Minggu, 15 Desember 2013

Kesusastraan Veda


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
          Vedanta atau juga disebut dengan uttara-mimamsa dari Badarayana atau Vyasa ini merupakan salah satu dari enam filsafat india yang orthodok. Ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama hindu sesungguhnya banyak mengadopsi ajaran dari Vedanta, oleh sebab itu Vedanta mendapat kedudukan yang khusus diantara filsafat yang lainnya.
          Filsafat Vedanta adalah merupakan filsafat kuno yang berasal dari kumpulan literatur bangsa Arya yang dikenal dengan nama Veda. Vedanta ini merupakan bunga diantara semua spekulasi, pengalaman dan analisa yang terbentuk dalam demikian banyak literatur yang dikumpulkan dan dipilih selama berabad-abad. Filsafat ini memiliki kekhususan. Yang pertama adalah Vedanta sama sekali bersifat impersonal. Ia bukan berasal dari seseorang atau nabi. Ia tak mengembangkan diri disekitar seseorang sebagai pusat, namun ia tidak bertentangan dengan filsafat yang mengembangkan dirinya disekitar pribadi tertentu. Segala hal yang baik, kuat, ampuh dalam sifat manusia berasal dari keilahian itu.
Vedanta terdiri dari kitab-kitab upanisad yang didalamnya memuat tentang pemahaman-pemahaman tentang ajaran veda. Semua sekte yang ada di India seperti Dwaita, Visistadwaita, adwaita atau sekte siwa, waisnawa, sakta, saura, dan lain-lain yang termasuk dalam lingkup agama hindu harus mengakui kitab-kitab upanisad dari veda.
            Pemikiran istimewa lain dari Vedanta adalah bahwa kita harus mengijinkan perbedaan atau keberagaman tak terbatas dalam pemikiran relegius dan tidak berusaha untuk membawa seseorang pada pendapat yang sama. Sebagaimana seorang vedatin mengatakan dalam bahasa puitis “sebagaimana halnya demikian banyak sungai, yang mempunyai sumber yang berbeda-beda mengalir berkelok-kelok ataupun lurus dan pada akhirnya akan sampai disamudra- maka, semua ragam aliran dan agama, yang berasal dari titik awal yang berbeda-beda, dan berjalan dengan berkelok-kelok ataupun lurus, namun pada akhirnya akan sampai kepada-Nya.
             Karena begitu pentingnya kedudukan sistem filsafat Vedanta ini maka kita perlu mengetahui kesusastraan dan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Vedanta lebih mendalam lagi baik yang menjadi sumber ajaran filsafat wedanta dan juga pokok-pokok ajaran filsafat wedanta.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan  suatu permasalahan yaitu:
1.             Apa saja kesusastraan-kesusastraan yang terdapat dalam Vedanta?
2.             Bagaimanakah ajaran-ajaran yang terdapat dalam Vedanta?
1.3     Tujuan
1.             Untuk mengetahui kesusastraan-kesusastraan yang terdapat dalam Vedanta.
2.       Untuk mengetahui ajaran-ajaran yang terdapat dalam Vedanta?


    
         

BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Sumber Ajaran Wedanta
          Vedanta berasal dari kata veda dan anta, Veda artinya kitab suci Veda dan anta yang artinya akhir. Berdasarkan asal katanya tersebut Vedanta berarti veda yang terakhir. Sedangkan menurut Maswinara Vedanta secara harfiah adalah inti sari atau akhir dari Veda, yaitu ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab-kitab upanisad yang merupakan jnana kanda atau bagian akhir dari Veda setelah Mantra, Brahmana dan Aranyaka (Maswinara,1999:175).
          Menurut Singh Wedanta kata wedanta tidak hanya mengacu pada wedanta sutra tetapi juga semua kesusastraan weda yang menjelaskan tentang kesimpulan-kesimpulan Veda khususnya Bhagawadgita, Srimadbhagawatam, upanisad-upanisad dan lain-lain (Singh,2008:1).
          Kemudian menurut adiputra,dkk wedanta erat sekali kaitannya dengan upanisad hanya saja kitab-kitab upanisad tidak memuat uraian-uraian yang sistematis. Usaha pertama yang untuk menyusun ajaran upanisad secara sistematis diusahakan oleh Badrayana atau Vyasa, kira-kira 400 SM. Hasil karyanya disebut dengan wedanta-Sutra (Adiputra,dkk,1984:74).
          Didalam Brahma-Sutra atau Vedanta-Sutra yang dijelaskan tentang ajaran-ajaran Brahman. Brahma-Sutra juga dikenal dengan nama Sariraka Sutra, karena ia mengandung pengejawantahan dari Nirguna Brahman Tertinggi dan juga merupakan salah satu dari tiga buah buku yang berwewenang tentang Hinduisme, yaitu Prasthana Traya, sedang dua buku lainnya adalah Upanisad dan Bhagavad Gita.
          Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli dalam pejelasan sebelumnya penulis dapat cermati bahwa yang menjadi sumber ajaran dari filsafat Vedanta adalah Kitab Brahma Sutra atau Wedanta Sutra, kemudian Upanisad dan juga Bhagawadgita.
          Menurut maswinara Sutra-sutra atau aphorisma dari Vyasa merupakan dasar dari filsafat vedanta dan telah dijelaskan oleh berbagai pengulas yang berbeda-beda; sehingga dari ulasan-ulasan ini muncul beberapa aliran filsafat, yaitu : Kevala Advaita dari Sri Sankaracarya; filsafat Monisme terbatas atau Visistadvaita dari Sri Ramanujacarya; filsafat Dvaita dari Sri Madhvacarya, filsafat Bhedabheda dari Sri Nimbarkacarya, filsafat Acintya Bhedabheda dari Sri Caitanya, filsafat Suddha Advaita dari Sri Vallabhacarya dan filsafat Siddhanta dari Sri Meykandar. Masing-masing filsafat tersebut membicarakan tentang 3 masalah pokok, yaitu tentang Tuhan, alam dan roh (Maswinara,1999:178).
            Secara umum aliran filsafat wedanta ada tiga yang terkenal yaitu: Kevala Advaita dari Sri Sankaracarya; filsafat Monisme terbatas atau Visistadvaita dari Sri Ramanujacarya; filsafat Dvaita dari Sri Madhvacarya. Namun dalam makalah ini penulis hanya akan membahas tentang yang sumber-sumber ajaran filsafat Wedanta yaitu wedanta sutra dan upanisad dan pokok-pokok ajarannya, sedangkan aliran-aliran filsafatnya akan dibahas oleh kelompok yang lain.
2.1.2 Brahma Sutra
Brahma Sutra mengandung 556 buah Sutra, yang dikelompokkan atas 4 bab, yaitu Samanvaya, Avirodha, Sadhana dan Phala. Pada bab I dan bab II pernyataan tentang sifat Brahman dan hubungannya dengan alam semesta serta roh pribadi, diberikan. Pada bab III, dibicarakan tentang pencapaian Brahmavidya. Pada bab IV, terdapat uraian tentang buah (hasil) dari pencapaian Brahmavidya dan juga uraian tentang bagaimana roh pribadi mencapai Brahman melalui Devayana atau jalan para Deva, dimana dia tak akan kembali lagi. Ciri-ciri Jivanmukta atau roh bebas juga dibicarakan dalam bab ini.
Setiap bab memiliki 4 bagian (pada). Sutra-Sutra pada masing-masing bagian membentuk Adikarana atau topik-topik pembicaraan dan lima Sutra pertama dari bab pertama sangat penting untuk diketahui, karena merupakan intisari dari ajaran yang terkandung dalam Brahma Sutra. Sutra pertama berbunyi : “Athato Brahmajijnasa” Oleh karena itu sekarang, penyelidikan kedalam Brahman. Aphorisma pertama menyatakan obyek dari keseluruhan sistem dalam satu kata, yaitu : Brahma-jijnasa, yaitu keinginan untuk mengetahui Brahman. Sutra kedua adalah : “Janmadyasya Yatah” Brahman adalah Kebenaran Tertinggi, yang merupakan asal mula, penghidup serta leburnya alam semesta ini. Sutra ketiga adalah : “Sastra Yonitvat”. Kitab suci itu sajalah yang merupakan cara untuk mencari pengetahuan yang benar. Kemahatahuan Brahman ternyata dari keberadaanNya sebagai sumber kitab suci. Sutra keempat adalah : “Tat Tu Sa ManvayatBrahman itu diketahui hanya dari kitab suci dan tidak secara bebas ditetapkan dengan cara lainnya. Karena Ia merupakan sumber utama dari segala naskah Vedanta. Sutra kelima adalah : “Iksater Na Asabdam” disebabkan ‘berpikir’, prakrti atau pradhana bukan penyebab pertama. Dan Pradhana bukan didasarkan pada kitab suci. Sutra terakhir dari bab IV adalah : “Anavrttiha Sabdat Anavarttih Sabdat” tak ada kembali bagi roh bebas, disebabkan kitab suci menyatakan tentang akibat tersebut.
Brahman yang mutlak, setelah menciptakan unsur-unsur masuk kedalamnya. Dia merupakan pribadi keemasan dalam matahari, sinar dari roh yang selalu murni, Sat-cit-anandha, Esa tiada duanya, yang merupakan Bhuma (tak terbatas, tak terkondisikan), yang bersemayam dalam hati manusia dan sumber dari segala sesuatunya. Brahman adalah penyebab material dan instrumental dari alam semesta; sehingga Brahman dan alam semesta tidak berbeda, seperti sebuah kendi yang tak berbeda dengan tanah liat. Brahman  mengembangkan diriNya menjadi alam semesta guna Lila atau KridaNya sendiri, tanpa mengalami perubahan sedikitpun dan tanpa penghentian menjadi diri-Nya. Brahman itu tanpa bagian-bagian, sifat, kegiatan dan gerakan; tanpa awal dan tanpa akhir, serta abadi. Ia tidak memiliki kesadaran sebagaimana dinyatakan dengan “Aku” dan “ Engkau” dan Dialah satu-satunya realitas.
Brahman menjadi dunia luar adalah seperti benang menjadi kain, seperti tanah liat menjadi kendi dan seperti emas yang menjadi cincin dsb. Brahman adalah paramarthika satta (Realitas Mutlak), alam semesta merupakan vyavaharika satta (Realitas Relatif), dan obyek-obyek mimpi merupakan pratibhasika satta (Realitas Nyata), Maya, adalah Sakti (Kekuatan) dari Tuhan, yang merupakan Karana Sarira (badan penyebab) dari Tuhan; yang menyembunyikan yang nyata dan membuat yang tidak nyata tampak sebagai nyata. Ia bukanlah sat atau pun asat dan juga bukan sat- asat, tetapi merupakan anirvacaniya (tak tergambarkan). Maya memiliki 2 daya kekuatan, yautu daya menyelubungi atau avarana sakti dan daya pemantulan atau viksepa sakti. Manusia telah melupakan sifat inti Ilahinya, disebabkan daya menyelubungi (avarana sakti) dari Maya ini dan alam semesta dipantulkan, akibat dari viksepa sakti dari Maya ini. Jiva atau roh pribadi diselubungi oleh 5 lapisan (kosa), seperti lapisan kulit bawang, yaitu : lapisan makanan (annamaya kosa), lapisan vital (pranamaya kosa), lapisan mental (manomaya kosa), lapisan kecerdasan (Vijnanamaya kosa) dan lapisan kebahagiaan (anandamaya kosa). Lapisan pertama membentuk badan fisik; ketiga lapisan berikutnya membentuk badan halus; dan lapisan terakhir membentuk badan penyebab. Roh pribadi harus mengatasi semua lapisan ini melalui meditasi dan menjadi satu dengan Roh tertinggi, yang melampaui kelima lapisan ini, serta mencapai pembebasan.
Ada tiga keadaan kesadaran bagi roh pribadi, yaitu keadaan jaga, mimpi, dan tidur lelap. Turiya sebagai kesadaran ke-4 adalah keadaan supra sadar,  karena Turiya adalah Brahman. Turiya adalah saksi bisu dari ketiga keadaan kesadaran lainnya. Pribadi juga harus mengatasi ketiga keadaan yang pertama dan mempersamakan dirinya sendiri dengan keadaan Turiya atau keadaan ke-4, sehingga tercapai penyatuan dengan Roh tertinggi. Avidya adalah badan penyebab dari Jiva atau roh pribadi. Jiva menyamakan dirinya dengan badan, pikiran dan indra-indra, disebabkan oleh Avidya dan salah menduga bahwa badannya adalah roh, seperti seseorang yang salah menduga seutas tali seperti seekor ular, disenja hari. Pada saat roh pribadi terbebas dari penentuan diri secara bodoh dengan suatu pengertian yang tepat melalui filsafat vedanta, vicara,(pencarian), perenungan dan meditasi pada Brahman Tertinggi, semua khayalan lenyap. Penyamaan atman dan keseluruhan gejala alam semesta dengan roh tertinggi atau Brahman di tegakkan kembali dan Jiva mencapai kekekalan dan kebahagiaan abadi. Ia menggabungkan dirinya dalam Brahman atau samudra kebahagiaan.
          Badarayana juga mempercayai Jivanmukta atau pembebasan semasa hidup dan hal ini dimungkinkan berdasarkan keterangan-keterangan yang terdapat didalam kitab-kitab Upanisad (maswinara,1999:178).
2.1.2    Upanisad
            Kitab upanisad merupakan bagian dari kitab Sruti (Wahyu Tuhan). Permulaan adanya kitab upanisad dianggap sebagi berkembangnya alam pikiran agama Hindu.
            Istilah Upanisad berasala dari tiga kata yakni: Upa-ni-sad. Upa artinya dekat, ni artinya di bawah dan sad artinya duduk. Dengan demikian upanisad berarti “duduk dibawah dekat guru” (Adiputra,dkk,1984:1).
            Secara tradisional upanisad dikatakan berjumlah sebanyak 108 buah, namun sesungguhnya tidak kepastian jumlah dari upanisad ini. Jumlah sebanyak 108 ini dapt kita jumpai dalam kitab Mukti Upanisad.
            Menurut Narayana dan Sankara, setidak-tidaknya da sepuluh kitab upanisad yang dianggap paling penting yaitu: 1) Isa Upanisad, 2) Kena Upanisad, 3) Katha Upanisad, 4) Prasna Upanisad, 5) Mundaka Upanisad, 6) Mandukya Upanisad, 7) Taitiriya Upanisad, 8) Aitareya Upanisad, 9) Chandogya Upanisad, 10) Brhad Aranyaka Upanisad, 11) Sweta Swatra Upanisad (Adiputra, dkk,1984:4).
          Berdasarkan isinya yang berkembang kemudian dapat dikelompokan ke dalam enam kelompok, yaitu:
1.  Yang mendasarkan ajaran wedanta ada 24 buah.
2.  Yang mendasarkan ajaran Yoga ada 22 buah.
3.  Yang mendasarkan ajaran Samnyasa ada 22 buah.
4.  Yang mendasarkan ajaran Waisnawa ada 14 buah.
5.  Yang mendasarkan ajaran Siwa ada 15 buah.
6.  Yang mendasarkan ajaran Sakta ada 18 buah.
          Kitab Upanisad tidak membahas hal-hal yang sama, antara satu upanisad dengan upanisad yang lain ada variabelnya dan ada hal-hal yang ditonjolkan sehingga adanya perbedaan. Walaupun ada sedikit perbedaan namun asasyang menjadi topik pembahasan terlihat adanya persamaan yaitu: masalah Brahman, Atman, Maya, Awidya, Moksa, yang dikaitkan dengan pengetahuan pribadi terhadap Brahman dan lam sekitarnya baik metafisika, maupun tentang kosmologi.
2.2     Pokok-Pokok Ajaran filsafat Wedanta.
2.2.1  Tuhan Dalam Vedanta
          Filsafat Vedanta mengajarkan satu Tuhan sebagai jumlah keseluruhan. Golongan vedatin tidak menggambarkan Tuhan dengan kata-kata lain kecuali tiga hal berikut ; Dia adalah keberadaan tak terbatas, pengetahuan tak terbatas,dan kebahagiaan tak terbatas dan ketiga hal ini adalah satu. Keberadaan tanpa pengetahuan, tak aka nada gunanya. Yang kita inginkan adalah keselarasan dari keberadaan, pengetahuan, dan kebahagiaan tak terbatas. Karena ketiga hal itu adalah tujuan akhir kita.
Dalam Vedanta Tuhan merupakan tujuan dari setiap manusia. Ketika Vedanta mengatakan aku dan anda adalah Tuhan, yang dimaksud bukanlah Tuhan yang berpribadi. Kita sang penguasa alam semesta adalah satu, namun sebagai keberadaannya yang berwujud manusia, kita adalah pelayan-Nya yang kekal, sebagai pemuja-Nya. Demikianlah kita melihat bahwa, Tuhan berpribadi tetap tinggal. Segala yang lain didunia relative ini, tetap tinggal dan agama dibuat untuk tergantung pada pondasi yang lebih baik. Oleh karena itu penting bahwa untuk pertama kali kita harus mengetahui Tuhan berpribadi untuk mengetahui yang tidak berpribadi.
          Memuja Tuhan tanpa pribadi haruslah melalui kebenaran. Kebenaran itu adalah Aku adalah Dia (tat twam asi). Ketika aku berkata bahwa aku bukanlah kau, itu tidaklah benar, itu merupakan suatu kebohongan. Vedanta mengajarkan bahwa Aku adalah satu dengan alam semesta.
2.2.2  Manusia Dalam Vedanta
          Menurut Vedanta manusia itu adalah Ilahi. Sifat sejatinya adalah Atman tak terbatas, abadi, suci, selalu bebas, penuh kebahagiaan, dan identik dengan Brahman. Manusia bukanlah pendosa ; mereka membuat kesalahan dan menderita karena kebodohannya. Seperti kegelapan yang lenyap ketika terbitnya terang, demikian juga dengan kebodohan akan hilang dengan munculnya pengetahuan.
Keterikatan dan kebebasan ada dalam pikiran. Dengan memikirkan kekuatan dan pembebasan, seseorang akan menjadi kuat dan bebas sebaliknya apabila memikirkan kelemahan dan keterikatan, seseorang akan menjadi lemah dan terikat. Tak seorangpun menginginkan perbudakan karena hal itu sangat menyakitkan. Kegembiraan hanya ada dalam pembebasan, sebagaimana Vedanta mengatakan sifat yang sama dari semua makhluk. Tujuan kehidupan manusia adalah untuk menyadari keilahiannya dan tujuan dari agama adalah untuk mengajarkan seseorang bagaimana memanifestasikan keilahian dalam dirinya.

2.2.3  Wedanta Percaya Dengan Adanya Atman
          Dalam ajaran Vedanta juga mengajarkan tentang adanya Atman yang merupakan percikan terkecil dari Brahman, yang kemudian bergabung dengan Buddhi dan Manas sampai akhirnya memberikan kehidupan pada sang badan. Atman juga dikatakan sebagai kesadaran Murni, Buddhi adalah kecerdasan, dan Manas adalah pikiran. Ketiganya akan menyatu dan menjadi Roh (atman, guha, dan jiwa). Roh inilah yang menjadi tenaga penggerak bagi badan itu.
a.  Misteri Kelahiran dan Kematian Dalam Vedanta.
          Atman tak penah datang atau pergi, juga tak pernah lahir dan mati. Alamlah yang bergerak dihadapan Atman, dan orang dengan bodoh menganggap bahwa Atman-lah yang bergerak bukan alam. Jika Atman berpikir demikian maka ia ada dalam belenggu, namun jika sudah mendapatkan bahwa ia tak pernah bergerak, maka ia maha kuasa, maka pembebasan pun muncul. Atman dalam belenggu disebut jiva.
Dengan demikian kalian dapat melihat bahwa jika dikatakan atman itu datang dan pergi, hal itu hanya untuk mempermudahkan pemahaman, sama halnya untuk memudahkan dalam mempelajari astronomi anda diminta untuk mengatakan bahwa bahwa matahari berputar mengelilingi bumi, meskipun kenyataannya tidak demikian. Jadi, jiva atau sang roh dapat mencapai keadaan yang lebih tinggi atau lebih rendah. Ini adalah hukum inkarnasi yang sudah terkenal dan semua ciptaan terikat pada hukum itu.
Jiva manusia tinggal sementara pada bentuk lebih rendah atau lebih tinggi, kemudian berpindah pada yang lain, sesuai dengan samskara atau kesan perbuatannya. Namun hanya dalam bentuk manusialah ia dapat mencapai pembebasan. Perputaran dari kelahiran menuju pada kematian, perjalanan inilah yang disebut samsara dalam bahasa sanskrta yang berarti perputaran kelahiran dan kematian. Semua ciptaan yang melewati perputaran ini, cepat atau lambat akan mencapai pembebasan.
2.2.3  Tujuan Wedanta
          Kita telah melihat bahwa gagasan tertua yang ada dalam samhita dari kitab-kitab weda, hanya tentang surga, dimana orang memiliki badan yang bersinar cemerlang dan tinggal dengan para leluhur. Kemudian, secara bertahap munculah gagasan lain, namun masih belum memuaskan. Masih memerlukan suatu kehidupan yang lebih tinggi.
 Kehidupan di surga mungkin tak ada bedanya dengan kehidupan dibumi. Dengan istilah lain surga itu tiada bedanya dengan kehidupan seorang yang kaya, dengan banyak memiliki kenikmatan indrani dan badan yang tanpa penyakit, sama seperti didunia, hanya sedikit lebih baik. Dan dapat kita lihat kesulitannya ; “Dunia eksternal, sebagai dunia material tak dapat memecahkan masalah, demikian juga di surga. Jika didunia ini tak dapat memecahkan masalah, maka kejamakan dunia itu juga tak akan dapat, karena kita harus selalu ingat, materi hanya ketakterbatasan dari fenomena alam.
          Setelah diatas diungkapkan tentang apa itu surga, maka sekarang filsafat Vedanta menekankan bahwa ada sebuah kenikmatan mutlak yang tak pernah berubah. Kenikmatan itu bukanlah seperti kenikmatan yang kita miliki dikehidupan ini, namun Vedanta mengatakan bahwa segala kenikmatan yang ada didunia ini adalah suatu partikel kecil dari kenikmatan sejati itu, karena ia merupakan kenikmatan satu-satunya yang ada. Setiap saat, sebenarnya kita menikmati kebahagiaan mutlak itu, meskipun terbungkus, disalah artikan dan dicemoohkan.
2.2.4  Universalitas Wedanta
          Vedanta merupakan sistem kepercayaan yang menentang adanya pertentangan terhadap perbedaan tersebut. Didalam Vedanta menyarankan agar jangan mengganggu atau menghancurkan setiap pandangan yang berbeda mengenai agama dan kepercayaan, tetapi sebaliknya berjalan beriringan dengan asas saling membantu. Jangan menjatuhkan apapun tapi bangun sesuatu yang baru, karena setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda tentang mempelajari Tuhan  (Brahman), setiap orang memiliki jalan-nya masing-masing, dan apabila kita menekuni jalan yang kita yakini maka kita akan sampai pada Tuhan itu sendiri. Contoh kita tidak akan bisa mengajarkan cara yang kita miliki terhadap anak kecil, akan tetapi anak kecil itu yang akan mengajari dirinya sendiri. Kewajiban kita hanya memberikan kesempatan dan menyingkirkan halangan-halangan yang mungkin ada.
Didalam masyarakat terdapat banyak sekali perbedaan sifat-sifat. Ada beribu-ribu perbedaan pendapat dan kecendrungan. Suatu pengelompokan yang seragam merupakan hal yang mustahil, namun untuk memudahkan tujuan kita maka cukup hal itu kita karakteristikan dalam empat kelas yaitu :
1. Kaum pekerja yaitu mereka yang aktif, dia sulalu ingin bekerja dan ada energi besar dalam urat, otot dan syarafnya.
2.  Kaum emosional yaitu mereka yang mencintai hal-hal yang agung dan indah secara belebihan. Dia suka memikirkan keindahan, menikmati dari sisi estetika alam, memuja cinta kasih dan Tuhan. Dia mencintai jiwa-jiwa agung dengan sepenuh hatinya.
3.  Kaum mistis yaitu mereka yang pikirannya ingin menganalisa dirinya sendiri, untuk memahami cara kerja pikiran manusia, apa kekuatan yang bekerja didalamnya, dan bagaimana memanipulasinya serta mengendalikannya. Ini adalah para mistikus.
4.  Kaum Filusuf yaitu mereka yang ingin memperbesar segala hal dan menggunakan kecerdasannya meskipun terhadap hal-hal yang diluar kemampuan berpikir manusia biasa.
5. Vedanta sangat mengahargai perbedaan dan bersifat universal. Vedanta menyarankan agar jangan mengganggu atau menghancurkan setiap pandangan yang berbeda mengenai agama dan kepercayaan, tetapi sebaliknya berjalan beriringan dengan asas saling membantu.




           



BAB III
PENUTUP

3.1     Simpulan
          Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli bahwa yang menjadi sumber ajaran dari filsafat Vedanta adalah Kitab Brahma Sutra atau Wedanta Sutra, kemudian Upanisad dan juga Bhagawadgita.
          Adapun pokok-pokok ajaran Filsafat Wedanta adalah:
1.    Filsafat Vedanta mengajarkan satu Tuhan sebagai jumlah keseluruhan. Golongan vedatin tidak menggambarkan Tuhan dengan kata-kata lain kecuali tiga hal berikut ; Dia adalah keberadaan tak terbatas, pengetahuan tak terbatas,dan kebahagiaan tak terbatas dan ketiga hal ini adalah satu.
2.    Menurut Vedanta manusia itu adalah Ilahi. Sifat sejatinya adalah Atman tak terbatas, abadi, suci, selalu bebas, penuh kebahagiaan, dan identik dengan Brahman. Manusia bukanlah pendosa ; mereka membuat kesalahan dan menderita karena kebodohannya.
3.    Mempercayai adanya suatu keadaan kebahagian yang tiada terbatas yang akn didapatkan jika manusia dapat bersatu dengan sumber kebahagian yang tak terbatas itu yaitu Tuhan, keadaan ini disebut Moksa.

                                                                                                                                             


DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, Rudia I Gede.1984. Tattwa Darsana. Jakarta: Tanpa Penerbit.
Masniwara, I Wayan. 1999. Sistem Filsafat Hindu. Surabaya: Paramita.      
Singh,T.D. 2008. Seri Wedanta & Sains, Kehidupan dan Asal Mula Jagat Raya. Denpasar. PT. Cintya.
Wiwekananda, Swami. 2001. Wedanta Gema Kebebasan. Surabaya: Paramita.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar yg baik,,adalah dia yg memberikan kritik dan saran yg sifatnx membangun guna kesempurnaan bloger,,,Thanks...