson yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku. Ada enam asumsi dasar dari teori Operant Conditioning ini, yaitu :
2.1.1  Hasil belajar merupakan perilaku yang dapat diamati;
2.1.2  Perubahan perilaku sebagai hasil belajar secara fungsional berhubungan dengan perubahan situasi dalam lingkungan atau suatu kondisi;
2.1.3  Hubungan antara perilaku dan lingkungan dapat ditentukan hanya jika elemen-elemen perilaku dan kondisi percobaan diukur secara fisik dan diamati perubahannya dalam situasi yang terkontrol ketat;
2.1.4  Data yang dihasilkan oleh percobaan-percobaan trhadap perilaku merupakan satu-satunya data yang dapat dipergunakan untuk mengkaji alasan munculnya suatu perilaku.
2.1.5  Sumber data yang paling tepat adalah perilaku dari masing-masing individu.
2.1.6  Dinamika interaksi antara individu dengan lingkungannya bersifat relatif sama untuk semua jenis makhluk hidup.

          Skinner mengembangkan teori operant conditioning ini melalui percobaan terhadap burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit. Apabila pengungkit itu kena tekanan maka ia dapat mengeluarkan makanan. Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu :
1.       Respondent response (reflexive response),
          Yaitu respons yang ditimbulkan oleh prangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu, yang disebut eliciting stimuli, menimbulkan respons-respons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.

2.       Operant Response (instrumental response),
          Yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforceri, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
          Dalam kenyataannya, respons jenis pertama itu (respondent response atau respondent behavior) sangat terbatas adanya pada manusia dan karena adanya hubungan yang pasti antara stimulus dan respons kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah kecil. Sebaliknya, operant response atau instrumental behavior merupakan bagian terbesar daripada tingkah laku manusia, dan kemungkinannya untuk memodifikasi \boleh dikatakan tak terbatas. Fokus teori Skinner adalah adalah pada respons atau jenis tingkah laku yang kedua ini; soalnya ialah bagaimana menimbulkan, mengembangkan dan memodifikasikan tingkah laku tersebut. Jika disederhanakan prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning itu adalah sebagai berikut :
1)      Dilakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku yang akan dibentuk itu.
2)      Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah laku yang dimaksud. Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
3)      Dengan mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing -masing komponen itu.
4)      Melakukan pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan komponen-komponen yang telah tersusun itu. Kalau komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan; hal ini akan mengakibatkan komponen itu makin cenderung untuk sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk, dilakukannya komponen kedua yang diberi hadiah (komponen pertama tidak lagi memerlukan hadiah); demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya, sampai seluruh tingkah laku yang diharapkan terbentuk.
Dalam kenyataan, prosedur penyederhanaan operant conditioning banyak variasi dan lebih kompleks.
          Komponen proses belajar menurut Skinner terdiri dari stimulus yang diskriminatif (discriminative stimulus) dan penguatan (positif, negatif, dan hukuman) untuk menghasilkan respons (perubahan tingkah laku). Stimulus yang diskriminatif menurut Skinner merupakan stimulus yang selalu hadir untuk pemunculan suatu respons. Kunci berwarna merah merupakan stimulus yang diskriminatif dalam percobaan Skinner terhadap burung merpati. Jika merpati mematuk kunci merah maka merpati akan memperoleh makanan. Setelah beberapa kali pengulangan, jika kunci diganti warna maka merpati tidak akan mematuk. Makanan dalam hal ini berfungsi sebagai faktor penguatan. Kemungkinan pemunculan respons dapat dimaksimalkan dengan kehadiran stimulus yang diskriminatif. Jika ada stimulus lain yang memiliki persamaaan dengan stimulus diskriminatif maka respons dapat dimunculkan kembali.
skinner box.jpg          Skinner juga membuat eksperimen dalam laboratoriumnya dengan memasukkan tikus kedalam kotak yang disebut Skinner Box.  Kotak ini sudah dilengkapi dengan berbagi perlengkapan yaitu tombol, alat pemberi makan, penampung makanan, lampu yang diatur nyalanya dan lantai yang dialiri oleh listrik.  Karena dorongan lapar sang tikus (hunger drive), si tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.









Selama tikus itu bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja tikus itu menekan tombol sehingga makanan keluar. Secara terjadwal, diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang di tunjukkan oleh tikus tersebut, sehingga proses ini disebut shapping. Tujuan dari eksperimen ini sendiri adalah bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Selain itu menghasilkan hukum-hukum dari teori belajar yaitu:
(1)     Law of operant conditioning,
          yaitu jika timbulnya perilaku yang diiringi dengan stimulus penguat, maka perilaku itu menguat.
(2)     Law of operant of extinction,
          yaitu jika timbulnya operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat , maka perilaku itu akan menurun.
(John W. satrock, 2007).

          Jika dalam teori Thorndike dikenal konsep reward, maka dalam teori Skinner menganggap reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Reinforcement (penguatan) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Dan Punishment (hukuman) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Secara umum reinforcement (penguatan) dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
A.      Dari Segi Jenisnya
          Dari segi jenisnya reinforcement dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
          a)       Reinforcemen primer yaitu reinforcemen yang berupa kebutuhan dasar manusia seperti; makanan, air, keamanan, dan kehangatan.
          b)      Reinforcemen sekunder yaitu reinforcemen yang diasosiasikan dengan reinforcemen primer, seperti; uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli kue kesukaannya.

B.      Dari Segi Bentuknya
          Dilihat dari segi bentuknya reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu:
             a)       Penguatan Positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll) dan berupa perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol, atau penghargaan).
          b)      Penguatan Negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, dll).
C.      Waktu pemberian reinforcemen,
          Keefektifan reinforcemen dalam prilaku tergantung pada berbagai factor diantaranya frekuensi atau jadwal pemberian reinforcemen. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen, yaitu:
          a)       Fixed Rtio (FR) adalah salah satu skedul pemberian reinforcemen ketika reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Misalnya, seorang guru mengatakan “kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan cepat dan benar, maka kalian boleh pulang dahulu”.
          b)      Variabel-Ratio (VR) adalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbgai macam reinforcemen, dari reinforcemen satu ke reinforcemen yang lain.
          c)       Fixed Interval (FI), yang diberikan ketika seorang menunjukkan prilaku yang diinginkan pada waktu tertentu.
          d)      Variabel Interval (VI) yaitu reinforcemen yang diberikan tergantung pada waktu dan sebuah respons. Tetapi antara waktu dan reinforcemen bermacam-macam.
          Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dan rangsangannya makin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan serta menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Skiner menekankan bahwa hukuman dapat menghasilkan tiga dampak yang tidak diharapkan, yaitu hukuman hanya bersifat sementara dalam menghilangkan respons yang tak diinginkan, hukuman dapat mengakibatkan timbulnya perasaanyang tidak mengenakkan, sepert malu, rasa bersalah, dll, dan hukuman dapat meningkatkan pemunculan perilaku yang dianggap mengurangi hadirnya stimulus yang tidak menyenangkan. Secara umum, hukuman tidak menghasilkan perilaku yang positif. Oleh karena itu, Skinner lebih menganjurkan penggunaan penguatan daripada hukuman jika ingin memperoleh respons yang benar.
          Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman. Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman
Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
Konsekuensi
Guru menguji murid
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru

Penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
( John W. Satrock, 2007).
          Teori Skinner tidak hanya mencakup penjelasan terhadap proses belajar sederhana, namun juga proses belajar yang kompleks, yang dikenal dengan nama shaping (pembentukan). Proses shaping yang dilakukan secara bertahap akan menghasilkan penguasaan terhadap perilaku yang kompleks melalui perancangan (manipulasi) stimulus yang diskriminatif dan penguatan. Menurut Skinner, proses shaping dapat menghasilkan perilaku yang kompleks yang tidak memiliki kemungkinan untuk diperoleh secara alamiah atau dengan sendirinya. Shaping yang berkelanjutan yang dilakukan untuk memperoleh perilaku kompleks, disebut dengan program oleh Skinner. Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat disimpulkan bahwa :
a)       Setiap langkah dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek, berdasarkan tingkah laku yang pernah dipelajari sebelumnya.
b)      Untuk setiap langkah yang pendek tersebut disediakan penguatan yang dikontrol dengan hati-hati.
c)       Penguatan harus diberikan sesegera mungkin setelah respons yang benar dimunculkan.
d)      Stimulus diskriminatif perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat diperoleh perampatan stimulus dan peningkatan keberhasilan belajar.
          Dasar teori Skinner dan perkembangan teorinya selanjutnya menjadikan Skinner seorang penganut aliran perilaku yang mempunyai nama dan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan teori belajar dalam aliran perilaku. Teori Operant Conditioning dari Skinner percaya bahwa setiap individu harus diidentifikasi karakteristik maupun perilaku awalnya untuk suatu proses shaping. Skinner menyatakan, bahwa perilaku dapat dibentuk (dan juga dihilangkan) sehingga (hampir) semua orang yang memperoleh latihan yang layak akan dapat memiliki perilaku tertentu yang diinginkan. Juga pengkondisian suatu respons sangat tergantung kepada penguatan yang dilakukan berulang-ulang secara berkesinambungan. Skinner juga mengemukakan bahwa manusia dapat diajar untuk berpikir atau menjadi kreatif melalui metode pemecahan masalah yang melibatkan proses identifikasi masalah secara tepat (labeling), dan proses mengaktifkan strategi (rule and or sequence) untuk memanipulasi variabel dalam masalah tersebut sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.
2.2     Penggunaan Teori Skinner (Operan Conditioning)
          Eksperimen yang dilakukan oleh Skinner dipusatkan pada penempatan subjek-subjek dalam situasi-situasi yang terkontrol, dan mengamati perubahan-perubahan dalam perilaku subjek-subjek itu yang dihasilkan dengan mengubah secara sistematis konsekuensi-konsekuensi dari perilaku subjek-subjek tersebut. Kontribusi Skinner, seperti halnya dengan Pavlov, bukan terdiri hanya atas apa yang telah ditemukannya, melainkan juga atas metode-metode yang digunakan-nya. Skiner terkenal dengan pengembangan dan penggunaan aparatus yang biasa disebut dengan kotak Skinner (Skinner Box). Penggunaan teori Skinner ini diaplikasikan dalam proses pembelajaran dikelas diantaranya sebagai berikut :
2.2.1      Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2.2.2      Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
2.2.3      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
2.2.4      Materi pelajaran digunakan sistem modul.
2.2.5      Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
2.2.6      Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
2.2.7      Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
2.2.8      Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
2.2.9      Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
2.2.10    Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
2.2.11    Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
2.2.12    Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
2.2.13    Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
2.2.14    Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
2.2.15    Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

2.3     Kelebihan, Kekurangan dan Manfaat Teori Skinner
          2.3.1  Kelebihan Teori Skinner
                   Kelebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

          2.3.2  Kekurangan / Kelemahan Teori Skinner
                   Adapun beberapa kekurangan/kelemahan dari teori Skinner ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
1.       Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis,
2.       Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian.
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa. Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.

          2.3.3  Manfaat Teori Skinner
                   Manfaat yang dapat diambil dari Teori Skinner ini adalah dengan memberikan penguatan terhadap peserta didik, maka peserta didik itu akan bersemangat/termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga mempengaruhi keberhasilan dari perserta didik tersebut. Melalui proses shaping yang dilakukan secara bertahap akan menghasilkan penguasaan terhadap perilaku yang kompleks melalui perancangan (manipulasi) stimulus yang diskriminatif dan penguatan.
                   Teori Skinner dewasa ini sangat besar pengaruhnya, terutama di amerika Serikat dan negara-negara pengaruhnya. Konsep-konsep behavior control dan behavior modification yang sangat populer di kalangan-kalangan tertentu, bersumber pada teori Skinner ini. Di dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan teknologi pengajaran, pengaruh ini sangat besar. Program-program inovatif dalam bidang pengajaran sebagian besar disusun berdasar atas teori Skinner. Program-program yang demikian itu misalnya :
1.       Programmed Instruction, dan sarananya programmed book.
2.       Computer Assisted Instruction (CAI).
3.       Program yang menggunakan teaching machine.


BAB III
PENUTUP

3.1     Simpulan
Dari materi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Teori Skinner disebut juga Operant Conditioning. Dinamakan teori Skinner karena penelitian pada teori ini dilakukan oleh seorang ilmuan bernama lengkap Burhuss Frederic Skinner. Menurut Skinner, kunci untuk memahami perilaku individu terletak pada pemahaman terhadap hubungan antara stimulus satu dengan stimulus lainnya, respons yang dimunculkan, dan juga berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut. Komponen proses belajar menurut Skinner terdiri dari stimulus yang diskriminatif (discriminative stimulus) dan penguatan (positif, negatif, dan hukuman) untuk menghasilkan respons (perubahan tingkah laku). Dalam teori Skinner menganggap reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar.
Reinforcement (penguatan) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Dan Punishment (hukuman) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Menurut Skinner, proses shaping dapat menghasilkan perilaku yang kompleks yang tidak memiliki kemungkinan untuk diperoleh secara alamiah atau dengan sendirinya. Shaping yang berkelanjutan yang dilakukan untuk memperoleh perilaku kompleks, disebut dengan program. Adapun kebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Kelemahannya adalah Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian.
          Teori Skinner ini dimanfaatkan untuk pembuatan program-program yang digunakan dalam metodologi dan teknologi pengajaran. Salah satu penerapan Teori Skinner ini adalah dilaksanakannya mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.Tugas guru berat, administrasi kompleks.

3.2     Saran
          Dalam penyusunan makalah ini, saya menemukan banyak masalah dan kendala, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini, dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA



          Bell-Cedler, M.E. 1986. Learning and Istruction : Theory into Practice. New York: Macmillan Publishing.
         
          Bower, G.H. & Hilgard, E.r. 1981. Theories of Learning. Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall.

          Irawan, P. & Suciati. 1998. Teori Belajar dan Motivasi. Buku Ia Program Pengembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional untuk Dosen Muda. Jakarta: Dirjen Dikti.

          Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

          Soekamto, T. 1998. Teori Belajar. Buku Ib Program Pengembangan Keterampilan Dasar teknik Instruksional untuk dosen Muda. Jakarta: Dirjen Dikti.

          Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Pelajar.

          Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

          Wilis Dahar, Ratna. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

          Winataputra, Udin, S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar yg baik,,adalah dia yg memberikan kritik dan saran yg sifatnx membangun guna kesempurnaan bloger,,,Thanks...